Kamis, 04/09/2008 21:39 WIB

Bung Hatta dan Kisah Sepatu Bally


Oleh: Eri Santoso Sikumbang*

PADA tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi
dan tentu tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat
pada sepatu Bally. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat
alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu
idaman tersebut. 

Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu
terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan
handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga
akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli
karena tabungannya tak pernah mencukupi. 

Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally
itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan
sederhana dari seorang Hatta. 

Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah
bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta
tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta. 

"Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta
sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih
jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan
orang lain daripada kepentingannya sendiri," kata Adi Sasono, Ketua
Pelaksana Peringatan Satu Abad Bung Hatta. 

Pendeknya, itulah keteladanan Bung Hatta, apalagi di tengah carut-marut
zaman ini, dengan dana bantuan presiden, dana Badan Urusan Logistik, dan
lain-lain. Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap
mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah,
bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum
mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada
orang lain. 

Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator
kemerdekaan ini, seandainya para pemimpin tidak maling, tidak mungkin
bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang,
melarat, dan nista karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari
orang asing. (*) 

* Penulis adalah Mahasiswa Master University Putra Malaysia. 

 

(c) 2008 PT. Padang Ruangmedia Informatika
[EMAIL PROTECTED]



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke