Dari SUARA PEMBARUAN DAILY Minggu 28 September 2008
Dikutip sepenuhnya dari sumber resmi Suara Pmbaruan tanpa izin untuak dibaca di 
Lapau.

________________________________

Songket, Ratunya Kain 
enyusul batik, kini kain tradisional pun mulai populer. Salah satu kain 
tradisional yang menjadi primadona adalah songket, kain tradisional dari 
Palembang. Sama seperti batik, kain yang dahulu hanya dipakai kaum bangsawan 
kini merakyat. Mulai dari busana sehari-hari seperti rok dan celana panjang 
hingga gaun pesta yang gemerlap. Songket menjadi begitu luwes, tanpa 
meninggalkan ciri khas. Pantaslah dia dijuluki ratunya kain. 
Dalam peragaan busana koleksi Zainal Songket yang berlangsung Minggu (24/9) di 
main Atrium East Mall Grand Indonesia, kain songket berbahan sutra 
dipadupadankan dengan kebaya organdi, atau diberikan sentuhan payet, 
manik-manik, bahkan kristal yang membuatnya semakin gemerlap. Songket juga kini 
tak melulu jadi sarung, tetapi dapat tampil sebagai rok dan celana panjang. 
Warna songket pun semakin beragam. Jika dulu songket berada pada area warna 
cokelat dan merah, kini songket tampil dengan warna biru, hijau, kuning, hingga 
merah muda. Tentunya ciri khas benang emas dengan motif timbul tetap 
dipertahankan. 
"Saya memang ingin memberikan nuansa yang berbeda. Agar orang dapat semakin 
mencintai songket. Bahwa songket dapat dikenakan di mana saja dan kapan saja," 
kata Zainal Arifin, desainer dan pengrajin songket tersebut. 
Sesuai dengan namanya, songket berarti adanya benang emas yang ditenun 
bersama-sama benang sutra atau campuran sutra dengan benang kapas. 
Pengerjaannya pun dilakukan dengan tangan. "Songket tidak bisa dicetak karena 
punya ciri kain yang berserat dan motifnya timbul," katanya. Bila kini banyak 
beredar kain songket yang dibuat dengan mesin, menurut Zainal itu kain dengan 
motif songket. Bukan songket yang sesungguhnya. 
Dari segi motifnya, songket Palembang memiliki berbagai ragam motif khas. Motif 
untuk pinggiran kain, biasanya berbeda dengan motif tumpal (kepala) kain. 
Kebanyakan songket Palembang memakai motif tumbuh-tumbuhan, terutama 
bunga-bungaan, juga komposisi motif geometris dan motif campuran. "Songket 
sangat unik karena Anda tidak akan menemui dua kain yang punya motif sama," 
papar Zainal. Karena itu, ada ribuan motif dan ragam hias pada songket. 
Seperti halnya batik, ragam hias songket pun memiliki variasi yang berbeda 
tergantung pada penggunaannya. Ini karena setiap motif memiliki makna berbeda. 
Misalnya, motif Naga Besaung yang melambangkan cinta dan perdamaian. Menurut 
Zainal, songket dengan motif ini hanya dipakai oleh mempelai pengantin. 
Sedangkan untuk orangtua mempelai, songket yang dipakai adalah yang bermotif 
Bintang Berantai, yang memiliki makna dua keluarga menjadi satu. Bahkan, pada 
zaman dahulu, lanjut zainal, para janda mudah dikenali karena, biasanya memakai 
songket motif Janda berhias yang memiliki warna cantik dan mencolok. 
Kilauan emas menjadi ciri khas kain tenun ini. Rangkaian benang yang tersusun 
dan teranyam lewat pola simetris membuat motif kain ini halus dan rumit. Untuk 
itu, teknik pembuatannya memerlukan kecermatan tinggi. Benang lungsi sutra 
dimasukkan melalui sisir tenun dan heddle utama pada rangkaian kain dan diisi 
oleh benang sutra dan benang emas tambahan jika diperlukan, guna membentuk pola 
simetris yang menjadi karakteristik brokat ini. Pola itu sangat halus dan 
rumit, biasanya diperoleh melalui pengait tambahan. Dibutuhkan waktu tiga 
hingga enam bulan untuk dapat menghasilkan satu kain. 
Bahan baku songket, terutama benang sutra dan benang emas untuk motifnya. 
Benang-benag tersebut diimpor dari Jepang, Thailand, dan Tiongkok. Itu yang 
membuat harga songket terbilang mahal. Harga sepotong kain songket masih 
relatif mahal. Misalnya, sebuah songket dengan kain dasar sutra yang motifnya 
tidak terlalu rumit, dijual dengan harga Rp 2 juta per set. Zainal sendiri 
menjual songket dengan harga mulai dari Rp 3-20 juta per set. 
"Songket adalah kain yang indah, karenanya bahan baku yang dipilih juga yang 
berkualitas terbaik," kata Zainal, yang memiliki gerai songket di Jakarta, 
Palembang, dan kota besar lainnya ini. Dia menjamin bila sepotong kain songket 
bisa bertahan hingga ratusan tahun.    
Ratu Zainal bahkan menyebut songket sebagai "ratunya" kain. "Karena songket 
tersebut tidak bisa terkena panas atau disimpan di ruangan yang sembarangan. 
Perawatannya harus benar-benar diperhatikan," tukas Zainal. Setelah dipakai 
pun, lanjutnya, kain songket mesti diangin-anginkan terlebih dulu. Kemudian 
digulung dan setiap tiga bulan sekali harus dibuka (dijabarkan) untuk 
menghilangkan bau atau ngengat yang mungkin ada di dalam lipatannya. 
Kini, songket tak lagi sekadar perlambang status, atau kelompok, tetapi telah 
menjadi bagian dari gaya fashion. Karena itu, Zaenal pun membuat songket dengan 
bahan yang lebih ringan dan warna yang bervariasi. "Saya menjadikan songket 
tidak kaku, lemas, dengan beragam warna agar dapat dibuat dengan berbagai gaya 
busana," katanya. 
Meski telah memasuki ranah desainer, namun songket tetap tidak mengalami proses 
pengguntingan. Zainal tetap menjahitnya utuh. Dia hanya menyiapkan bahan sesuai 
kebutuhan. Zainal juga tetap menerapkan pantangan bahwa songket pantang 
dipajang di etalase toko. Dia harus berada di dalam gulungan dan tidak 
dipajang. "Rupanya karena dia (baca songket,Red) 'ratu', maka dia tidak boleh 
berada di luar dan dilihat-lihat orang yang lalu lalang. Dia harus berada di 
dalam dan ditemui secara pribadi," kata Zaenal. 
Dia mengaku, pernah memajang songket di etalase, namun peminat malah berkurang. 
Setelah dia menerapkan pantangan ini dan gerainya bahkan memiliki banyak 
pelanggan tetap. "Itulah uniknya songket," ujarnya. 
Zainal sudah 25 tahun berkecimpung dalam bidang tenun tersebut. Namun katanya, 
masih banyak kendala dihadapi, khususnya untuk meningkatkan kecintaan terhadap 
kain tradisional. Namun, dia tidak menyerah. "Jangan hanya sekadar berorientasi 
bisnis, tapi juga hendaknya lebih ke upaya menampilkan citra kain songket 
Palembang di dalam dan luar negeri," katanya lagi. Semoga songket menyusul 
popularitas batik, menjadi kain tradisional yang fashionable dan sophisticated. 
[W-10] 

________________________________

Last modified: 26/9/08 


      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke