Terima kasih banyal sanak .. sungguh membuka mata kita bahwa orang Islam sendiri secara implisit telah setuju thd penghinaan thd para sahabat radiallaahu 'anhum ajma'in
2008/10/15 <[EMAIL PROTECTED]> > > www.hidayatullah.com > Memuja Fouda, Menfitnah Sahabat > <http://hidayatullah.com/index.php?view=article&catid=105%3Apemikiran&id=7718%3Amumuja-fouda-menfitnah-sahabat&format=pdf&option=com_content&Itemid=70> > > <http://hidayatullah.com/index.php?option=com_mailto&tmpl=component&link=aHR0cDovL2hpZGF5YXR1bGxhaC5jb20vaW5kZXgucGhwP3ZpZXc9YXJ0aWNsZSZpZD03NzE4JTNBbXVtdWphLWZvdWRhLW1lbmZpdG5haC1zYWhhYmF0Jm9wdGlvbj1jb21fY29udGVudCZJdGVtaWQ9NzA=> > > Wednesday, 15 October 2008 02:51 *Buku Farag Fouda, doktor Ekonomi > Pertanian Mesir, yang juga dikenal juru bicara kaum liberal "menghina" para > sahabat. Anehnya mendapat pujian Syafi'I Ma'arif dan para guru besar UIN* > > Oleh: *Asep Sobari*,* Lc*. > > Belum lama ini, Yayasan Wakaf Paramadina bekerjasama dengan penerbit Dian > Rakyat menerbitkan edisi Indonesia sebuah buku berjudul "*Kebenaran yang > Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin > *" , karya Farag Fouda (Judul aslinya: *al-Haqiqah al-Ghaybah*). > Selanjutnya judul buku ini disingkat KYH. > > Dari judulnya, bisa ditebak, buku ini mengangkat apa yang oleh penulisnya > disebut sebagai sisi kelam dari sejarah Islam. Jika kaum Muslim menyebut > zaman Khulafaurrasyidin sebagai masa yang ideal, maka Fouda meggambarkan > sebaliknya. Menurut Fouda, zaman itu bukanlah masa ideal, tapi "zaman > biasa". "Tidak banyak yang gemilang dari masa itu. Malah, ada banyak jejak > memalukan." (hal.xv). > > Mungkin karena itulah, kaum liberal di Indonesia sangat bergairah dengan > terbitnya buku ini. Pada sampul depan ditulis pujian Prof. Dr. Azyumardi > Azra yang dikenalkan sebagai Guru Besar Sejarah dan Direktur Sekolah > Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah. Terhadap buku ini, Prof. Azra > berkomentar: > > "Karya Farag Fouda ini secara kritis dan berani mengungkapkan realitas > sejarah pahit pada masa Islam klasik. Sejarah pahit itu bukan hanya sering > tak terkatakan di kalangan kaum Muslim, tapi bahkan dipersepsikan secara > sangat idealistik dan romantik. Karya ini dapat menggugah umat Islam untuk > melihat sejarah lebih objektif, guna mengambil pelajaran bagi hari ini dan > masa depan". > > Pada sampul belakang, dimuat komentar Prof. Dr. Syafi`i Maarif yang > dikenalkan sebagai Guru Besar Filsafat Sejarah, Universitas Nasional > Yogyakarta (UNY). Lebih bergairah dari Profesor Azra, Profesor Syafi'i > Maarif terkesan begitu terpesona oleh karya Faouda ini, sehingga dia > berkomentar: > > "Terlalu banyak alasan mengapa saya menganjurkan Anda membaca buku ini. > Satu hal yang pasti: Fouda menawarkan "kacamata" lain untuk melihat sejarah > Islam. Mungkin Fouda akan mengguncang keyakinan Anda tentang sejarah Islam > yang lazim dipahami. Namun kita tidak punya pilihan lain kecuali meminjam > "kacamata" Fouda untuk memahami sejarah Islam secara lebih autentik, > obyektif dan komprehensif". > > Benarkah buku Fouda ini memang obyektif dan komprehensif, sebagaimana > pujian para profesor sejarah di Indonesia itu? Untuk membuktikannya, silakan > simak fakta-fakta berikut ini: > > Farag Fouda adalah seorang doktor Ekonomi Pertanian di Mesir. Dia dikenal > sebagai juru bicara yang sangat vokal dari kaum liberal di Mesir. Hidupnya > berakhir tragis. Dia ditembak mati pada 8 Juni 1992. Pada 3 Juni 1992, > sejumlah ulama al-Azhar membuat pernyataan, bahwa Fouda telah murtad dari > agama Islam, karena pendapat-pendapatnya dinilai menghujat Islam. Dalam > pengantar buku edisi Indonesia ini, Samsu Rizal Panggabean mencatat, bahwa > Ma'mun al-Hudaibi, pemimpin Ikhwanul Muslimin, membenarkan pembunuhan > tersebut. Saat menjadi saksi di pengadilan, Syekh Muhammad al-Ghazali > mengatakan, seorang muslim yang telah murtad atau keluar dari agama Islam > dapat dibunuh. (hal. xii). > > Umat Islam memang bisa tersengat imannya dengan opini yang diungkapkan > Fouda. Meskipun bukan ahli sejarah Islam, Fouda mengaku "telah membaca > sejarah secara tekun, menganalisisnya dengan cermat, mengeceknya dengan > teliti" (KYH, hlm. 1). Karenanya, dia berani menuangkan buah pikirannya > tentang sejarah yang menurutnya dibingkai dengan "akal sehat" dan > menghindari khayalan subyektif yang dapat mendorong terjadinya penambahan > atau pengurangan yang melampaui kebenaran sejarah (KYH, hlm. 2). Fouda > menegaskan, Kebenaran yang Hilang ditulis "bukan untuk kepentingan > propaganda, mengolok-olok ataupun mengejek, tetapi untuk kepentingan > kecermatan dan ketelitian dalam mengungkap kebenaran sejarah" (KYH, hal. 2). > > Itulah klaim Fouda. Tapi, jika ditelaah pada sumber-sumber yang dirujuknya, > kenyataannya jauh panggang dari api. Kajian Fouda bukan hanya sering tidak > obyektif, tidak komprehensif, dan tidak jujur. Tapi juga lemah dari segi > metodologi. Untuk menentukan kekuatan suatu fakta, Fouda merasa cukup dengan > hanya mengutip riwayat minor dari salah satu sumber rujukan, tanpa harus > meneliti atau membandingkan dengan riwayat-riwayat lain yang dimuat dalam > sumber yang sama, apatahlagi sumber lain. > > Di sinilah letak kelemahan kajian Fouda yang paling mendasar. Fouda > mengutip sumber-sumber sejarah klasik secara sembarangan, sesuai dengan > kemauannya. Riwayat-riwayat yang tidak jelas sumbernya, dia kutip sebagai > rujukan cerita, dengan menafikan riwayat lain yang jelas dan kuat sumbernya. > Cara-cara seperti ini memang biasa digunakan oleh kaum orientalis dalam > menulis sejarah Islam. Sayangnya, kaum sekular-liberal, seperti Fouda, juga > mengikuti jejak kaum orientalis dalam memberikan citra buruk tentang sejarah > Islam. > > Dengan metode yang serampangan seperti itu, Fouda membuat gambaran yang > sangat tidak beradab (baca: biadab) terhadap Sayyidina Usman r.a. Simaklah > gambaran buku ini tentang Usman bin Affan r.a.: > > "Namun Usman membawa umat Islam ke dalam polemik tentang sosok dirinya. > Para pemimpin di dalam *Ahl al-Hall wa al-'Aqdi *membuat konsensus untuk > melarikan diri dari kepemimpinannya, baik lewat cara pemecatan menurut > kalangan ahli pikirnya, maupun kekerasan menurut kalangan garis kerasnya. > Wibawanya terguncang di mata rakyat, sampai sebagian masyarakatnya menghunus > pedang yang siap mencincangnya dan menohoknya ketika berada di atas mimbar. > Bahkan sebagian menghinanya dengan sebutan Na'tsal, sebutan untuk orang > Kristen Madinah bernama Na'tsal yang kebetulan berjenggot lebat seperti > Usman. Para pemuka sahabat pun menentangnya, ini adalah sesuatu yang sangat > terang benderang menunjukkan bahwa ia keluar dari ketentuan al-Quran dan > Sunnah. Karena itu, muncul seruan secara terang-terangan untuk membunuhnya. > Hadits Aisyah meriwayatkan: "Bunuhlah Na`tsal, dan terlaknatlah Na`tsal." > (KYH, hal. 25). > > Selanjutnya, untuk lebih mempertajam citra buruk Usman r.a., Fouda menulis > secara dramatis kisah kematian Usman dan pemakamannya: > > "Ia terbunuh oleh tangan umat Islam sendiri yang bersepakat memberontak dan > mengepung rumahnya. Dan anda dapat saja membayangkan bahwa kematian Usman > telah melegakan hati sebagian umat Islam. Bahkan, permusuhan sebagian umat > Islam atas dirinya berlangsung setelah kematiannya...." (KYH, hal. 25) > > Lebih tragis lagi adalah gambaran Fouda tentang jenazah Sayyidina Usman > r.a.: > > "Mayat Usman harus bertahan dua malam karena tidak dapat dikuburkan. Ia > ditandu empat orang…dan Abu Jahm bin Huzaifah. Ketika ia disemayamkan untuk > dishalatkan, datanglah sekelompok orang Anshar yang melarang mereka untuk > menyalatkannya… Mereka juga melarangnya untuk dimakamkan di pekuburan Baqi`. > Abu Jaham lalu berkata, 'Makamkanlah ia karena Rasulullah dan para malaikat > telah bershalawat atasnya'. Akan tetapi, mereka menolak, 'Tidak, ia > selamanya tidak akan dimakamkan di pekuburan orang Islam. Lalu mereka > memakamkannya di Hisy Kaukab (sebuah areal pekuburan Yahudi). Baru tatkala > Bani Umayyah berkuasa, mereka memasukkan areal pemakaman Yahudi itu ke dalam > kompleks Baqi`" (KYH, hal. 26). > > Sayyidina Usman r.a. adalah salah satu sahabat Nabi terkemuka yang sangat > dihormati oleh umat Islam. Dia juga menantu Nabi saw. Kaum Muslimin tak > putus mengirim doa kepadanya bersama shalawat untuk Rasulullah saw. Diri dan > hartanya telah diserahkan untuk perjuangan Islam. Tapi, gambaran hebat > tentang Usman r.a. itu diporakporandakan oleh Farag Faouda. Bahkan, Fouda > berfantasi lebih jauh lagi: "Usman diposisikan sebagai orang paling hina dan > paling sial di antara umat Islam." (hal.27). > > Itulah gambaran sangat tidak beradab tentang Usman r.a. yang dilakukan oleh > Fouda yang bukunya dipuji-puji oleh dua guru besar sejarah di Indonesia. > Upaya membuat gambaran buruk terhadap Usman itu tidak akan berhasil, sebab > data dan caranya memang sangat tidak ilmiah. Bagi sejarawan yang mau > menelaah sumber-sumber primer sejarah Islam, tidak terlalu sulit untuk > membuktikan kecurangan Fouda dan kenaifan dua Profesor sejarah tersebut. > > Fakta sejarah menunjukkan tidaklah benar bahwa para pemuka sahabat yang > tergolong Ahl al-Hall wa al-`Aqd sepakat menjauhi Usman dengan cara-cara tak > terhormat. Apalagi menyebutkan, bahwa Aisyah menyuruh membunuh Usman. Dalam > edisi bahasa Arab ditulis: "Haytsu yurwa 'an Aisyah qauluha uqtulu Na'tsalan > wa la'anallaahu Na'tsalan." Jadi, menurut Fouda, Aisyah sendiri yang > mengutuk Utsman dan memerintahkan pembunuhan terhadap Usman. > > Dengan cara seperti itu, Fouda sedang menggiring pembaca pada sebuah > kesimpulan bahwa pembunuhan Usman sudah selayaknya terjadi. Menurut Fouda, > peristiwa tersebut "melibatkan" atau setidaknya mendapat dukungan dari para > pemuka Sahabat, seperti Ali, Zubair, Thalhah, Sa`id bin Zaid, Ibn Umar, Ibn > Abbas dan lain-lain, yang tergabung dalam Ahl al-Hall wa al-`Aqd. Padahal, > faktanya, sama sekali tidak seperti itu. Para sahabat itu sama sekali tidak > terlibat dalam pembunuhan Usman. > > Sayangnya, Fouda tidak menyebut data yang lebih spesifik dan rujukan yang > dapat diukur kebenarannya. Tidak ada riwayat yang jelas dari hadits yang > disebutkan Fouda tentang riwayat `Aisyah yang memerintahkan membunuh Usman > r.a. Bahkan, `Aisyah ra. sendiri, seperti diriwayatkan Bukhari dalam > al-Tarikh al-Kabir dengan sanad yang baik, mengutuk pembunuh Usman, "Usman > dibunuh secara zalim. Terkutuklah pembunuhnya" (Muhammad al-Ghabban, Fitnat > Maqtal `Utsman, hal. 426). > > Untuk membuktikan kesalahan Fouda dalam mengutip sumber-sumber sejarahnya, > cukup melacak kitab sejarah yang ditulis al-Thabari dalam subjudul, *Dzikr > al-Khabar `an al-Mawdhi`* *al-Ladzi Dufina fihi `Utsman*…(al-Tarikh, > 2/687). Buku inilah yang dirujuk dengan tidak cermat oleh Fouda. Simaklah > fakta-fakta yang tersaji dalam *Kitab al-Thabari* tersebut: > > Terkait masalah prosesi pemakaman Usman, al-Thabari sebenarnya menyebut 9 > riwayat dari 4 sumber, dengan urutan seperti berikut; Ja`far bin Abdullah > al-Muhammadi (2 riwayat), al-Waqidi (4 riwayat), Ibn Sa`ad (1 riwayat), dan > Saif bin Umar (2 riwayat). Riwayat yang dikutip Fouda di atas adalah riwayat > ketiga al-Waqidi. Padahal, sebenarnya, kitab ini menyebut sejumlah riwayat. > > Menurut riwayat pertama al-Muhammadi, Usman dimakamkan di Hasy Kaukab. > Riwayat kedua al-Muhammadi: sebuah kebun di luar [Baqi`]. Riwayat pertama > al-Waqidi: di Baqi`. Riwayat kedua al-Waqidi: di perkebunan dekat Baqi`. > Riwayat keempat al-Waqidi: di Baqi`. Riwayat Ibn Sa`ad: di Hasy Kaukab. Dan > riwayat pertama Saif: di areal Baqi` yang berdampingan dengan Hasy Kaukab. > > Kenapa Fouda hanya mencatut riwayat ketiga al-Waqidi untuk mendukung > argumentasinya? Ini menunjukkan bahwa Fouda menulis sejarah dengan tidak > cermat dan tidak komprehensif. Semua riwayat itu adalah lemah, dan anehnya > Fouda sengaja mengambil satu saja riwayat diantara riwayat yang lemah. > Itupun baru seputar riwayat-riwayat al-Thabari. Sejarawan yang baik tentunya > akan berusaha menggali riwayat-riwayat sejenis dari kitab lainnya, misalnya > al-Thabaqat al-Kubra, karya Ibn Sa'ad. Dalam kitab ini, Ibn Sa`ad menyebut > beberapa riwayat dari `Amr bin Abdullah dan al-Waqidi yang jelas-jelas > menyatakan Usman dimakamkan langsung pada malam harinya di Baqi` > (al-Thabaqat, 3/77-78). > > Maka, bukankah hal yang ajaib, jika seorang Profesor sejarah seperti > Syafi'i Maarif menyebut buku Fouda ini sebagai "obyektif dan > komprehensif"!!! > > Cobalah simak kekeliruan Fouda berikutnya! > > Fouda menulis bahwa Usman dimakamkan di areal pekuburan Yahudi (KYH, hal. > 26). Keterangan tersebut tidak tercantum dalam redaksi riwayat al-Waqidi > yang dikutip Fouda. Bahkan juga tidak terdapat dalam riwayat-riwayat lain > yang disebut al-Thabari. Penjelasan semacam itu tentu sangat fatal, sebab > siapa pun akan membayangkan, Usman r.a. dimakamkan bukan di pemakaman Islam, > tetapi di pemakaman Yahudi. Inilah salah satu fitnah dan kejahatan besar > yang dilakukan Fouda dalam melecehkan menantu Rasulullah saw dan salah satu > sahabat Nabi terkemuka. Maka, aneh sekali, jika manusia seperti Fouda ini > justru didukung dan dibanggakan oleh dua sejarawan terkemuka di Indonesia > seperti Azyumardi Azra dan Syafii Maarif. > > Kasus pembunuhan Usman sebenarnya telah ditelaah secara mendalam dalam > tesis master Muhammad al-Ghabban di Universitas Islam Madinah dengan judul > *Fitnat Maqtal `Utsman*. Dalam tesisnya, al-Ghabban meneliti dengan cermat > semua riwayat tentang prosesi pemakaman dan penyalatan Usman. Kesimpulannya, > tidak ada satu pun riwayat yang benar-benar shahih, tetapi semuanya lemah. > Hanya saja, ada sebagian yang saling menguatkan. Di antaranya, jenazah Usman > dishalatkan dan dimakamkan di Hasy Kaukab, sebuah kebun dekat Baqi` yang > kemudian dimasukkan ke dalam areal Baqi` (*Fitnat Maqtal `Utsman*, hal. > 260-261). Jadi, sebenarnya, riwayat yang menyatakan bahwa Usman dimakamkan > di pemakaman Yahudi, sama sekali tidak ada, dan itu adalah fantasi Fouda > sendiri. > > *Penutup* > > Farag Fouda telah menjadi sejarah. Karyanya sama sekali tidak layak masuk > kategori buku sejarah yang komprehensif. Maka, seyogyanya, orang-orang > seperti Prof. Azyumardi Azra dan Prof. Syafi'i Maarif lebih berhati-hati > dalam menilai suatu karya sejarah. Tidaklah patut bersorak gembira menyambut > satu karya, hanya karena karya itu luar biasa dalam menggambarkan keburukan > generasi sahabat Nabi saw dan hitamnya sejarah Islam. Apalagi itu dilakukan > oleh seorang guru besar sejarah. > > Sebaiknya, sebelum berkomentar, periksalah sumber-sumber aslinya. Juga, > periksa juga terjemahan edisi Indonesianya. Sebab, banyak sekali kesalahan > fatal dalam terjemahan. Misalnya, ditulis: "Umair bin Dzabi`i datang > meludahinya, lalu ia mematahkan salah satu persendiannya" (KYH, hal. 26). > Kalimat fa naza `alaih seharusnya diartikan "melompat atau menyergap > kearahnya", bukan "datang meludahinya". Sedangkan kasara dhil`an seharusnya > diartikan "mematahkan salah satu tulang rusuk", bukan "persendian". > > Kekayaan al-Zubair di Mesir, Aleksandria, Kufah dan Basrah yang dalam teks > asli riwayat Ibn Sa`ad disebut Khithath dan Dur disalah-artikan menjadi > armada laut dan angkutan darat! Padahal arti semestinya adalah "beberapa > bidang tanah" dan "beberapa rumah." > > *Akhirul kalam*, sebagai peminat sejarah, yang bukan porfesor dan bukan > doktor, saya hanya bisa menyarankan, agar orang-orang terhormat dalam bidang > sejarah itu bisa menjaga kehormatannya, di dunia dan akhirat! Ingatlah, > tanggung jawab keilmuan sangat berat, apalagi menyangkut harkat dan martabat > seorang sahabat Nabi saw yang mulia, yang Nabi sendiri telah memuji dan > memuliakannya. Lagi pula, apa untungnya mengumbar fitnah dan caci maki > kepada sahabat Nabi? > > *Penulis adalah alumnus Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo, dan > Universitas Islam Madinah. *Kini peneliti bidang sejarah di *Institute for > the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS). Penulis dapat > dihubungi di email: > *<%20%3Cscript%20language=%27JavaScript%27%20type=%27text/javascript%27%3E%20%3C%21--%20var%20prefix%20=%20%27ma%27%20+%20%27il%27%20+%20%27to%27;%20var%20path%20=%20%27hr%27%20+%20%27ef%27%20+%20%27=%27;[EMAIL > > PROTECTED];%20addy83273%20=%20addy83273%20+%20%27yahoo%27%20+%20%27.%27%20+%20%27com%27;%20document.write%28%20%27%3Ca%20%27%20+%20path%20+%20%27%5C%27%27%20+%20prefix%20+%20%27:%27%20+%20addy83273%20+%20%27%5C%27%3E%27%20%29;%20document.write%28%20addy83273%20%29;%20document.write%28%20%27%3C%5C/a%3E%27%20%29;%20//--%3E%5Cn%20%3C/script%3E%3Cscript%20language=%27JavaScript%27%20type=%27text/javascript%27%3E%20%3C%21--%20document.write%28%20%27%3Cspan%20style=%5C%27display:%20none;%5C%27%3E%27%20%29;%20//--%3E%20%3C/script%3EThis%20e-mail%20address%20is%20being%20protected%20from%20spambots.%20You%20need%20JavaScript%20enabled%20to%20view%20it%20%3Cscript%20language=%27JavaScript%27%20type=%27text/javascript%27%3E%20%3C%21--%20document.write%28%20%27%3C/%27%20%29;%20document.write%28%20%27span%3E%27%20%29;%20//--%3E%20%3C/script%3E> > [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> > > > > > --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
<<image/jpeg>>