Sabtu, 11 Oktober 2008  
Oleh : Medrial Alamsyah, Konsultan Manajemen & Public Sector Reform,
Direktur Eksekutif SIGI Indonesia

Sejak dahulu kala Pemda Sumbar selalu menyampaikan keluhan yang sama:
Sumatera Barat adalah daerah minus sumberdaya, masyarakatnya yang susah
diatur, menolak pariwisata karena alasan religi, penguasaan teknologi yang
rendah, dst. Mereka juga mengeluhkan tentang keterbatasan wewenang pemda
yang membuat mereka tidak berwibawa di hadapan pemerintah kabupaten/kota.
Seakan ingin mengatakan masalah di atas adalah given dan oleh karena itu
pembangunan Sumatera Barat hanya bisa secara business as usual. 

Pada sisi lain, penulis juga sering mendengar keluhan dari bupati/wali kota
yang progresif, bahwa Pemprov Sumbar tidak pernah punya blue print alias
visi pembangunan yang jelas, sehingga terpaksa mereka harus berjuang sendiri
sesuai dengan visi masing-masing. Artinya, sejatinya ada peluang bagi pemda
provinsi untuk membangun sinergi dengan pemerintah kabupaten/kota, tanpa
harus menunggu "rengekan kewenangan" mereka kepada pemerintah pusat
disetujui. Yang mereka perlukan hanya sebuah visi dan strategi pembangunan
yang jelas, terukur, realistik, disepakati bersama, dan dapat ditelusuri. 

Ketika para tokoh saudagar Minang berkumpul di ranah pada tanggal 10-12
Oktober tahun 2008 ini dalam Forum Silaturahmi Saudagar Minang (FSSM), yang
didukung sepenuhnya oleh pemerintah (pusat dan daerah) sungguh layak bagi
kita untuk mendiskusikan gagasan tentang visi pembangunan Sumbar ke depan,
yang bisa dijadikan sebagai kerangka guna menyatukan potensi sumberdaya
Sumbar untuk kesejahteraan masyarakat Sumbar itu sendiri. Gagasan itu saya
sebut sebagai "Minangkabau region-state" (MRS). 

Konsep "Region-State" 

Konsep "region-state" (RS) dikemukakan oleh Kenichi Ohmae (The next Global
Stage: The Challanges and Opportunities in Our Borderless World, 2005)
sebagai tantangan damai terhadap konsep "nation-state" (NS) yang ilusif
namun penuh emosi. Bagi Ohmae NS hanya bisa diterima karena telah diterapkan
secara luas dan berhasil mendamaikan pluralisme dalam suatu negara. 

Namun seharusnya NS hanya digunakan sebagai konsep politik, tidak bisa
diperluas penggunaannya dalam konsep ekonomi. Karena, penerapannya dalam
ekonomi hanya akan membuat aplikasi konsep-konsep ekonomi - seperti
pertumbuhan, pendapatan per kapita - menjadi bias. Ketika dikatakan
pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,5% tidak berarti seluruh provinsi (RS)
memiliki pertumbuhan 6,5%. Bisa jadi ada daerah yang pertumbuhan ekonominya
2% dan yang lain 10%. 

Konsep ini mendorong daerah untuk mandiri secara ekonomi dan independen
dalam kebijakan. Di era globalisasi ini, sebuah RS harus diberi kebebasan
untuk berinteraksi dengan ROW (Rest Of the World), mengatur regionnya
sedemikian rupa sehingga ROW datang mensejahterahkan rakyat di RS tersebut.
Bahkan Ohmae menyerukan agar RS bersaing satu sama lain untuk mengundang ROW
berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja di daerahnya. 

Ohmae memang tidak menyamakan RS dengan wilayah administratif seperti
provinsi, namun untuk kasus Indonesia pada umumnya, terutama Sumbar,
provinsi bisa dikategorikan sebagai satu kesatuan ekonomi RS. 

Untuk bisa berkembang dan menjadi perhatian ROW, RS harus memiliki visi yang
jelas, yang menggambarkan fokus pengembangan wilayah itu. Selanjutnya RS
harus memiliki pelabuhan internasional sebagai tempat keluar masuknya barang
dari ROW ke RS dan sebaliknya, memiliki infrastruktur teknologi informasi
(internet) memadai, penguasaan Bahasa Inggris oleh penduduknya untuk
memudahkannya berkomunikasi dengan ROW, dan memiliki perguruan tinggi
teknologi yang diperlukan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan. 

Berbicara mengenai visi bagi Ohmae bukan berarti rumusan kata-kata indah
dalam dokumen rencana strategis pemerintah, jauh lebih penting adalah
tindakan-tindakan konkrit di lapangan yang menunjuk pada arah, dan
menggambarkan strategi, tertentu. Ketika Pemda Sumbar membangun sekolah
tinggi pariwisata menterang di dua tempat sambil pada saat bersamaan
mengalihkan semua SMK  menjadi SMK Pariwisata serta memperbaiki
infrastruktur pariwisata secara besar-besaran umpamanya, menunjukkan visi
Sumbar sebagai daerah wisata, walaupun pernyataan itu tidak ada dalam
rumusan visi resminya. Begitu pula ketika pemerintah membangun banyak bidang
tanpa ada garis merah antara bidang-bidang itu, akan memperlihatkan
pemerintah tidak punya visi, kendati rumusan visinya bagus secara teori. 

Visi Pariwisata 

Sejak pemerintahan sebelumnya, Pemda Sumbar giat memasarkan daerahnya untuk
investasi. Namun, sebagaimana juga dilakukan pemda lain di Indonesia, cara
yang mereka lakukan adalah cara-cara konvensional; yaitu ibarat memasarkan
seisi rumah ke pasar, termasuk kasur-kasuk busuk yang tidak layak jual. Coba
tengok website pemerintah daerah di Sumbar; mereka menawarkan semua hal;
mulai dari pertambangan, perkebunan, kerajinan, perikanan, peternakan; baik
besar maupun kecil; tanpa ada fokus dan konsep yang jelas tentang (rencana
bisnis) apa yang akan dilakukan oleh pemda setempat terhadap potensi-potensi
tersebut. Mereka lupa bahwa banyak daerah lain di seluruh dunia yang punya
hal yang sama, kalau bukan jauh lebih baik. 

Menurut penulis, kendati semua gubernur dan aparat pemerintah mengatakan
bahwa ada penolakan yang keras dari masyarakat terhadap pariwisata, Pemda
Sumbar harus berani menetapkan visi Sumbar sebagai daerah wisata. Pemerintah
dan semua pemangku kepentingan Sumbar harus diyakinkan bahwa rakyat Sumbar
hanya bisa sejahtera melalui pembangunan dengan thema pariwisata. Artinya,
pembangunan sektor lain, sejauh memungkinkan secara teknis, harus juga
didedikasi untuk pariwisata. Lokasi tambang umpamanya, kendati memiliki
proses bisnis tersendiri, harus didisain agar bisa dijadikan obyek wisata
pula. Demikian pula peternakan, perkebunan, dll. seperti telah dilakukan
secara terbatas di beberapa daerah. 

Ini memungkinkan dilakukan di Sumbar. Di Sawah Lunto umpamanya, yang telah
membangun woter boom - yang juga dikunjungi pengunjung dari berbagai daerah
sekitar Sumbar - dan akan membangun kereta gantung, bekas tambang mereka
bisa dijadikan bukan saja untuk dilihat, melainkan juga bisa dijadikan
sebagai tempat belajar sekolah teknik pertambangan, sehingga orang datang
bukan hanya untuk berwisata tetapi juga bersekolah. Di sana juga punya
potensi peternakan rakyat yang tersebar di perbukitan yang unik, sehingga
disamping sebagai penghasilan peternak juga berkembang sebagai obyek wisata;
seperti dilakukan di Swiss yang mempertontonkan peternakan dan proses
pembuatan coklat yang bahan bakunya susu sapi dari peternakan setempat. 

Akan tetapi, pariwisata Sawah Lunto akan berjalan lamban bila berkerja
sendiri. Disitulah pentingnya dibuatkan cluster pembangunan pariwisatayang
melibatkan daerah lain di sekitarnya seperti Solok, Sijunjung, Tanah Datar,
dan Damasraya. Tiap daerah bisa didorong membangun obyek wisata monumental,
Pemda Sumbar bisa memperbaiki akses jalan antar daerah tersebut, membangun
kawasan perhotelan yang representatif sehingga mendorong turis menetap lebih
lama untuk melihat obyek wisata yang lebih variatif. 

Ketika cluster tersebut sudah ditetapkan dan didisain, tidak terlalu sulit
menghitung potensi wisatawan yang datang, investasi pemerintah yang
diperlukan, investasi swasta yang diharapkan, sektor ekonomi yang bisa
dikembangkan masyarakat, kebijakan dan pembinaan yang perlu diberikan
pemerintah, tenaga kerja yang terserap, keahlian dan perilaku masyarakat
yang perlu dikembangkan, sekolah yang perlu dibangun, dst. 

Dalam konteks MRS, cluster pariwisata seperti itu dengan sub thema berbeda
bisa dikembangkan di wilayah lain seperti
Padangpanjang-Bukittinggi-Agam-Payakumbuh; Padang-Pariaman- Agam; dst. Dan
antar cluster itu bisa saja bersinergi satu sama lain sehingga secara
regional akan terlihat oleh ROW betapa MRS memiliki potensi wisata yang
besar sehingga menjadi tempat berinfestasi di bidang pariwisata yang
menjanjikan. 

Dengan konsep MRS itu, maka fungsi kehadiran Pemda di pertemuan-pertemuan
seperti FSSM, Gebu Minang, dll. akan semakin konkrit. Pemda bisa mengarahkan
sektor yang bisa digarap para saudagar. Bukan sekadar menyampaikan pidato
mengambang yang hanya bisa diwacanakan. (***) 
 
http://www.padangekspres.co.id/content/view/19998/114/


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke