Assalamualaikum w.w. para sanak sapalanta,
Mendahului risalah pertemuan yang sedang disiapkan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional dan Gebu Minang yang menjadi hosts dari acara bedah buku tersebut, izinkanlah saya menyampaikan pokok-pokoknya sebagai berikut.
1.    Pertemuan yang difokuskan untuk pendalaman lebih lanjut dari latar belakang doktrin Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK)sebagai jati diri Minangkabau,  berlangsung sesuai dengan rencana, dari jam 10.30 -16.00, dihadiri oleh 141 orang peserta dari segala lapisan dan kalangan, baik dari pemuka adat, cendekiawan, guru, serta kaum muda.
2.    Dalam acara pembukaan, selain Ketua Gebu Minang Mayjen Pur Asril H Tanjung S.Ip, juga memberikan sambutan tertulis Gubernur Sumatera Barat, Gamawan Fauzi, yang sedang berada di Jakarta dalam rangka rapat kerja dengan Presiden R.I.
3.    Dalam pertemuan ini dibedah dua buah buku, yaitu buku Christine Dobbin, edisi 2008,  "Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784-1847, Komunitas Bambu, Jakarta, serta buku Drs Sjafnir Aboe Nain, 2008, "Tuanku Imam Bonjol, Sejarah Intelektual Islam di Minangkabau (1784-1832), Penerbit Esa, Padang. Isi kedua buku ini dipandang saling melengkapi satu sama lain.
4.    Panelis terdiri dari Dr. Gusti Asnan, Dr. Erwiza Erman,MA,  Drs Sjafnir Aboe Nain, serta Drs Zulqoyyim. Seluruh panelis menghargai pendekatan komprehensif yang digunakan oleh Christine Dobbin, yang didukung oleh data yang amat kaya, sehingga sangat bermanfaat dalam upaya memahami sejarah Minangkabau.
5.    Secara khusus diberi perhatian pada penegasan Dobbin bahwa Perang Paderi bukanlah merupakan perang antara kaum adat dengan para ulama, oleh karena pada kedua belah fihak terdapat baik kaum adat maupun para ulama.
6.    Dari data yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa substansi doktrin ABS SBK berasal dari Tuanku Imam Bonjol, setelah beliau menyadari dan mendapat laporan dari empat orang utusan yang dikirim ke Tanah Suci bahwa kekerasan yang dilakukan kaum Paderi sebelum itu adalah  merupakan suatu kesalahan dan harus diperbaiki.
7.    Untuk mendalami keseluruhan aspek dari Gerakan Paderi ini, serta untuk menindak lanjuti doktrin ABS SBK, telah dibentuk dan diresmikan sebuah 'Lembaga Kajian Gerakan Paderi, 1803-1838' lengkap dengan Pelindung/Dewan Pembina, Penasehat, serta Pengurus, yang akan beralamat di Jalan Ahmad Yani 7, Padang.
8.    Oleh karena alasan teknis, rumusan ABS SBK yang telah diselesaikan oleh Tim Perumus ABS SBK yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Sumatera Barat dan telah menyelesaikan draft pertama pada bulan Juni 2008, belum dapat disajikan dalam kesempatan ini.
9.    Dalam acara ini juga telah diperkenalkan Ranji ABS SBK dengan mempergunakan software "Family Tree Maker" yang telah dibahas amat intensif di kalangan para perantau yang aktif di RantauNet, yang menggabungkan ranji adat berdasar sistem kekerabatan matrilineal dengan ranji berdasar ajaran nasab yang diajarkan agama Islam.
10.    Dengan mempergunakan Ranji ABS SBK ini dan dengan dukungan arsip yang terdapat di Arsip Nasional, telah dapat ditelusuri keturunan Tuanku Imam Bonjol dari jalur nasab, yang menghasilkan dua temuan, yaitu bahwa a)    ayah Tuanku Imam Bonjol, Khatib Bayanuddin, ternyata adalah seorang bangsawan kerajaan Pagaruyung, yang dalam konflik yang berlangsung di Minangkabau pada saat itu bersama dengan 40 orang pengiringnya, mengundurkan diri ke luar Minangkabau dan akhirnya mendarat di Sulawesi Selatan, yang kemudian beranak pinak di daerah tersebut. Orang Bugis mencatat dengan cermat peristiwa tersebut, dan menyampaikan keinginan agar tali darah antara orang Bugis dengan kerajaan Pagaruyung ini disegarkan kembali. Keinginan tersebut ditampung dalam susunan kepengurusan Lembaga Kajian Gerakan Paderi 1803-838; dan b)   salah seorang cucu Tuanku Imam Bonjol, Saudara Hari Ichlas, seorang pengusaha, telah memperoleh kepastian hukum tentang hubungan darahnya menurut garis nasab dengan Tuanku Imam Bonjol, yang selain dikukuhkan dengan sebuah akta notaris juga didaftarkan pada pengadilan negeri dan pengadilan agama.
11.     Sekedar catatan, terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kesimpulan acara bedah buku Dobbin yang sama di Unimed Medan pada tanggal14 Oktober 2008, yang pada umumnya mereduksi masalah Perang Paderi ini pada masalah ekonomi dan logistik belaka, dan cenderung menyebut Perang Paderi sebagai 'perang dagang' dan  secara kategoris menyatakan bahwa Perang Paderi bukan 'perang agama', kesimpulan dari acara bedah buku di Padang ini sangat berbeda, dengan memberikan perhatian pada keseluruhan aspek yang terkait dengan gerakan Paderi , baik aspek politik, ekonomi, sosial budaya, agama, dan militer, yang juga mengandung aspek-aspek baik yang dapat ditindaklanjuti melalui pengkajian yang lebih mendalam serta secara terus menerus.

 
Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta)
Alternate e-mail address: [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke