Assalamualaikum wr wb Tepat seminggu sudah saya berada di kampung halaman. Dalam rangka mengikuti hajat nasional mudik lebaran. Ini adalah perjalanan mudik via darat pertama kali sejak saya mampu membeli sampoerna mild dengan pencarian sendiri. Perjalanan yang asyik walaupun melelahkan.
Hari-hari di kampung halaman dihabiskan bolak balik dari rumah induaknyo anak, rumah induak sorang dan rumah induak bako. Untunglah jaraknya tidak terlalu jauh. Anak berumah di kota, sementara ayahnya di kampung berjarak 30 kilo. Setelah bosan bermondar-mandir, langkah saya arahkan menuju kota lain di sumbar. Maksudnya ingin bergabung dengan kebiasaan para pemudik bermobil lainnya: membuat ranah minang macet! Awalnya perjalanan hendak diarahkan ke bukittinggi. Namun mengingat dan menimbang beberapa hal, perjalanan diarahkan ke kota padang. Tepat sabtu jam 10 pagi, mulailah meluncur ke padang. Sesampai di solok mengisi bensin. Di lubuk selasih berhenti sejenak membeli markisa. Lalu dilanjutkan ke padang melewati sitinjau lauik. Laporannya: jalan bagus, banyak motor, L300 bak terbuka berpenumpang. Setelah barayo ke etek di padang, perjalanan dilanjutkan kembali. Sebagai seorang sijunjung, belum lengkap rasanya ke padang kalau belum melihat laut dan muaro padang. Luncuran diteruskan kesana. Lalu berhenti sejenak di toko kripik christine hakiem demi memenuhi permintaan oleh-oleh untuk teman-teman kelak. Ramai nian tokonya di sore itu. Sepertinya seluruh pemudik tumpah berbelanja disana. Mungkin si empunya toko punya dukun yang hebat. Dukun yang mampu menciptakan penglaris dahsyat. Penglaris dengan daya yang mampu menyebrang laut, sehingga para kawan spesifik meminta kripik balado kristin hakiem. Bukan yang lain! Selepas magrib, kembali meluncur meninggalkan padang. Perut sengaja di buat lapar, agar bisa makan enak di kayu aro. Tapi apa daya, rumah makan ini penuh. Dijubeli para pelancong berkendara L300 dan truk bak terbuka. Dilihat dari seri nomor polisinyan, sebagian besar besar mereka adalah sijiunjung seperti saya, yang lapar setelah ke padang melihat laut. Tak bisa makan disana, kami terus berkendara ke bawah. Makan di sebuah warung kecil di Talang, bermenu gulai gajebo. Udara yang dingin dan perut lapar menjadi alasan untuk tambuah dan mengangkat kaki ketika makan. Selepas Talang, kita tak berhenti lagi sampai kampung halaman. Malam itu hujan ringan dan sedang terus menyapa. Tepat jam 11 malam, si xenia hitam mungilku menjejak halaman rumah. Ia seperti hendak bercerita. Tentang ia yang telah melihat laut dan muaro padang. Wassalam MS/29 Powered by Telkomsel BlackBerry® --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---