G A E KOleh : K SuheimiTANGGAL 26 Oktober 1999 saya menghadiri pertemuan 
orang-orang "Gaek" di rumah Pak Syurkani. Banyak Gaek-Gaek yang hadir di ruang 
itu, ada yang mantan Wakil Gubemur, mantan pembantu gubernur, mantan Rektor, 
mantan bupati, mantan kepala pajak, mantan kepala BKKBN, ketua MUI dan banyak 
lagi mantan-mantan yang lain, pokoknya para mantan-mantanlah. Mereka berkumpul, 
mereka berbincang-bincang, perbincangan yang bermutu karena diungkapkan oleh 
orang-orang Gaek yang saya lihat memang sudah "bermutu" atau "bermuka tua". 
Tetapi ungkap mereka biar "bermutu" asal jangan "Rapi" atau "Rada Pikun", 
kemudian saya tambah lagi, jangan sampai "Rapi Jali" singkatan dari "Rada pikun 
jadi linglung". Memang dalam hidup ini tidak ada orang yang mau pikun dan 
linglung.

Saya menganggap pertemuan ini sangat penting; pertemuan Orang-Orang Gaek, 
pertemuan "Lansia" atau lanjut usia, pertemuan Glamur atau "Golongan lanjut 
umur", tetapi bukan pertemuan "Lupus" atau "Lupa Usia", karena semua mereka 
yang hadir selalu ingat berapa umur dan usianya, belum ada yang sampai lupa. 
Pertemuan ini saya anggap sangat penting karena saya pun, dan anda yang sedang 
membaca karangan ini, serta siapa saja akan menjadi tua. Ke sana kita akan 
pergi, ke tempat itu kaki akan melangkah,. Suka tidak suka, senang tidak 
senang, tua akan datang menjelang.

Maka memikirkan wadah, memikirkan tempat yang akan kita tempuh, membicarakan 
sesuatu yang akan terjadi, jauh lebih penting daripada mengenang masa lalu, 
mengungkit-ungkit apa yang pernah kita alami atau bemostalgia akan masa-masa 
yang sudah lewat. Maka walaupun saya capek pulang praktek, saya kejarkan juga 
menghadiri pertemuan itu. Pertemuan yang penting untuk saya, pertemuan yang 
penting untuk anda dan pertemuan yang penting untuk siapa saja, ialah "Apa yang 
dapat kita lakukan di hari tua dan apa yang kita inginkan dilakukan orang lain 
untuk kita di hari tua."

Tempat dan suasana yang bagaimana yang diharapkan, agar hari-hari tua diisi 
oleh hal-hal yang bermanfaat dan tetap produktif. Terungkap dari percakapan di 
malam itu bahwa "Orang-Orang Gaek" itu tidak mau dan tidak sudi, apabila diri 
mereka dianggap jadi beban dan memberatkan orang lain. Mereka ingin produktif 
di usia tua, dan di hari-hari yang tinggal sedikit itu, di sisa-sisa hidup ini 
mereka ingin menunjukkan kualitas hidup yang tinggi dan berbobot dan dapat 
berbakti serta mendekatkan diri pada Ilahi, sehingga hari-hari terakhir mereka 
adalah hari-hari yang penuh Rahmat dan disirami Berkat serta dapat curahan 
Kasih dan sayang-Nya.

Saya pun di usia seperti sekarang ini, "Gaek alun, tapi mudo ala lampau" Usia 
muda sudah saya lewati dan lampaui, walaupun saya belum mau dikatakan Gaek, 
tetapi mau tidak mau, suka tidak suka, Gaek itu akan saya tempuh. Maka di hari 
Gaek saya membayangkan ingin berada di suatu tempat, dimana berkumpul banyak 
Gaek-Gaek yang lain. Pagiharinya kami pergi ketepian, berkecimpung dan berenang 
atau mandi di pincuran, kemudian mengail dan memancing ikan, lalu membersihkan 
rumput di pematang sambil menanam bayam dan pucuk ubi, memetik sayur-sayur dan 
tomat. Kemudian membersihkan tambak dan keramba-keramba ikan, atau pergi ke 
sawah memalang dan memancing belut. Oh, betapa indahnya dan betapa segarnya di 
tengah udara terbuka di pematang sawah dan di pinggir kolam.

Orang Gaek itu perangainya kembali seperti anak-anak, kata orang. Memang pada 
usia Gaek, kembali manusia ingin melakukan kebiasaan dan kesenangan sewaktu 
masih anak-anak dulu. Kalau dulu suka memancing, maka di hari tua keinginan itu 
menggebu-gebu kembali. Kalau dulu biasa memalang dan menangkap belut, maka di 
hari tua keinginan itu datang kembali. Di hari tua itu saya ingin tetap 
produktif menternakkan ikan, mengembangbiakkan belut. Dan pengalaman hidup 
semasa muda dan anak-anak akan saya jadikan pedoman dalam menempuh hari tua. 
Sorenya kami berkumpul dengan orang Gaek-Gaek yang lain sambil "raun paniang" 
berkeliling melihat hasil kerja dari Gaek-Gaek yang lain, atau pergi menghibur 
dan mengobati, kalau-kalau ada di antara kami yang sakit.

Malamnya kami akan berkumpul, ada yang bergitar, ada yang berbiola lalu 
bersama-sama bernyanyi "Kemesraan ini jangan cepat berlalu", dengan suara yang 
tentu sudah fals dan tidak semerdu dulu lagi, tetapi bahagia dan senang. 
Sekali-sekali tentu ingin dikunjungi anak dan cucu, lalu bercengkrama dan 
berceritra. Tentu cucu-cucu saya ingin didongengi, apalagi kakeknya senang 
mendongeng, dongeng kak kancil, dongeng putri salju atau seribu dongeng dapat 
diceritrakan kembali. Betapa senangnya dalam mendongeng itu, melihat cucu 
tertidur dengan lelapnya sambil memimpikan dongeng-dongeng yang disampaikan 
kakeknya. Oh masa tua, hari-hari Gaek yang penuh dengan kenikmatan dan penuh 
rahmat, karena di hari itu saya sudah pensiun dan ingin menikmati masa-masa 
pensiun dengan penuh ketenangan, penuh kedamaian dan penuh ketenteraman. Memang 
untuk orang tua hati yang penuh kedamaian, fikiran yang penuh ketenteraman dan 
perasaan yang penuh ketenangan, dan hidup yang penuh
 arti sangat didambakan. Dan semua itu bukan khayalan, semua itu dapat diraih 
dan direncanakan dari sekarang.

Sebelum saya pergi ke pertemuan itu, sorenya saya menatap sebuah pohon kayu 
yang sudah tua, daunnya tidak selebat dulu lagi, rantingnya sudah banyak yang 
patah, pohonnya telah dihinggapi benalu. Badai yang berhembus kemarin 
mematahkan dahannya. Tetapi yang saya saksikan keinginan untuk bertahan dan 
hidup terus masih tampak pada-pohon tua itu, karena masih saya lihat, di 
sebagian rantingnya masih tampak daun daun baru, tunas-tunas baru. Kalau di 
sebatang pohon masih tumbuh daun-daun baru dan tunas-tunas baru, pertanda pohon 
itu masih panjang umurnya, karena dia masih produktif menghasilkan tunas dan 
pucuk-pucuk baru. Tetapi begitu dia tidak bisa lagi menghasilkan tunas dan 
daun, maka sebentar lagi dia akan layu, terkulai dan mati.

Agaknya manusia pun demikian, setiap hari dia harus produktif, harus bisa dan 
mampu menghasilkan sesuatu. Kalau dia tidak mampu lagi, maka hidupnya pun tidak 
akan lama. Dan seseorang dinilai dari produktivitasnya. Orang yang berkualitas 
adalah orang yang bermanfaat bagi sesamanya, ialah orang yang bisa menghasilkan 
sesuatu di setiap saat dan setiap waktu. Kalau tidak, maka demi waktu, mereka 
akan jadi orang-orang yang merugi. yang tidak merugi ialah mereka yang selalu 
beriman mendekat pada Tuhannya, beramal atau selalu bekerja dan mengerjakan 
perbuatan yang baik, serta berfatwa untuk kebaikan dan berfatwa dalam kesabaran.

Di Jepang orang-orang muda dan para sarjana dianjurkan ke kota. Dengan kekuatan 
dan kemampuannya serta kesarjanaannya mereka bergiat dan berlomba untuk. 
bersaing dan berproduksi, sedangkan orang-orang tua yang telah jadi mantan, 
mantan ini dan mantan itu, yang sudah lama merasakan pahit dan getirnya hidup, 
serta yang sudah lama makan garam kehidupan, dianjurkan pergi ke desa-desa. Di 
desa mereka jadi panutan, apa yang dikatakan dan dikerjakan menjadi contoh dan 
teladan. Mereka tidak memburu-buru duit, tidak mencari kekayaan lagi. Berkat 
pengalaman dan pengetahuannya, mereka bekerja dan berfikir jauh lebih efisien 
dan efektif yang akan dicontoh oleh masyarakat di sekitarnya. Apa yang 
dikatakannya diikuti oleh masyarakat desanya. Hidupnya penuh arti, dia adalah 
jadi pembaharu dan dia jadi pahlawan di desanya. Pada hakekatnya desa-desa di 
jepang dibangun oleh orang-orang Gaek. Dia puas dengan hasilnya itu dan dia 
puas pula waktu akan meninggalkan dunia yang
 fana ini.

Selama hidupnya dia menjadi orang yang berkualitas, dan. waktu matinya dia 
punya nama, karena dia sudah berbuat baik dan dia telah meninggalkan sesuatu, 
dia menjadi suri dan tauladan. Bukankah dikatakan bahwa harimau mati 
meninggalkan belang, Gajah mati meninggalkan. gading dan manusia mati 
meninggalkan nama?

Maka pertemuan 26 Oktober itu punya makna dan arti tersendiri dalam hidup saya, 
sambil membayangkan PERGERI atau Perhimpurtan Gerontologi Indonesia ini. Akan 
punya sebuah lahan tempat mereka berkumpul, lahan dimana ada sungai yang 
mengalir, punya tambak ikan, punya tempat memancing belut, punya taman dan. 
kebun memetik daun teh, punya ladang dan. sayuran, di udara yang bersih tanpa 
polusi. Dan kalau di satu tempat telah berkumpul mantan orang cerdik pandai, 
tentu di sana akan muncul ide-ide dan pemikiran baru yang akan jadi contoh dan 
ikutan masyarakat banyak.

Saya melamunkan suatu tempat, tempat yang tentu jauh berbeda dengan 
tempat-tempat "Panti Jompo". yang saya lamunkan adalah suatu areal, suatu 
daerah, di mana berkumpulnya orang-orang Gaek yang produktif, berfikiran 
cemerlang dan berpenampilan segar bugar. Mukanya merona merah dengan sesungging 
senyum di bibirnya, hidupnya penuh arti. Dan dia meninggalkan dunia ini dengan. 
penuh kedamaian, ketenteraman dan ketenangan di hadapan para anak cucu yang 
sangat mencintainya. Dan tempat itu bisa dan dapat dicari serta diusahakan. Di 
tempat itu nanti tertulis kata-kata "Disini, di tempat ini adalah syorga bagi 
orang Gaek-gaek". Siapa yang mau bergabung ikutlah bersama kami. Semoga 
khayalan ini menjadi kenyataan dengan terbentuknya perhimpunan Orang-orang Gaek 
di suatu malam di rumah Pak Syurkani.

Untuk itu saya teringat sebuah firman suci-Nya: "Dan Tuhanmu telah 
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu 
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang di 
antara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanMu maka sekali-kali 
janganlah. kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan. janganlah kamu 
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan 
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan 
ucapkanlah 'Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka 
berdua telah mendidik aku waktu kecil'."(surat Al. Israa' ayat 23-24).

Selanjutnya Allah berfirman: "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat 
baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan. susah payah 
dan melahirkannya dengan susah payah. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah 
30 bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun 
ia berdoa "Ya Tuhanku, tunjukkanlah. aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang 
telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, dan supaya aku dapat 
berbuat amal. saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan 
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau 
dan sesungguhnya -aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (surat Al 
Ahqaaf ayat 15)

Padang  26 Oktober 1999


      Pemerintahan yang jujur & bersih? Mungkin nggak ya? Temukan jawabannya di 
Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke