Home / Berita Utama /
  
   
  Caleg Pemilu 2009
   
  Dari Penyair Jalanan hingga Penjual Nasi Kucing
  
   
  Kompas, Jumat, 10 Oktober 2008 | 02:36 WIB 
     
  Oleh Amanda Putri Nugrahanti dan Harry Susilo
   
  Bagi Purbo Setiawan (29) menjadi anggota legislatif berarti dapat membela 
rakyat miskin. Meski bekerja sebagai seniman jalanan dengan membaca puisi di 
bus kota, ia tak gentar maju sebagai calon anggota DPRD Kota Semarang di daerah 
pemilihan Semarang I dengan nomor urut 4.
  Ketika ditemui di sekretariat partai yang mengusungnya, Partai Bintang 
Reformasi, di Kota Semarang, Rabu (8/10), laki-laki yang akrab disapa Aan ini 
tidak banyak bicara. Hampir setiap pertanyaan yang berhubungan dengan latar 
belakang pencalonan dirinya selalu dijawab bahwa ia akan membela hak dan 
kepentingan rakyat miskin. ”Saya selama ini selalu turun ke masyarakat bawah 
untuk membantu advokasi di bidang pendidikan dan kesehatan. Makanya, saya yakin 
banyak orang lebih mengenal saya secara emosional,” katanya.
  Ia tidak merasa malu dengan profesinya sebagai pembaca puisi atau penyair 
jalanan atau menerima pekerjaan sebagai drafter (menggambar desain rumah yang 
akan dibangun) sekaligus tenaga yang turut membangun rumah. ”Kan, saya juga 
punya pekerjaan walau hanya untuk bertahan hidup,” tutur lulusan Sekolah Teknik 
Mesin Negeri III Semarang ini mantap.
  Meski belum begitu paham bagaimana tugas seorang anggota legislatif (caleg) 
ketika duduk di kursi DPRD, ia memiliki idealisme yang menurut dia ”sangat 
krusial”: ”Saya tak akan ikut-ikutan anggota lain kalau ada kebijakan yang tak 
memihak rakyat. Pokoknya, saya akan berjuang untuk rakyat.”
  Ari Nugroho (26), caleg dari partai yang sama dan aktivis Front Nasional 
Perjuangan Buruh Indonesia, juga berjanji memperjuangkan hak-hak buruh jika ia 
terpilih. ”Kami memang tidak punya uang, tetapi kami memiliki karakter. Kami 
bertekad konsisten mempertahankan idealisme,” kata Ari yang sehari-hari bekerja 
sebagai penjual jasa bimbingan skripsi.
  Rahmat Sutopo (22) lebih berani lagi. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas 
Negeri Semarang ini yakin usia bukan penentu seseorang dapat menjadi pemimpin 
yang baik atau tidak. Baik Rahmat maupun Ari mengaku banyak belajar dari Barack 
Obama, calon presiden Amerika Serikat.
  Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Buruh Kota Semarang Aries Munandar 
mengatakan, caleg yang diajukan dari partainya beragam, dari buruh, aktivis 
buruh, dokter, mahasiswa, dan pedagang kaki lima. Ini disesuaikan dengan target 
suara dari kelompok masyarakat yang ingin dicapai Partai Buruh, yaitu pekerja 
dan pedagang kaki lima.
  Anto Widiatmoko (22), lulusan Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang 
baru saja lulus, adalah caleg Partai Buruh dengan nomor urut 1 di DP 1. Selain 
Anto, ada Sucipto (39), penjual nasi kucing (nasi dengan porsi sekepal tangan), 
juga caleg Partai Buruh bernomor urut 1 di DP II. Kendati terhitung baru dalam 
bursa caleg, Anto dan Sucipto optimistis bisa meraup 30 persen suara di DP 
tempatnya dicalonkan.
  Aries juga diajukan sebagai caleg di Kota Semarang dengan nomor urut 1 di 
daerah pemilihan III. Walaupun tidak bekerja dan hanya aktif di SBSI dan Partai 
Buruh, ia mengaku pernah menjadi pekerja. ”Saya diberhentikan karena dinilai 
menyalahi aturan. Padahal, saya ikut kegiatan serikat pekerja.”
  Selain partai baru, banyak kader parpol yang juga wajah baru yang masuk dalam 
bursa caleg. Erik Rudi Irwanto (40), caleg dari DPC PDI-P Kota Semarang, 
contohnya. Walau sudah lama bergelut di partai, baru kini Erik maju menjadi 
calon nomor urut 12 di DP III. ”Saya siap kalah karena itulah risiko 
berpolitik,” kata mantan pengelola parkir di Jalan MT Haryono, Semarang, dan 
sekarang menjadi pemasok komponen mebel itu.
  Beragam caleg yang diajukan oleh berbagai parpol ini juga mengundang beragam 
respons dari masyarakat. Herlangga Tahta (19), mahasiswa Fakultas Ekonomi 
Undip, Semarang, mengaku tak mengenal satu pun caleg DPRD Jateng yang diajukan 
partai lama maupun baru.
  Penilaian serupa dikemukakan Suparno (51), pemilik tambal ban di Jalan Imam 
Bardjo, Semarang. ”Saya setiap hari melihat gambar caleg di spanduk pinggir 
jalan. Jangankan programnya, orangnya saja belum pernah tahu.”
  Pengamat politik dari Undip, Semarang, Susilo Utomo, menilai, seorang wakil 
rakyat harus memegang teguh idealisme dalam menjalankan fungsinya. ”Idealisme 
itu sendiri mengandung tiga hal, yaitu komitmen, integritas moral, dan 
pengetahuan yang cukup.”
  ”Perhatikan betul rekam jejaknya, pengalaman, latar belakang pendidikan, dan 
yang paling penting, tidak korupsi,” kata Susilo.


       
---------------------------------
  Dapatkan alamat Email baru Anda!  
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke