Waálaikumsalam Wr. Wb.
Sanak Muhammad Dafiq nan ambo hormati...sangat baik sekali dan mencerahkan, 
begitulah seharusnya kita bersikap dan mengerjakan ibadah yang beramal, tidak 
dibuat2 tetapi dilakukan sesuai tuntunan. Subhanallah...saat ini banyak umat 
yang salah kaprah, mungkin karena ketidaktahuan mereka atau karena hanya ingin 
melanggengkan tradisi..\
Mudah2an ALLAH SWT memberikan ridha NYA. Amin ya rabbilálamin!
 
Salam
Defiyan Cori L/40

--- On Wed, 12/31/08, Muhammad Dafiq Saib <stlembang.a...@gmail.com> wrote:

From: Muhammad Dafiq Saib <stlembang.a...@gmail.com>
Subject: [...@ntau-net] ACARA MALAM TAHUN BARU
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Wednesday, December 31, 2008, 7:50 PM



Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuhu
 

ACARA MALAM TAHUN BARU
 
Hamid, seorang teman lama menelponku.
 
'Kami akan mengadakan zikir dan shalat lail berjamaah di malam tahun baru. Mau 
ikut?'  tanyanya.
 
'Tidak,' jawabku mantap.
 
'Wuih, mantap betul jawaban tidak kau. Tanpa dipikir sedikitpun. Benar nih, 
nggak mau ikut?' tanyanya lagi.
 
'Benar,' jawabku bersungguh-sungguh.
 
'Ada apa dengan kau? Ada acara tahun baruan yang lain?' tanyanya lagi penuh 
selidik.
 
'Tidak ada. Aku seperti biasa akan di rumah saja. Tidur pada waktunya. Tidak 
ada acara apa-apa,' aku mencoba menjawab sedikit panjang lebar.
 
'Aneh, kau. Diajak pergi beribadah kau tolak. Biasanya kau tidak seperti itu 
yang aku tahu,' dia mulai bergerilya.
 
'Tidak ada yang aneh. Aku biasa-biasa saja,' jawabku.
 
'Boleh aku datang ke rumahmu? Kita ngobrol-ngobrol?' tanyanya lagi.
 
'Silahkan. Silahkan kapan saja kau mau mampir,' jawabku sungguh-sungguh.
 
Hamid datang beberapa hari kemudian. Kami terlibat dalam obrolan basa-basi 
sebentar sebelum dia mengulangi lagi ajakannya.
 
'Aku bersungguh-sungguh mengajakmu menghadiri acara shalat malam berjamaah di 
malam tahun baru,' katanya.
 
'Aku juga bersungguh-sungguh mengatakan bahwa aku tidak akan ikut,' jawabku.
 
'Kenapa?' tanyanya penasaran.
 
'Karena tidak mau saja,' jawabku singkat.
 
'Bagaimana kalau kita lakukan shalat malam berjamaah di kedua malam tahun baru? 
Maksudku, di malam tahun baru Hijriyah dan tahun baru Masehi?' tanyanya pula.
 
'Jadi maksudmu, yang tadi itu memang di malam tahun baru Masehi ?' aku balik 
bertanya.
 
'Ya. Kenapa? Kau mau ikut?'
 
'Jelas tidak,' jawabku.
 
'Seandainya hanya di tahun baru Hijriyah? Kau mau?'
 
'Jelas tidak,' jawabku, berusaha tersenyum.
 
Hamid makin penasaran. Dia memandangku dengan pandangan aneh.
 
'Aku tahu. Karena menurut kau amalan seperti itu hanya dibuat-buat. Jadi 
bid'ah. Rupanya begitu?' katanya di ujung kepenasarannya.
 
Aku hanya tersenyum.
 
'Jadi memang demikian rupanya. Kau menganggap shalat berjamaah di malam tahun 
baru itu mengada-ada. Begitu bukan? Mengerjakan shalat kau anggap mengada-ada?' 
dia tetap penasaran.
 
'Begini. Untuk diriku, aku tidak mau mengerjakannya. Untuk orang lain aku tidak 
mau mengomentari,' kataku.
 
'Aku tidak bisa memahami bahwa mengerjakan shalat malam kau anggap perbuatan 
mengada-ada. Apakah kau tidak mengerjakan shalat malam ?'
 
'Insya Allah aku juga mengerjakan shalat malam. Tapi aku tidak mau mengerjakan 
dengan ritual khusus. Pada acara yang dibuat khusus. Pada kesempatan khusus dan 
dengan aturan khusus. Dan ini, sekali lagi hanya untukku. Aku tidak akan 
mencela dan melarang orang yang melakukannya,' aku mencoba menjelaskan.
 
'Memangnya salah, ya ?' tanya lagi.
 
'Hei, hei, hei. Aku tidak mau menyalah-nyalahkan siapa-siapa. Tapi aku juga 
tidak mau mengerjakan sesuatu yang tidak ada keyakinanku di dalamnya. Yang aku 
tidak yakin ada contohnya dari Nabi SAW.'
 
'Ooo, jadi begitu.'
 
'Ya, begitu.'
 
'Apa saja acara kau biasanya di malam tahun baru?'
 
'Seperti acara di malam-malam yang lain. Aku tidur pada waktunya. Bangun pada 
waktunya. Shalat seperti biasa,' jawabku.
 
'Termasuk shalat malam?'
 
'Insya Allah.'
 
'Kalau untuk dirimu sendiri, disamping karena tidak ada contoh, seperti kau 
katakan, apakah malam tahun baru itu tidak perlu ditandai secara khusus?'
 
'Tidak perlu. Dan lagi pula untuk apa?'
 
'Untuk mengenalinya sebagai tanda waktu. Supaya kita tahu sudah sampai dimana 
keberadaan kita, misalnya. Apakah itu salah?'
 
'Untuk mengenalinya cukuplah ada kalender. Kau mengenali bahwa hari ini tanggal 
sekian. Dan hari ini hari pertama dalam satu minggu, dalam satu bulan, dalam 
satu tahun. Silahkan saja kau kenali tanda-tanda itu. Tapi kan tidak perlu 
adanya perlakuan khusus. Tidak perlu ada acara khusus. Acara yang dikemas 
khusus.'
 
Hamid menarik nafas dalam-dalam.
 
'Sebenarnya, acara shalat malam di malam tahun baru itu adalah untuk mengajak 
orang-orang menghindari acara hura-hura,' katanya mencoba mengalihkan 
pembicaraan.
 
'Bagus itu,' kataku.
 
Kali ini dia menatapku tajam.
 
'Tapi kenapa kau tidak mau ikut?'
 
'Bukankah sudah ada kau yang mengajak. Kenapa pula aku mesti ikut-ikutan lagi? 
He..he..he..' 
 
'Kenapa kau tertawa? Maksudnya jelas untuk syiar.'
 
'Nah, itu dia. Apa ada syiar malam tahun baru? Malam tahun baru Masehi?'
 
'Syiar agama itu kan boleh dilakukan kapan saja. Apa bukan begitu?' 
 
Hamid penasaran.
 
'Kau justru jadi terbalik-balik. Mengajak orang kepada kebaikan untuk syiar 
agama itu boleh dilakukan kapan saja. Benar demikian. Jadi tidak perlu membuat 
acara pada hari-hari khusus.'
 
'Bagaimana dengan pengajian atau ceramah agama pada hari-hari khusus? Apakah 
itu juga sesuatu yang dibuat-buat?'
 
'Meskipun yang seperti itu juga tidak ada contohnya, tapi masih mungkin bisa 
dipahami selama dalam pengajian itu dibahas tentang makna dari hari-hari khusus 
itu. Misalnya pembahasan tentang peristiwa isra' dan mi'rajnya Rasulullah, 
makna dari pertukaran tahun di awal tahun hijriyah dan sebagainya.'
 
'Apa bedanya kalau begitu dengan  melakukan shalat malam di malam tahun baru?'
 
'Ya jelas beda. Melakukan shalat malam yang dikhususkan di malam tahun baru itu 
sama seperti kau merayakan, membesar-besarkan, mengkhususkan malam itu. Yang 
padahal tidak ada bedanya dengan malam-malam yang lain. Orang yang tidak faham 
nanti akan menganggap bahwa shalat malam di malam tahun baru itu sebuah aturan 
dalam agama Islam. Padahal bukan demikian. Shalat malam boleh dilakukan di 
malam apa saja.'
 
'Tapi shalatnya sendiri tidak masalah kan?'
 
'Shalatnya sendiri, shalat malamnya sendiri tidak ada masalah. Silahkan lakukan 
shalat malam kapan saja di waktu malam. Tapi tidak mesti dikhususkan. Begitu 
pemahamanku. Dan untuk diriku sendiri, tentu saja.'
 
'Bagaimana seandainya pada malam tahun baru kau diundang ke pengajian agama 
tapi pada malam itu juga diadakan shalat malam berjamaah?'
 
'Maksudmu? Ceramah agamanya dilakukan tengah malam?'
 
'Katakan misalnya, ceramahnya dilakukan sesudah waktu isya, berakhir sampai jam 
satu malam, lalu diakhiri dengan shalat malam.'
 
'He..he..he.. Boleh juga kegigihanmu. Apa ada ceramah agama dilakukan selama 
itu? Tapi baiklah. Akan aku lihat dulu kondisi kesehatanku. Dalam keadaan 
seperti itu, seandainya memang ada, mungkin aku akan datang untuk mendengarkan 
ceramahnya dan setelah itu pulang. Shalatnya akan kulakukan sendiri di rumah.'
 
'Jadi maksudnya, kau tidak suka atau tidak mau shalat malam berjamaah?'
 
'Bukan juga begitu. Aku biasa hadir pada saat shalat tarawih berjamaah.' 
 
Hamid seperti kehabisan bahan. Lama dia terdiam. Aku tersenyum memandangnya.
 
'Jadi kesimpulannya, pada dasarnya kau tidak suka merayakan atau mengenang hari 
pergantian tahun.'
 
'Aku hanya mencatatnya saja. Tidak merayakan dan tidak pula mengenang.'
 
'Bagaimana dengan hari kelahiranmu? Hari ulang-tahunmu? Kau tidak mengenangnya 
juga?'
 
'Tidak,' jawabku.
 
'Kau tidak merayakannya? Tidak adakah orang yang mengucapkan selamat ulang 
tahun kepadamu?'
 
'Anak-anak dan istriku kadang-kadang ikut latah mengucapkan selamat ulang 
tahun. Dan aku selalu mengingatkan kepada mereka bahwa ulang tahun itu bukan 
untuk diselamat-selamati. Apalagi untuk dirayakan dengan melagukan panjang 
umur.  Untuk setiap hari yang kita jalani, untuk setiap bulan, bahkan setiap 
tahun, artinya semakin dekat kita kepada akhir jatah hidup kita. Aku tidak 
berani merayakannya karena aku belum yakin bahwa aku sudah benar-benar selamat. 
Bahwa aku sudah benar-benar siap menghadapi hari yang terakhir itu.'
 
'Kau yakin kau tidak sedang berlebih-lebihan?'
 
'Kau menganggapku berlebih-lebihan?' aku balik bertanya.
 
Dia memandangku, kembali dengan pandangan agak aneh.
 
'Dan kau tidak pernah mengucapkan ucapan selamat ulang tahun kepada istri dan 
anak-anakmu?'
 
'Aku mengingatkan mereka pada hari ulang tahun mereka. Tapi ya itu lagi. Sambil 
menyadarkan mereka bahwa bertambahnya umur berarti berkurangnya jatah hidup.'
 
'Bagaimana dengan teman-temanmu? Maksudku, kau tidak pernah mengucapkan selamat 
ulang tahun kepada mereka atau sebaliknya kau mengingatkan mereka tentang jatah 
hidup mereka yang semakin berkurang?'
 
'Tergantung situasinya. Kalau teman itu cukup akrab dan  dekat denganku aku 
cenderung mengingatkannya juga.'
 
Hamid kembali terdiam. Kali ini dia tersenyum. Tersenyum agak kecut.
 
'Baiklah. Aku menghormati pendapatmu,' kata Hamid pada akhir perbincangan kami.
 
'Aku juga menghormati pendapatmu untuk beramal,' aku menimpali.
 
                                                            
                                                                        *****




      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke