Fatwa adalah jawaban atas pertanyaan. Sifatnya juga tidak mengikat,
karena mufti berbeda dengan lembaga qadha (peradilan). Berkenaan
Ponari, di bawah ada artikel terkait. Sayangnya masalah ini bukan hal
yang benar-benar asing di masyarakat kita. Allahul musta'aan.

----------------------------------------------------------

http://www.ahlussunnah-jakarta.com/artikel_detil.php?id=304

DUKUN PONARI DAN FENOMENA BATU PETIR

(Muslim Indonesia di persimpangan jalan!? -2- )

Penulis : Al Ustadz Jafar Salih

www.mimbarislami.or.id

           Ponari, nama yang sederhana, sesederhana orangnya. Tidak
ada yang istimewa pada sosok bocah sepuluh tahun ini sampai suatu hari
ia menemukan sebuah batu yang dikenal belakangan  dengan sebutan "batu
petir" dan konon diyakini "sakti", paling tidak oleh ribuan orang yang
telah menjadi pasiennya. Batu yang dengan sekali celup, air celupannya
bisa mengobati segala macam penyakit. Batu yang telah
menjungkirbalikkan logika ribuan anak bangsa!

            Ponari, begitu pula Dewi Sulistiyowati dan entah siapa
lagi bakal menyusul, telah menjadi sebuah fenomena berkat batu yang
mereka temukan. Tapi yang lebih fenomenal dari itu semua adalah ribuan
atau bahkan jutaan ummat manusia yang "tersihir" dan percaya terhadap
eksistensi "batu petir" dalam proses penyembuhan.

            Bicara tentang batu, ummat Islam telah mengenal Hajar
Aswad sebagai batu yang paling populer di tengah-tengah kehidupan
beragama mereka, karena letak keberadaannya (di dinding Ka'bah) dan
posisinya di dalam jiwa kaum muslimin, karena kaitannya dengan ibadah
thawaf.

            Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, satu-satunya
tauladan ummat, di dalam thawafnya mencontohkan untuk mencium batu ini
setiap kali melewatinya pada putaran thawaf atau menyentuhnya bagi
yang mampu atau melambai ke arahnya. Demikian istimewanya batu ini,
sampai-sampai thawaf tidak dianggap sah kalau tidak memulai thawaf
dari arah yang sejajar dengannya. Sehingga jadilah batu ini salah satu
dari syi'ar-syi'ar Islam yang wajib dimuliakan, menurut aturan
syariat. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ

            "Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa
mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari
ketaqwaan hati". (Qs. Al Hajj: 32)

            Tapi kendati pun demikian, batu adalah batu, dia tidak
bisa memberi manfaat kepada siapa pun, atau pun mencelakakannya.
Adapun kita sampai menciumnya, itu tidak lebih semata-mata dalam
rangka menauladani apa yang diperbuat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam sebagai tauladan bagi manusia. Dan konsep ini sangat dipahami
sekali oleh generasi pertama ummat ini, para salaf, sampai-sampai Umar
bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu, Khalifah Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam yang kedua, ketika menciumnya, ia berkata,

إني أعلم أنك حجر لا تضر ولا تنفع ولولا أني رأيت النبي صلى الله عليه و
سلم يقبلك ما قبلتك

            "Sesungguhnya Aku benar-benar tahu bahwa kamu hanya batu,
tidak bisa memberi manfaat atau celaka, kalau saja Aku tidak melihat
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menciummu, Aku tidak akan
menciummu". Muttafaqun 'Alaihi dari Umar Radhiyallahu 'Anhu.

            Kembali kepada batu Ponari, batu Dewi Sulistiyowati dan
batu fulan dan fulan … dst. Terlepas dari pernyataan para pasien yang
mengaku sembuh setelah meminum air celupan batu tersebut dan terlepas
dari sibuknya para dokter yang menyatakan bahwa itu hanya disebabkan
faktor sugesti, yang diakui dunia medis sebagai salah satu faktor
penyembuh juga. Saat ini batu-batu tersebut telah menjerumuskan ummat
kepada kesyirikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Karena mereka yang
mengakui eksistensi batu tersebut dalam proses penyembuhan, tidak
lepas dari tiga kelompok manusia:

            Yang pertama; mereka yang meyakini bahwa kesembuhan
semata-mata berkat kekuatan batu, tidak ada campur tangan Allah
Subhanahu Wa Ta'ala dalam hal ini. Maka mereka telah jatuh kepada
kesyirikan yang besar. Karena mereka telah meyakini ada selain Allah
Subhanahu Wa Ta'ala yang menyembuhkan.

            Yang kedua: mereka yang meyakini bahwa kesembuhan
datangnya dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata dan batu hanya sebagai
sebab. Maka mereka telah terjatuh kepada syirik kecil, karena mereka
telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab.

            Dan yang ketiga: juga merupakan syirik kecil, yaitu mereka
yang meyakini batu tersebut ada barakahnya. Sehingga mereka berebut
meminum air celupannya dengan niatan mengharap barakahnya.

            Al Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Waqid Al Laitsi
Radhiyallahu 'Anhu, ia berkisah, "Kami pergi bersama Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam menuju Hunain dan (waktu itu) kami belum
lama masuk Islam. Dan orang-orang musyrikin mempunyai pohon Bidara
yang mereka jadikan tempat semedi dan menggantungkan senjata-senjata
mereka dibawahnya (mengharapkan barakahnya) yang mereka namakan dengan
sebutan Dzatu Anwath. Maka (ketika) kami melewati sebuah pohon Bidara,
kami berkata: Wahai Rasulullah! Buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath
seperti orang-orang musyrikin punya Dzatu Anwath.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Allahu Akbar!
Sesungguhnya ini adalah suatu jalan/ajaran, apa yang kalian ucapkan
–demi Dzat Yang jiwaku berada di Tangan-Nya- persis seperti yang
pernah diucapkan Bani Israil kepada Musa, "Buatkanlah untuk kami
sesembahan (selain Allah) sebagaimana mereka punya sesembahan, Musa
berkata: kalian adalah kaum yang jahil". Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam melanjutkan: kalian akan benar-benar mengikuti
jalan-jalan ummat sebelum kalian".

            Dan ketahuilah kesyirikan apa pun bentuknya merupakan
kedzaliman yang paling besar, lebih besar dari membunuh, mencuri,
korupsi, berzina, memakan riba…dstnya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا
تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

            "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (Qs. Luqman: 13)

            Dan kesyirikan adalah dosa yang tidak diampuni,

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا
عَظِيمًا

            "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". (Qs. An-Nisaa: 48)

            Dan karena kesyirikan (besar), Allah Subhanahu Wa Ta'ala
haramkan seseorang masuk ke dalam surga,

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ
وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

            "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang
penolongpun". (Qs. Al Maidah: 72)

            Dan banyak lagi kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh
dosa kesyirikan. Maka wajib bagi ulama Islam, tokoh-tokoh agama untuk
menerangkan masalah ini kepada ummat dan mencegah mereka dari
terperosok ke dalam jurang-jurang kebinasaan, sebagaimana wajib bagi
pihak yang berwajib untuk menutup praktek pengobatan ini serta
praktek-praktek yang serupa, karena ini semua hanya berakibat pada
kerugian bangsa, negara dan ummat seluruhnya. Allah Subhanahu Wa
Ta'ala berfirman,


وَإِذَ أَخَذَ اللّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ
لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلاَ تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاء
ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْاْ بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً فَبِئْسَ مَا
يَشْتَرُونَ

            "Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari
orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu):"Hendaklah kamu
menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu
menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang
punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit.
Amatlah buruk tukaran yang mereka terima". (Qs. Ali Imran: 187)

            Wallahua'lam bis shawab. Wa'aakhiru Da'waana
Anilhamdulillahi Rabbil 'Aalamin.

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke