Numpang Forward satu, Mungkin iko salah satu geliat dari pengurus Pusat MAPPAS "masih ada", setelah memberikan Data dan Analisa, Strategi selanjut perlu "Development" dan "Implementation" dari hasil "Sigian" yang dilakukan penulis.
Kalau itu memang memungkin tidak salahnya ini cepat terealisasikan, kita tunggu geliat2 lain dari pihak yang terkait dengan ini atau dari pengurus MAPPAS yang lain... wassalam nanda *taragak lo caliak banyak bule pakai jilbab di padang panjang... =========================================================================== Menyigi Pariwisata Sumbar dari Jumlah Kunjungan Oleh Dedi Yusmen PadangKini.com; Rabu, 10/9/2008, 20:08 WIB PARIWISATA atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Ini merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. Defenisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dan lain-lain. Dan juga menawarkan tempat istirahat, budaya, pelarian, petualangan dan pengalaman baru dan berbeda lainnya. (http:/id.wikipedia.org/wiki/pariwisata). Bila dilihat dari tujuan untuk rekreasi, maka tentu dampak pariwisata ini hanya kecil saja. Kunjungan seseorang ke suatu daerah tidak hanya untuk rekreasi, tapi juga dengan tujuan lain seperti pendidikan, bisnis, tugas perusahaan atau instansi dan lain-lain. Kunjungan seseorang dengan berbagai tujuan itu biasanya juga diringi dengan kebutuhan akan rekreasi, penginapan, transportasi, dan jasa lainnya, maka dari sinilah tawaran wisata itu dapat lebih dikembangkan. Singapura dengan tujuan utama sebagai pusat bisnis menambahkan momen wisata dalam setiap kunjungan itu dengan 'rekreasi belanjanya'. Bali sebagai daerah utama pariwisata Indonesia dengan kunjungan rata-rata 2,8 juta per tahun atau rata-rata 7,4 persen dari total kunjungan nasional dari tahun 2002-2006 menjadikan MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exthibition) sebagai tujuan lain kunjungan. Bali berada pada urutan kelima setelah Jawa Barat (19,5 persen), Jawa Timur (11,4 persen), DKI Jakarta (10,55 persen) dan Jawa Tengah (7,4 persen). Dengan demikan dapat dikatakan kunjungan dari seseorang atau sekelompok orang ke suatu wilayah tanpa melihat tujuannya dapat dijadikan sebagai target dalam pengelolaan wisata, diharapkan akan menimbulkan dampak berantai bagi dunia kepariwisataaan. Data Biro Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan jumlah kunjungan rata-rata ke Sumatera Barat berdasarkan tamu menginap di Hotel Classified (sekelas hotel berbintang) dan Hotel Non Classified (sekelas hotel melati, losmen dan wisma) baik dari tamu domestik dan asing dari tahun 2002-2006 berjumlah 629 ribu per tahun atau sebesar 1,7 persen dari total rata-rata kunjungan per tahun di seluruh propinsi di Indonesia sebesar 37,95 juta, berada pada urutan ke-14 dari 33 provinsi. Bandingkan dengan provinsi tetangga, Riau dengan total 2,7 juta per tahun (urutan ke-6) dan Sumatera Utara 1,45 juta rata-rata per tahun (urutan ke-8), maka Sumbar masih harus memacu diri untuk mengejar ketertinggalannya. Kunjungan yang dimaksudkan adalah tidak hanya dalam rangka ‘berlibur' seperti pengertian yang jamak kita pahami dalam pariwisata. Kunjungan tersebut dapat juga diartikan sebagai kunjungan bisnis, official, keluarga yang bila diterjemahkan dalam bahasa keekonomian tentu menjadi potensi pemasukan bagi daerah secara umum. Berbagai bentuk kunjungan tersebut pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Setiap pengunjung apapun yang menjadi tujuannya pada dasarnya akan memerlukan akomodasi, transportasi, konsumsi, dan kebutuhan lain. Pengelola usaha wisata dapat melakukan perbaikan produk dan jasa untuk kepentingan ini. Data Kunjungan yang biasanya terdapat pada Dinas Pariwisata provinsi dapat digunakan untuk dievaluasi sebagai bahan dasar dalam menentukan strategi pengembangan wisata ke depan, khususnya di Sumatera Barat. Data dan Analisa Data BPS menyebutkan bahwa kunjungan Tamu Asing dan Domestik ke Sumatera Barat rata-rata dari tahun 2002-2006 adalah, rata-rata tamu asing Hotel Classified 20,1 ribu, Hotel Non Classified 20,3 ribu orang. Rata-rata tamu domestik Hotel Classified 237,16 ribu dan 351,05 ribu untuk Hotel Non Classified. Rata-rata menginap tamu asing dan domestik untuk kelas Hotel Classified dan Non Classified di Sumbar relatif tinggi, melebihi 100 persen rata-rata menginap di Indonesi, yaitu 4,32 hari untuk tamu asing di Hotel Classified, 3,27 hari untuk Hotel Non Classified. Rata-rata menginap tamu domestik Hotel Classified 1,58 dan Hotel Non Classified 1,71 hari. Rata- rata menginap di Indonesia untuk tamu asing (Hotel Classifed dan Non Classified) adalah 3,44 dan 3,04 hari, tamu domestik 1,49 dan 1,73 hari untuk dua kelas hotel tersebut. Room occupancy sampai dengan kwartal pertama tahun 2008 melebihi 42 persen bandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 48 persen. Apabila setiap tamu pengeluarkan Rp500 ribu per hari, termasuk biaya akomodasi dan konsumsi dengan rata-rata menginap 2 hari, maka potensi ekonomi dari perputaran uang sebesar Rp629 miliar dalam satu tahun. Bila ditambahkan dengan biaya tranportasi, belanja lain, maka potensi pariwisata Sumatera Barat akan melebihi Rp1 triliun per tahun. Potensi yang luar biasa. Strategi Analisa dan Strategi Pariwisata Sumatera Barat dapat dilakukan dengan menggunakan data kunjungan tersebut. Untuk kunjungan tamu asing atau domestik yang lebih banyak menempati penginapan di non classified secara tidak langsung menujukkan kelas pengunjung. Pengunjung non classified biasanya atas biaya sendiri dengan keperluan tertentu seperti keluarga atau wisata, dominan berasal dari kalangan ekonomi menengah- bawah dengan dana relatif 'pas-pasan'. Pegunjung seperti ini biasanya tidak banyak mengeluarkan biaya untuk keperluan wisata berbiaya tinggi, lebih banyak tertarik kepada alam, budaya, makanan dan atraksi wisata khas suatu daerah. Pengunjung classified pada umumnya untuk keperluan bisnis dan official seperti training, workshop, seminar yang dibiayai oleh instansi tamu berasal, kadang dibiayai sendiri bagi tamu kelas atas. Pengunjung seperti ini terkadang juga membawa keluarga, produk wisata suatu daerah menjadi utama incarannya. Pembenahan Hotel Non Classified seperti peningkatan kenyamanan dan keamanan pengunjung diutamakan mengingat banyak tamu terutama domestik yang menggunakan jasa penginapan kelas ini, selain tentunya Hotel Classified yang telah mempunyai standar tertentu dalam pengelolaan hotel jenis tersebut. Untuk pengunjung dengan rata-rata menginap yang lama, maka salah satu upaya dalam peningkatan pengunjung dari kelas ini adalah dengan meningkatkan kenyamanan pengunjung dengan berbagai kegiatan atraksi wisata. Untuk pengunjung dengan waktu menginap yang lebih singkat maka produk wisata dari suatu daerah lebih mereka utamakan, karena terkait dengan waktu berkunjung yang sempit untuk melakukan rekreasi pada suatu daerah. Tamu-tamu pada Hotel Classified terutama tamu domestik biasanya merupakan kelas ini. Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan, paradigma lain dari kegiatan wisata tidak hanya bertitik tolak dari bagaimana meningkatkan jumlah kunjungan wisata, tapi juga usaha untuk meningkatkan keluar masuk orang ke suatu daerah dengan berbagai macam keperluan. Untuk itu, keperluan tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan. Strategi pengembangan wisata bukan hanya meningkatkan orang berwisata tapi meningkatkan jumlah kunjungan. Tugas dari 'penggiat wisata' adalah bagaimana meningkatkan kenyamanan dan keamanan orang berkunjung untuk berbagai tujuan tersebut dengan berusaha terus-menerus untuk memenuhi berbagai keperluan dan kepentingan pengunjung dalam berkunjung ke suatu daerah. Penggiat wisata yang dimaksudkan di sini tentu tidak hanya pelaku usaha wisata seperti ASITA, PHRI, tapi juga masyarakat dan pemerintah daerah yang dalam hal ini diwakili oleh Dinas Pariwisata setempat. Peran Pemerintah dalam hal ini tentu sangat signifikan dalam hal membuat regulasi, infrastruktur, dan iklim pengembangan wisata di daerahnya. )*Dedi Yusmen adalah Pengurus Pusat MAPPAS (Masyarakat Peduli Pariwisata Sumbar), tinggal di bekasi. Alamat email [EMAIL PROTECTED] dan [EMAIL PROTECTED] --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---