Ada baiknya dibaca dengan pelan-pelan,
sementara menunggu waktu berbuka puas.
 
Wass, Jacky Mardono


--- Pada Jum, 12/9/08, anny bernardus <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

Dari: anny bernardus <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: Fw: Gusti Allah Tidak "Ndeso"
Kepada: "jacky mardono" <[EMAIL PROTECTED]>, "john mamuaya" <[EMAIL 
PROTECTED]>, "justin oroh" <[EMAIL PROTECTED]>, "gita" <[EMAIL PROTECTED]>, 
"mirah hartika pinardi" <[EMAIL PROTECTED]>, "Dewi Irawati" <[EMAIL 
PROTECTED]>, "Rien Poerwanto" <[EMAIL PROTECTED]>
Tanggal: Jumat, 12 September, 2008, 1:27 AM






Gusti Allah Tidak "Ndeso"
Beragama yang Tidak Korupsi

Oleh: Emha Ainun Nadjib

Suatu kali Emha Ainun Nadjib ditodong pertanyaan beruntun. 

"Cak Nun,"kata sang penanya, "misalnya pada waktu bersamaan 
tiba-tiba sampeyan menghadapi tiga pilihan, yang harus dipilih 
salah satu: 
 
pergi ke masjid untuk shalat Jumat, 
mengantar pacar berenang, 
atau mengantar tukang becak miskin ke rumah sakit akibat tabrak lari, 
mana yang sampeyan pilih?"

Cak Nun menjawab lantang, "Ya nolong orang kecelakaan."

"Tapi sampeyan kan dosa karena tidak sembahyang?" kejar si penanya.

"Ah, mosok Gusti Allah ndeso gitu," jawab Cak Nun.

"Kalau saya memilih shalat Jumat, 
itu namanya mau masuk surga tidak ngajak-ngajak, " 
katanya lagi. "Dan lagi belum tentu Tuhan memasukkan
ke surga orang yang memperlakukan sembahyang sebagai 
credit point pribadi.

Bagi kita yang menjumpai orang  yang saat itu juga harus ditolong,
Tuhan tidak berada di mesjid,
melainkan pada diri orang yang kecelakaan itu. 
 
Tuhan mengidentifikasikan dirinya pada sejumlah orang. 
Kata Tuhan: kalau engkau menolong orang sakit, 
Akulah yang sakit itu. 
Kalau engkau menegur orang yang kesepian, 
Akulah yang kesepian itu. 
Kalau engkau memberi makan orang kelaparan, 
Akulah yang kelaparan itu.

Seraya bertanya balik, Emha berujar, 
"Kira-kira Tuhan suka yang mana dari tiga orang ini. 
 
Pertama, orang yang shalat lima waktu, membaca al-quran, 
membangun masjid, tapi korupsi uang negara.

Kedua, orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran,
menganjurkan hidup sederhana, 
tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan. 
 
Ketiga, orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, 
tapi suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang?"

Kalau saya, ucap Cak Nun, memilih orang yang ketiga. 
Kalau korupsi uang negara, itu namanya membangun neraka, 
bukan membangun masjid.

Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya bukan membaca al-quran, 
tapi menginjak-injaknya. 
Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya tidak sembahyang, 
tapi menginjak Tuhan. 
 
Sedang orang yang suka beramal,
tidak korupsi, dan penuh kasih sayang, 
itulah orang yang sesungguhnya
sembahyang dan membaca al-quran.

Kriteria kesalehan seseorang 
tidak hanya diukur lewat shalatnya.
Standar kesalehan seseorang 
tidak melulu dilihat dari banyaknya 
dia hadir di kebaktian atau misa. 
 
Tolok ukur kesalehan hakikatnya adalah
output sosialnya: kasih sayang sosial, sikap demokratis, 
cinta kasih, kemesraan dengan orang lain, memberi, 
membantu sesama. 
 
Idealnya,orang beragama itu mesti shalat, misa, 
atau ikut kebaktian, 
tetapi juga tidak korupsi dan memiliki perilaku 
yang santun dan berkasih sayang.

Agama adalah akhlak. Agama adalah perilaku. 
Agama adalah sikap. 
Semua agama tentu mengajarkan kesantunan, belas kasih, 
dan cinta kasih sesama. 
 
Bila kita cuma puasa, shalat, baca al-quran, pergi kebaktian, 
misa, datang ke pura, 
menurut saya, kita belum layak disebut orang yang beragama. 
 
Tetapi, bila saat bersamaan kita tidak mencuri uang negara, 
meyantuni fakir miskin, memberi makan anak-anak terlantar, hidup bersih, 
maka itulah orang beragama.

Ukuran keberagamaan seseorang 
sesungguhnya bukan dari kesalehan personalnya, 
melainkan diukur dari kesalehan sosialnya. 
Bukan kesalehan pribadi, tapi kesalehan sosial. 
 
Orang beragama 
adalah orang yang bisa menggembirakan tetangganya. 
Orang beragama ialah orang yang menghormati orang lain, 
meski beda agama. 
 
Orang yang punya solidaritas dan keprihatinan sosial 
pada kaum mustadh'afin (kaum tertindas). 
Juga tidak korupsi dan tidak mengambil yang bukan haknya.

Karena itu, orang beragama 
mestinya memunculkan sikap dan jiwa sosial tinggi. 
 
Bukan orang-orang 
yang meratakan dahinya ke lantai masjid,
sementara beberapa meter darinya, 
orang-orang miskin meronta kelaparan.

Ekstrinsik VS Intrinsik

Dalam sebuah hadis diceritakan, 
suatu ketika Nabi Muhammad SAW mendengar berita 
perihal seorang yang shalat di malam hari 
dan puasa di siang hari, 
tetapi menyakiti tetangganya dengan lisannya. 
 
Nabi Muhammad SAW menjawab singkat, 
"Ia di neraka." 
Hadis ini memperlihatkan kepada kita 
bahwa ibadah ritual saja belum cukup.
Ibadah ritual mesti dibarengi ibadah sosial.

Pelaksanaan ibadah ritual yang tulus 
harus melahirkan kepedulian pada lingkungan sosial.

Hadis di atas juga ingin mengatakan, 
agama jangan dipakai sebagai tameng memperoleh kedudukan 
dan citra baik di hadapan orang lain. 
 
Hal ini sejalan dengan definisi keberagamaan 
dari Gordon W Allport. Allport, psikolog, 
membagi dua macam cara beragama: 
ekstrinsik dan intrinsik.

Yang ekstrinsik
memandang agama sebagai sesuatu 
yang dapat dimanfaatkan. 
Agama dimanfaatkan demikian rupa 
agar dia memperoleh status darinya. 
 
Ia puasa, misa, kebaktian, atau membaca kitab suci,
bukan untuk meraih keberkahan Tuhan, 
melainkan supaya orang lain menghargai dirinya. 
 
Dia beragama demi status dan harga diri. 
Ajaran agama tidak menghujam ke dalam dirinya.

Yang kedua, yang intrinsik, 
adalah cara beragama yang memasukkan
nilai-nilai agama ke dalam dirinya. 
Nilai dan ajaran agama terhujam
jauh ke dalam jiwa penganutnya. 
 
Adanya internalisasi nilai spiritual keagamaan. 
Ibadah ritual bukan hanya praktik tanpa makna. 
Semua ibadah itu memiliki pengaruh dalam sikapnya sehari-hari. 
 
Baginya, agama adalah penghayatan batin kepada Tuhan. 
Cara beragama yang intrinsiklah yang mampu 
menciptakan lingkungan yang bersih dan penuh kasih sayang.

Keberagamaan ekstrinsik, 
cara beragama yang tidak tulus, 
melahirkan egoisme. 
 
Egoisme bertanggung jawab atas kegagalan manusia 
mencari kebahagiaan, kata Leo Tolstoy. 
Kebahagiaan tidak terletak pada kesenangan diri sendiri. 
Kebahagiaan terletak pada kebersamaan.

Sebaliknya, cara beragama yang intrinsik 
menciptakan kebersamaan.
Karena itu, menciptakan kebahagiaan dalam diri penganutnya 
dan lingkungan sosialnya. 
Ada penghayatan terhadap pelaksanaan ritual-ritual agama.

Cara beragama yang ekstrinsik 
menjadikan agama sebagai alat politis dan ekonomis. 
Sebuah sikap beragama yang memunculkan sikap hipokrit;
kemunafikan. 
 
Syaikh Al Ghazali dan Sayid Quthb pernah berkata, 
kita ribut tentang bid'ah dalam shalat dan haji, 
tetapi dengan tenang melakukan bid'ah 
dalam urusan ekonomi dan politik. 
 
Kita puasa tetapi dengan tenang melakukan korupsi. 
Juga kekerasan, pencurian, dan penindasan.

Indonesia, sebuah negeri yang katanya agamis, 
merupakan negara penuh pertikaian. 
Majalah Newsweek edisi 9 Juli 2001 mencatat, 
Indonesia dengan 17.000 pulau ini 
menyimpan 1.000 titik api 
yang sewaktu-waktu siap menyala. 
 
Bila tidak dikelola, 
dengan mudah beralih menjadi bentuk kekerasan 
yang memakan korban. 
Peringatan Newsweek lima tahun lalu itu, 
rupanya mulai memperlihatkan kebenaran. 
Poso, Maluku, Papua Barat, Aceh menjadi contohnya. 
Ironis.

Jalaluddin Rakhmat, dalam Islam Alternatif , 
menulis betapa banyak umat Islam disibukkan 
dengan urusan ibadah mahdhah (ritual), 
tetapi mengabaikan kemiskinan, kebodohan, penyakit, 
kelaparan, kesengsaraan, dan kesulitan hidup 
yang diderita saudara-saudara mereka. 
 
Betapa banyak orang kaya Islam 
yang dengan khusuk meratakan dahinya di atas sajadah, 
sementara di sekitarnya tubuh-tubuh layu 
digerogoti penyakit dan kekurangan gizi.

Kita kerap melihat jutaan uang 
dihabiskan untuk upacara-upacara keagamaan, 
di saat ribuan anak di sudut-sudut negeri ini 
tidak dapat melanjutkan sekolah. 
 
Jutaan uang dihamburkan 
untuk membangun rumah ibadah yang megah, 
di saat ribuan orang tua 
masih harus menanggung beban 
mencari sesuap nasi. 
 
Jutaan uang dipakai untuk naik haji berulang kali, 
di saat ribuan orang sakit menggelepar menunggu maut
karena tidak dapat membayar biaya rumah sakit. 
 
Secara ekstrinsik mereka beragama, Ada
tetapi secara intrinsik tidak beragama.

Sumber: Jalal Center


  _____  

Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru  
<http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http:/mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/>
 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
br>
Cepat sebelum diambil orang lain!





























<http://www.incredimail.com/index.asp?id=101219&rui=101613587> FREE Animations 
for your email - by IncrediMail! Click Here! 



  _____  


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - http://www.avg.com 
Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.6.19/1663 - Release Date: 9/9/2008 7:04 
PM




      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke