Riri, sebelum saya datang ke Padang Panjang saya sudah minta bantuan pak 
Nofrins untuk menghubungkan saya dengan pak Walikota. Pak Nof menghubungi pak 
Fachruddin Tieja, yang sudah berusaha meminta waktu pak Walikota. Pertemuan ini 
tidak terlaksana, karena pada tanggal saya di Padang Panjang itu beliau dinas 
ke Mataram, Lombok. Pak Wakil Wali Kota kebetulan juga sedang sibuk dengan 
acara lain.
 
Info Riri bahwa 'Padang Panjang sudah berbuat sebelum orang lain memikirkannya' 
-- seperti semboyan Semen Padang -- berarti memang Padang Panjang pada suatu 
saat bisa mengalahkan Bukit Tinggi. Alhamdulillah.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta)
Alternate e-mail address: saaf10...@gmail.com;
saafroedin.ba...@rantaunet.org



--- On Fri, 1/16/09, Riri Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org> wrote:


From: Riri Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org>
Subject: [...@ntau-net] Re: [West Sumatra Tourism Board] Padang Panjang Bisa 
Mengungguli Bukit Tinggi !
To: w...@googlegroups.com
Cc: "Rantau Net" <rantaunet@googlegroups.com>
Date: Friday, January 16, 2009, 9:16 PM



Pak Saaf,
 
Kalau boleh saya menyarankan, kalau bisa Bapak bertemu langsung dengan Bp. Suir 
Syam, Walikota Padangpanjang, karena apa yang menjadi concern pak Saaf ini 
setahu saya sudah pula menjadi pemikiran beliau, bahkan beliau sudah melangkah 
lebih jauh, membuat konsep yang jelas dan rinci, dan sudah mencoba "menjual"nya 
ke berbagai pihak yang diperkirakan potensial. 
 
Tahun 2004 Walikota (beserta timnya yang terdiri dari staf dan konsultan) sudah 
mempresentasikan konsep pariwisata yang logis, runtut, dan sebagian sudah 
rinci,  ke berbagai pihak.
Termasuk juga, satu atau dua kali di depan warga Padangpanjang yang ada di 
Jakarta - baik dari kalangan birokrat maupun swasta.
 
Salah satu yang dipresentasikan adalah yang berkaitan dengan akomodasi. Potensi 
yang hilang sudah dihitung, termasuk misalnya karena STSI sekian kali setahun 
mengadakan acara dengan undangan sekian orang, tetapi menginapnya di 
Bukittinggi. 
 
Untuk "menangkap" potensi itu, Pak Walikota dan tim nya merencanakan 
pembangunan penginapan berupa cottages atau sejenisnya di Minangkabau Village. 
Ini yang ditawarkan ke investor, baik besar maupun kecil. Mereka sudah 
menyajikan hitungan rinci, misalnya berapa harga satu villa, berapa expected 
income, berapa lama payback period, bagaimana aturan main antara investor 
dengan pemkot dst dst secara rinci.
 
Waktu itu juga sudah ada warga yang menyediakan ruang kantor yang representatif 
di Jl. Juanda sebagai penghubung.
 
Nah, saya tidak tahu, mengapa perencanaan yang sudah sangat2 terbuka dan rinci, 
jadi sudah sangat siap, ternyata tidak disambut oleh para calon investor 
potensial, ataupun para pemerhati pariwisata. Kalau ternyata kemudian yang 
menjadi promadona nya waterpark, ya mungkin itu karena ternyata tidak ada 
respon dari investor untuk pembangunan fasilitas penginapan itu..
 
Itu baru satu cluster yang saya tahu, tentang potensi room accommodation. 
 
Tidak bermaksud untuk mengkampanyekan beliau (karena saya juga tidak punya hak 
pilih, ataupun hak bagi hasil, he he), saya kira pak Walikota mungkin seperti 
yang dulu menjadi motto Semen Padang "Kami sudah membuat sebelum orang lain 
memikirkannya".
 
Jadi, kembali ke usul saya, kalau bisa Bapak betemu langsung dengan Walikota. 
Karena mungkin sebenarnya beliau juga sudah punya konsep integrasi/ sinergi 
dengan daerah lain untuk pariwisata ini. Kalau memang sudah ada, tentu lebih 
mudah bagi WSTB untuk membantu Padangpanjang.
 
Riri
Bekasi, L 46
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
2009/1/16 <saaf10...@yahoo.com>







Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,

 
Mulanya saya berpendapat bahwa dibandingkan dengan Bukit Tinggi yang sudah lama 
terkenal sebagai kota wisata di Sumatera Barat, Padang Panjang – jika dibenahi 
– dapat menjadi kota wisata nomor dua di Sumatera Barat. 
  
Namun setelah saya berbincang-bincang dengan Bung Hasan Basri, 57 tahun, 
Direktur Perkampungan Minangkabau di Padang Panjang, saya disadarkan bahwa 
Padang Panjang malah berpotensi untuk menjadi kota wisata nomor satu. Wah. 
  
Sudah barang tentu saya terkesima dengan semangat dan optimisme  beliau 
tersebut, apalagi karena secara pribadi beliau adalah orang Bukit Tinggi. Atas 
pertanyaan saya, beliau menjelaskan bahwa selain lokasi Padang Panjang di 
persimpangan jalan yang jauh lebih baik dari Bukit Tinggi, juga karena Padang 
Panjang mempunyai obyek wisata yang jauh lebih banyak, lebih alami, dan lebih 
beragam. 
  
Untuk wisata alam ada Aia Mancua, Lembah Anai, yang berdekatan dengan lapangan 
golf, dan permandian Lubuk Mata Kucing; untuk wisata kuliner ada restoran Mak 
Datuak dan  sate Mak Syukur, dan sedikit di luar kota ada restoran Aia Badarun; 
untuk wisata sejarah ada sekolah Diniyah Putri dan Thawalib, ada sebuah rumah 
gadang yang terawat baik di Bukit Surungan,  serta Pusat Informasi dan 
Dokumentasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) yang sekarang dikelola oleh 
Pemerintah Kota Padang Panjang; untuk wisata kesehatan ada Rumah Sakit modern; 
untuk wisata kesenian ada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI). Di kota ini 
juga ada Minang Village dengan sembilan bangunan yang disewakan antara Rp 
750.000,- sampai Rp 1.500.000,- untuk setiap bangunan, yang mempunyai antara 
dua sampai empat kamar. 
  
Saya masih sempat bertemu dengan Bung Marta Rosa, Pembantu 3 Ketua STSI, yang 
selain menjelaskan dengan singkat sejarah STSI, juga menyambut baik gagasan 
untuk mendayagunakan potensi STSI untuk menunjang program wisata Kota Padang 
Panjang. Pada saat ini ada tujuh program studi, dengan pusat studi kebudayaan 
dan kesenian Melayu. Seperti juga halnya dengan pendapat Bung Zulkarnain Harun 
dan Hasan Basri, Bung Marta Rosa ini juga menekankan perlunya kerjasama dengan 
Pemerintah Daerah. Terhadap informasi saya tentang 'Sendratari Imam Bonjol', 
bung Marta Rosa menyatakan siap untuk mendukung pementasannya. Syukur 
Alhamdulillah. 
  
Padang Panjang terletak dalam jalur kereta api wisata Padang – Singkarak, yang 
dalam waktu dekat akan dihidupkan kembali. Saya menyaksikan bahwa persiapan ke 
arah itu sudah dikerjakan dengan sungguh-sungguh.Beroperasinya kembali kereta 
api wisata ini jelas akan menguntungkan Kota Padang Panjang. 
  
Namun, akan memakan waktu tiga sampai lima tahun lagi --  mungkin lebih -- 
sebelum kereta api wisata tersebut akan dapat menempuh jalur Padang Panjang – 
Bukit Tinggi. Sebabnya adalah oleh karena halte di Pasar Baru Padang Panjang 
sudah jadi ruko, jalur jalan kereta api ke arah Bukit Tinggi sudah diaspal dan 
dibangun rumah dan bangunan, dan yang lebih gawat lagi, bagian bawah tebing 
yang dilalui jalan kereta api di Aia Angek sudah digerogoti oleh para penambang 
pasir – entah atas izin siapa – dan sewaktu-waktu bisa runtuh, sehingga saya 
yakin bahwa diperlukan investasi besar untuk memulihkannya kembali. Lagi pula, 
belum tampak keinginan Pemerintah Kabupaten Agam untuk sungguh-sungguh hendak 
memanfaatkan jalur kereta api wisata ini. Jadi buat sementara, konsentrasi 
pembangunan kereta  api wisata dapat dipusatkan pada jalur Padang- Padang 
Panjang – Singkarak. 
  
Tujuh kilometer dari Padang Panjang – dan 11 kilometer dari Bukit Tinggi – 
sekarang ada Rumah Puisi-nya Taufiq Ismail, yang sudah aktif dalam menggembleng 
kegiatan sastra, termasuk dengan mengundang para sastrawan nasional seperti 
Ahmad Tohari dari Jawa Tengah dan Zawawi dari Madura. 
  
Lebih dari itu, sejak bulan Oktober 2008 di Padang Panjang sudah beroperasi 
sebuah waterpark yang bertaraf internasional dengan fasilitas yang jauh lebih 
baik dari Dufan-nya Ancol di Jakarta, yang dalam waktu tiga bulan berhasil 
mendongkrak kunjungan wisata sebanyak 45.000 orang, atau 15.000 orang setiap  
bulannya, atau rata-rata 500 orang setiap hari. Dengan karcis masuk sebesar Rp 
35..000,- setiap orang dan karcis biasa sebesar Rp 10.000,- untuk setiap 
fasilitasnya, dapat dibayangkan berapa pemasukan dana yang dapat diraup oleh 
kota tersebut bersama masyarakatnya. 
  
Ada yang khas di waterpark Padang Panjang ini, yaitu banyak perempuan yang 
menikmati fasilitasnya dengan terjun ke air lengkap dengan baju kurung 
dan jilbabnya – sehingga terlihat lucu – dan juga ada sebuah kolam renang 
khusus untuk perempuan yang diberi pagar tembok setinggi kurang lebih 1.75 
meter, sehingga secara bergurau saya mengatakan kepada Bung Hasan Basri bahwa 
inilah contoh dari Wisata ABS SBK pertama di Sumatera Barat, bahkan di 
Indonesia. 
  
Terhadap penjelasan beliau tersebut saya menambahkan bahwa untuk wisata sejarah 
ada SMA 1 Teladan yang merupakan Normaal School peninggalan Belanda, yang 
dirawat baik-baik. Di sana juga ada Radio Princess Catharina Amalia (Radio 
PCA)  yang dipinjamkan oleh Kerajaan Belanda untuk pendidikan mitigasi bencana 
alam. Selain itu juga ada bekas asrama KNIL yang sekarang dipakai oleh Batalyon 
133, yang dalam tahun 1841 dahulu pernah diserbu habis-habisan oleh pasukan 
Regent Batipuh sampai hancur dan terpaksa meledakkan sendiri gudang mesiunya. 
Di Padang Panjang juga ada stasiun BMG yang mampu memantau pusat-pusat gempa di 
Sumatera Barat. 
  
Jika memang demikian banyak kelebihan kota Padang Panjang sebagai kota wisata 
dibandingkan dengan Bukit Tinggi, lantas apa yang menghambat perkembangannya ? 
Bung Hasan Basri menjelaskan bahwa upaya memajukan pariwisata tidak mungkin 
dilakukan oleh pengusaha sendirian, dan harus didukung oleh Pemerintah serta 
masyarakat sekitar. Dengan kata lain, perlu ada keterpaduan antara pemerintah 
sebagai regulator, fihak swasta sebagai operator, dan masyarakat setempat 
sebagai stakeholder. Dan seperti kita ketahui bersama, keterpaduan tersebut 
belum terwujud, bukan hanya di kota Padang Panjang tetapi juga di seluruh 
Sumatera Barat. Entah mengapa, pembentukan sebuah West Sumatra Tourism Board 
(WSTB) yang walau demikian sering didukung, namun belum jadi-jadi juga. 
  
Suatu kekurangan yang sangat menyolok dari Padang Panjang sebagai kota wisata 
adalah tidak adanya hotel yang representatif. Di depan restoran Mak Datuak di 
Silaing Bawah memang ada sebuah kerangka bangunan yang kelihatannya 
direncanakan untuk sebuah hotel yang cukup baik, tetapi entah mengapa tidak 
berlanjut. 
  
Untuk mewujudkan mimpi sebagai kota wisata nomor satu yang berjiwa ABS SBK  
yang banyak bergantung kepada kerjasama tiga fihak ini, baik kepada Bung 
Zulkarnaini Harun, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga, maupun 
kepada Bung Hasan Basri, saya sarankan untuk duduk semeja dengan Pemerintah 
Kota dan tokoh-tokoh masyarakat Padang Panjang. Syukur Alhamdulillah mereka 
menerima saran saya ini, dan akan mengadakan persiapan seperlunya. 
  
Kepada kedua beliau saya menyatakan bahwa sebagai Ketua Umum MAPPAS dan sebagai 
orang kelahiran Padang Panjang, saya bersedia untuk urun embug. Jika tidak ada 
aral melintang, akhir bulan Januari setelah menghadiri acara pelatihan kader 
masyarakat hukum adat di Pekan Baru, saya akan bertemu kembali dengan kedua 
tokoh pariwisata Padang Panjang ini. Saya percaya bahwa dalam dua tiga tahun 
ini – jika keterpaduan ini bisa diwujudkan -- Padang Panjang akan mengalahkan 
Bukit Tinggi sebagai kota wisata nomor satu di Sumatera Barat. 
  
Namun ada satu hal lagi yang memerlukan perhatian. Padang Panjang hanyalah 
salah satu saja dari demikian banyak potensi wisata Sumatera Barat. Di berbagai 
kabupaten dan kota juga ada demikian banyak potensi wisata, yang sudah mulai 
dibangun dan dioperasikan. 
  
Yang menjadi masalah adalah belum adanya kerjasama secara melembaga antara 
Pemerintah sebagai regulator, dengan fihak swasta sebagai operator dan fihak 
masyarakat sebagai stakeholders.. Masing-masingnya terkesan berjalan 
sendiri-sendiri, sehingga tidak mampu menciptakan suatu efek sinergi yang 
diinginkan. Mungkin itulah yang menyebabkan mengapa belum ada suatu program 
yang terpadu dari paket perjalanan wisata di Sumatera Barat. Sayang sekali. 
[Satu masalah yang perlu dikaji adalah apakah dioperasikannya Water Park di 
Padang Panjang tak akan berpengaruh negatif terhadap kunjungan ke Waterboom di 
Sawah Lunto. Demikian juga rencana akan dibangunnya fasilitas yang sama di 
Padang Pariaman tak akan berpengaruh negatif terhadap Padang Panjang dan – 
tentunya – terhadap Sawah Lunto ]. 
  
Syukur Alhamdulillah, gerak pertama ke arah pembentukan WSTB, yang diharapkan 
dapat tumbuh sebagai wahana koordinasi dan sinkronisasi dari tiga komponen 
wisata tersebut, sudah dilakukan oleh Bung Aim Zein, yang saya harapkan akan 
dapat terwujud dalam waktu yang terlalu lama. 
  
Dengan adanya kerjasama ini, insya Allah akan dapat kita susun paket-paket  
agenda wisata yang sedemikian bagusnya, sehingga suatu keluarga wisatawan yang 
hanya dapat menyediakan waktu selama tiga atau empat hari akan dapat memperoleh 
kenang-kenangan manis,  dan mendorongnya untuk kembali, kembali, kembali, dan 
kembali berkunjung selama hidupnya, tiada henti-hentinya. 
  
Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta)
Alternate e-mail address: saaf10...@gmail.com;
saafroedin.ba...@rantaunet.org













































--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke