Pak Suryadi, masalah disiplin itu nomor sapuluah kini, nan nomor satunyo iyolah 
tidak ada alternatif angkutan masal. Adek saya pada hari raya ke 2 mau ke 
Padang. Mereka  berangkat jam 20.00 dan smapai diPadang jam 3 pagi.. Ini sudah 
keterlaluan. Apa aparat kita tidak pernah mempelajarii, saya rasa sudah, tetapi 
mereka tidak punya opsi alternatif kendaraan massal selain dari anggkutan jalan 
raya.
Tidak terbayangkan berapa masyarakat yang ketinggalan pesawat.............untuk 
aparat kepolisian saya ancungkan jempol. seteiap persimpangan dijaga oleh 
polisi dan dijalan pun saya lihat perwiranya pun turun ke jalan, cuma itu tadi, 
kapasitas jalan tidak kuat menampung lonjakan kendaraan bermotor terutama 
mobil. 

Pemda bukittinggi selayaknya dari sekarang sosialisasikan penggunaan kembali 
jalur kereta api sampai ke Payakumbuh. karena macet parah tersebut sampai ke 
Payakumbuh. Berika masyarakat waktu 2 tahun untuk berbenah2. kita tau bahwa 
mereka itu semua ileggal karena memakai aset KAi. sedangkan nan bermain di situ 
adalah oknum dan ini harus diusut. 

Semoga dengan adanya alternatif anggkutan selain dari kendaraan bermotor dapat 
menjadi solusi bagi alat transportasi di Sumatera Barat.


Nanang nan lah di JKT dan sempat terjebak 5 jam dari Padang panjang ke 
Bukittinggi




http://www.padangekspres.co..id/content/view/19697/1/
HEADLINE NEWS  

Senin, 06 Oktober 2008  
Sembilan Jam Terjebak Macet Padang-Bukittinggi  
Jalan Lima Meter Berhentinya Sepuluh Menit 

Macet Total : Antrean kendaraan terjebak macet di Silaingbawah,  Padangpanjang, 
beberapa waktu lalu.(Foto : Padek)

Tidak Lebaran namanya kalau jalur Padang-Bukittinggi tak macet total. Bencana 
musiman setiap tahun yang tak kunjung terselesaikan tersebut di tahun 1429 
Hijiriah kembali terjadi. Bayangkan dari Padangpanjang hingga Koto Baru, X Koto 
Kabupaten Tanahdatar harus dilewati lima jam perjalanan. 
Anto (35) mengumpat dan mengerutu sambil membantingkan pintu mobil. ”Apo ko, 
masak dari Silaing ka Bukik Surungan ko se habih lo wakatu dua jam,” ujarnya 
menggerutu sambil melihat arloji Rolex yang melingkar di lengan kirinya, Kamis 
(2/10). 


Seperti tahun-tahun sebelumnya, jalur Padang-Bukittinggi memang selalu macet. 
Namun Lebaran 1429 Hijiriah kali ini betul-betul macet luar biasa. Macet total 
dan nyaris tak bergerak.. Seluruh kendaraan yang tumpah ruah di jalan terlihat 
berhenti lima menit dan lalu berjalan lima meter lalu berhenti lagi. 

Pantauan koran ini apa yang dirasakan selama terjebak dalam macet total dari 
Padang menuju Bukittinggi mulai terjadi ketika memasuki kawasan Simpang Lintas 
Padangpariaman.. Karena di kawasan tersebut sudah mulai terjadi pertemuan dua 
jalur arus transportasi yang selama ini juga termasuk daerah rawan macet. 

Dari arah Simpang Lintas terlihat deretan kendaraan mulai merangkak dari arah 
Pasaman Barat, Lubukbasung dan Pariaman. Baik itu menuju Padang maupun menuju 
kawasan Lubukalung. Dari arah selatannya datang deretan kendaraan dari arah 
Kota Padang menuju Padangpanjang. 

Masih syukur kawasan yang dekat dengan rawan macet karena pasar tumpah di 
Lubukalung ini tidaklah macet total. Tapi macet di jalur ini hanya berdampak 
melambatnya laju kendaraan. Kondisi yang nyaris sama juga terjadi di kawasan 
Sicincin, Kabupaten Padangpariaman. Daerah yang juga memiliki pasar tumpah dan 
pertigaan jalan menuju Padangpariaman ini juga terlihat macet. Di kawasan ini  
terjadi macet yang agak lebih dibandingkan kawasan Lubukalung. 

Usai melewati pasar tumpah Sicincin tumplekan kendaraan roda dua maupun roda 
empat berbagai nomor polisi sudah mulai terlihat menumpuk. Kendaraan yang 
semula terlihat melaju dengan lambat mulai terlihat merayap. 

”Bayangkan saja dari Padang kami berangkat pukul 18.00 WIB dan baru sampai di 
Kadangempat ini pukul 20.00 WIB. Biasanya Padang menuju Bukittinggi bisa 
ditempuh hanya dua jam perjalanan,karena Padang menuju Bukittinggi terpaut 
jarak 90-an kilometer,” ujar Taslim salah seorang pengemudi kendaraan pribadi 
dari Padang mendekati Kelok Pinyaram, Kabupaten Padangpariaman. 

Sukses melewati dua pasar tumpah, Lubukalung dan Sicincin bukan berarti mobil 
yang ditumpangi Padang Ekspres terlepas dari perangkap macet. Justru yang 
terjadi sebaliknya. Menapaki kawasan Kayutanam kendaraan betul-betul sudah 
menumpuk. Di sini pengemudi mulai tak bisa lagi menginjak pedal gas. Pengemudi 
terlihat mulai sibuk menginjak pedak rem dan kompling. Bau pahit dan busuk 
akibat gesekan rem, serta kain kopling dengan mesin mulai menyegat. 

Sepanjang jalan juga terlihat sejumlah kendaraan dari berbagai jenis dan tahun 
rakitan mulai menepi. Sambil mengumpat dan wajah bosan bercampur letik terlihat 
satu persatu mereka mulai membuka kap (penutup mesin, red). Ini menandakan 
temperature mesin mobil sudah melewati ambang batas. 

Sebetulnya naiknya temperatur mesin kendaraan merupakan konsekuensi logis. 
Sebab, mulai dari Kayutanam hingga Padangpanjang kondisi jalan mulai menanjak. 
Layaknya jalur tanjakan tentu pengemudi selalu menekan pedal gas dan memaksa 
kendaraan agar mampu melaju ditanjakan. Tidak  itu saja mesin kendaraan juga 
dipaksa dan ini membawa dampak borosnya bahan bakar. 

Sepanjang jalur Malibo Anai hingga Bukit Surungan saja tercatat hampir belasan 
kendaraan yang kehabisan bahan bakar. Parahnya lagi, keringnya bahan bakar ini 
terjadi di kawasan sempit serta tanjakan tajam. Misalnya di kawasan lingkar 
Terminal Bukit Surungan yang merupakan jalur satu-satunya dari Padang menuju 
Bukittinggi sesuai skenario aparat lalu lintas terlihat sebuah mobil hartop dan 
Kijang kehabisan bahan bakar di jalur sempit. Akibatnya hampir satu jam jalur 
lingkar tersebut macet total tak bergerak. 

Tidak itu saja, jalur alternatif dua jalur yang terpaksa menjadi satu jalur ini 
berubah menjadi tempat parkir mendadak. Kendaraan terlihat berjejer sebanyak 
empat lapis. Di sini juga terlihat tak ada lagi prioritas bagi pengguna jalan. 
Para pengemudi tak lagi peduli dengan status sosial maupun kasta lain dalam 
kehidupan. 

Setidaknya ini terlihat dari sejumlah kendaraan yang terjebak ditentukan 
beberapa kendaraan berlogokan padi kapas dan lambang burung garuda sebagai logo 
wakil rakyat. Begitu juga dengan mobnas yang pakai logo daerah di dinding 
dengan nopol rahasia. Malahan kendaraan Patwal yang selama ini dipergunakan 
untuk menerobos kemacetan dengan raungan serta lampu pijar yang menyala dibuat 
tak berkutik. Buktinya, di kawasan lingkar Bukit Surungan ditemukan dua unit 
Patwal terjebak dan tak bisa berbuat apa-apa. 

”Dek emang jalan menuju Bukittinggi tak ada lagi yang lain ya, kapan mau 
nyampai kalau kendaraannya padat kayak gini. Tengoklah ke atas sana rentetan 
kendaraan seperti tak terputus,” ujar Jasman salah seorang perantau yang 
mengaku ingin menuju RM Badarun untuk menikmati masakan khas sambalado-nya. 

Kalau dilihat dari kondisi ruas jalan dan banyaknya kendaraan yang terjebak 
macet maka jalur alternatif Padang menuju Bukittinggi sudah harus disediakan. 
”Saya sempat dengar ada jalur Padang-Bukittinggi via Sicincin-Malalak untuk, 
apakah jalur itu udah bisa dioperasionalkan. 

Masalahnya saya dapat informasi jalur itu mulai dikerjakan sejak tahun 2002 
yang lalu?” tanyanya. Terlepas dari perangkap macet di jalur Lingkar Bukik 
Surungan bukan berarti Padang Ekspres bisa melaju dengan kecepatan tinggi 
menuju Kota Sanjai Bukittinggi. 

Malahan memasuki jalur Padang-Bukittinggi selepas pertigaan jalur lingkar Bukit 
Surungan tumplekan kendaraan juga terlihat makin parah. Padang Ekspres yang 
mencoba melirik jam ternyata kaget luar biasa. Untuk jalan sepanjang 300 meter 
saja harus menghabiskan waktu lebih dari satu jam. 
Tepat pukul 00.00 WIB Padang Ekspres kembali melanjutkan perjalanan kendaraan 
mulai beringsut menanjakan pendakian Panyalaian, Kecamatan X Koto Kabupaten 
Tanahdatar. Sepanjang jalan terlihat sejumlah warga yang bermukim di pinggir 
jalan raya Padang-Bukittinggi menjadikan kemacetan sebagai  tontonan musiman 
yang datang sekali setahun. 

Doni (27) salah seorang warga Panyalaian mengatakan, selama dua puluh inilah 
macet yang paling parah. Tahun kemarin memang macet juga tapi tak separah ini, 
kendaraan masih bisa bergerak. ”Ini betul-betul parah,” ucapnya. 
 
Penerobos Pemicu Kacau 
Padatnya jalur dan tumpleknya kendaraan dibanding luar ruas jalan sebetulnya 
tak perlu terjadi kalau dikelola dan ditata dengan baik. Dari beberapa kawasan 
macet yang dilewati Padang Ekspres pemicu utama kemacetan adalah banyak 
kendaraan yang menerobos melewati marka jalan (tanda pembatas jalan, red) dan 
memakan jalan dari arah berlawanan. Sementara dari arah berlawanan juga 
terlihat tumpukan kendaraan. Benturan jalur inilah yang paling banyak 
menimbulkan kemacetan. 

Dari pantauan Padang Ekspres kondisi ini mulai terjadi dari kawasan Kayutanam 
hingga ke Padang Luar Kabupaten Agam. Di sepanjang jalur ini juga terlihat 
ratusan, bahkan ribuan batu ukuran sedang berserakan di jalan. Batu-batu ini 
dipergunakan oleh para pengemudi untuk menganjal kendaraan agar tak melorot 
ditanjakan ketika terpaksa harus berhenti mendapat giliran untuk jalan. 

Begitu juga dengan sampah. Sepanjang jalan tersebut terlihat sampah berserakan 
akibat para penumpang banyak yang kelaparan sebelum sampai di tempat tujuan. 
Kondisi ini diperparah, karena sebagian besar rumah makan dan restoran sudah 
tutup karena kehabisan bahan makanan. Sementara sejumlah pengemudi kendaraan 
Angkutan Kota Dalam Provinsi yang sempat dihubungi Padang Ekspres mengaku kesal 
dengan kemacetan ini. 

”Biasonyo kami bisa jalan ampek (dua kali pulang pergi, red) Padang-Payakumbuh 
manjalang malam. Ko lah tangah malam baru jalan duo, kanai kami da,” ujar Malin 
salah seorang pengemudi AKDP Jalur Payakumbuh Padang. 
 
Bergantung Sicincin-Malalak 
Macet yang menjadi tontonan musiman ini tak akan pernah selesai sepanjang tahun 
jika jalur alternatif dan konsentrasi kendaraan tidak dipecah. Sebab, opini 
masyarakat baik itu di rantau maupun di kampung, untuk berlebaran yang paling 
mengasikan itu adalah Bukittinggi. Mungkin tidak berlebihan kalau tak ke 
Bukittinggi belum lengkap Lebarannya. Inilah yang membuat kawasan ini menjadi 
macet total. 

Kini fakta yang terjadi di jalur padat tersebut bukannya terpecah. Malahan 
sejumlah objek wisata baru muncul seperti Minang Fantasi di kawasan Minangkabau 
Village.. Akibatnya, walau tak menjadi pelaku utama, kehadiran objek wisata air 
kedua setelah waterboom di Sawahlunto ini juga ikut memberikan konstribusi 
macetnya jalur Padangpanjang-Bukittinggi. 

Jika warga Sumbar tak ingin lagi terjebak macet bila berpergian ke Bukittinggi, 
maka jalur alternatif Sicincin-Malalak merupakan kata kunci. Sebab, masyarakat 
bisa menggunakan alternatif lain untuk berpergian menuju Kota Sanjai yang 
selama ini dikenal sebagai icon-nya wisata Sumbar. (Two Efly)  



________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain


      
___________________________________________________________________________
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

  • ... asfarinal, asfarinal, asfarinal, asfarinal nanang, nanang, nanang, nanang
    • ... Datuak Arifz
      • ... Lies Suryadi
        • ... Tasril Moeis

Kirim email ke