*”Sekali diberi uang, yang menyerahkan proposal mungkin akan semakin banyak.
Sekarang ini, selain ada politisi busuk, juga ada pemilih busuk yang selalu
minta amplop,” ungkap Rieke.*
**
Sanak, mamak sebalairung,   batanyo lah awak ka caleg nan dari SUMBAR, baa
pengalaman sanak2 caleg di lapangan menghadapi konstituen nya . calon
pemilih., apo juo banyak nan memberikan proposal nya, atau sekedar Teh
Manis, kopi dan rokok,spt tilisan di bawah ini. Sedikit banyak nyo sanak
kito IJP pernah bacarito ttg hal iko.
Bgmn dgn caleg2 yg lain? Ini sbg indikator bg awak ,.. baa bana subananyo
rang kampuang awak?

Pertanyaan ambo adalah ,Bgmn menghadapinya?  Perlunya kita brainstorming ,
implikasi jangka panjang nya dalam kehidupan kita bernegara. Yg jelas
menunjukkan kearah yg negative, contra productive. . Apakah UU/Peraturan nya
telah ada caleg yg memberikan uang (serangan fajar) akan kena sanksi ?,(rasa
nya telah ada??).

Kelihatannya upaya ini susah utk di hapus, nah sebaiknya di buatkan
Peraturan spy caleg dizinkan menymbang ke institusi, spt.mesjid, LSM,
sekolah, pengobatan gratis.
Begitu juga caleg yg menerima sumbangan dari perorangan harus dibatasi
jumlah nya, dan dari Perusahaan juga di batasi. Dan yg lbh penting lembaga
independen bisa meng audit nya secara tranparancy, atau di paparkan secara
terbuka oleh caleg ybs.

Antalah sanak, ado razaki baa pulo ka mailakkan nyo. Indak ado doa menolak
razaki.Tarimo sen dulu. Urusan mamilih soal belakangan. Iyo sabana santiang,
kecek urang subarang sinan "Minang licik, Padang pancilok". sorry if it is
offensive.
wass, Muzirman Tanjung.
------------------------------------------------------------------------------

(kompas)

Cerita Para Caleg
Susahnya Melawan Politik Uang Saat Kampanye
 Kamis, 26 Februari 2009 | 00:12 WIB

*Mohammad Hilmi Faiq*

”Ayo kita berhenti menjadi masyarakat yang oon. Kampanye bukan untuk
bagi-bagi duit atau sembako. Jangan mau nasib kita selama lima tahun diganti
dengan 2 kilogram beras,” kata Rieke Diah Pitaloka saat berkampanye
dialogis, Selasa (24/2).

Ia tengah berdialog dengan warga Kampung Cicocok, Kelurahan Citatah,
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, dan belum kering
rasanya bibir Rieke mengatakan kalimat antipolitik uang itu. Namun, ketika
dialog terjadi, beberapa warga memberondongnya dengan sindiran ini, ”Yang
mencalonkan diri kan bukan spanduk, tapi orang. Masa tidak punya duit.”

Warga bercerita, setiap menjelang hari pencoblosan, banyak juru kampanye
yang mendatangi warga dan memberikan bahan kebutuhan pokok maupun uang. Ini
lumrah dan memang ditunggu warga.

Itulah salah satu kendala yang dihadapi calon anggota legislatif dari Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan. Belasan, bahkan puluhan, proposal permintaan
sumbangan juga selalu disodorkan warga kepada Rieke di hampir setiap
kampanyenya.

Namun, Rieke berketetapan untuk tidak memberikan uang kepada warga dalam
setiap kampanye. Kepada warga, Rieke mengatakan, yang berwenang memberikan
bantuan uang maupun bahan kebutuhan pokok adalah Departemen Sosial, bukan
caleg seperti dirinya.

”Sekali diberi uang, yang menyerahkan proposal mungkin akan semakin banyak.
Sekarang ini, selain ada politisi busuk, juga ada pemilih busuk yang selalu
minta amplop,” ungkap Rieke.

Dedy Djamaludin Malik, caleg dari Partai Amanat Nasional nomor 1 di Daerah
Pemilihan II Jabar, merasakan juga betapa sulitnya memerangi politik uang.
”Sampai saat ini masih ada caleg yang belum pernah turun lapangan dan hanya
uangnya yang datang,” kata Dedy.

Untuk memerangi politik uang, Dedy menerapkan strategi pengobatan gratis dan
asuransi jiwa, bekerja sama dengan salah satu perusahaan asuransi. Dengan
modal Rp 500 juta, sedikitnya 70.000 warga di 46 kecamatan telah dia
daftarkan sebagai nasabah asuransi jiwa. Sampai saat ini sudah 123 orang
yang meninggal dunia dan mendapat santunan. Dedy juga selalu menyempatkan
diri untuk berkunjung ke rumah keluarga orang yang meninggal itu.

Berbeda dengan Dedy dan Rieke, Ferry Mursyidan Baldan, caleg dari Partai
Golkar untuk Dapil II Jabar, memberi ilustrasi singkat strateginya yang
berpola pikir ”matematis”. Karena nomor parpolnya 23 dan nomor urutnya 5,
”jadi saya meminta warga mengingat dua tambah tiga sama dengan lima. Kalau
sudah tahu parpol saya warna kuning, tinggal mencari nomor urutnya,” kata
Ferry di Bandung.

Rieke merasa perlu mengingatkan warga agar tidak memilih caleg yang
membagikan uang. Sebab, merekalah yang menyengsarakan rakyat ketika berkuasa
karena cenderung berupaya balik modal.

Sebagai caleg yang berada di Dapil II Jabar (Kabupaten Bandung dan Bandung
Barat), setiap hari ia mendatangi tujuh sampai sepuluh titik kampanye yang
didominasi warga kelas menengah ke bawah.

Tidak mudah bagi Rieke memberikan pengertian kepada warga tentang substansi
politik uang berikut dampaknya selama lima tahun ke depan bagi nasib rakyat.

Akan tetapi, Rieke meyakini, bila ini dilakukan secara konsisten, akan
berdampak. ”Warga yang sudah paham bahwa saya tidak memberi uang biasanya
mereka tidak menyodorkan proposal, tapi menitipkan pesan agar harga sembako
dan BBM tidak dinaikkan lagi. Bagi saya, apa yang mereka titipkan ini lebih
membangun,” paparnya.

Untuk menunjukkan keseriusannya sebagai caleg, Rieke membuktikan kepada
warga dengan membantu mengurus kartu tanda penduduk, kartu keluarga, maupun
akta kelahiran. Selain itu, dia juga menyumbangkan buku bacaan untuk warga.
Tujuannya, kalaupun Rieke tidak terpilih, dia ingin meninggalkan jejak nyata
bagi warga.

Dengan memberikan asuransi, Dedy ingin menunjukkan kepada warga bahwa caleg
mampu memberikan bukti bahkan sebelum dia terpilih sebagai wakil rakyat
bahwa caleg juga membantu. Mitos yang mengatakan caleg hanya datang
menjelang pemilu, akan terpatahkan. Sebab, meski nanti terpilih sebagai
anggota DPR, Dedy akan tetap berkunjung manakala ada nasabah asuransi yang
meninggal dunia.

Sistem ini memudahkan Dedy tetap menjaga hubungannya dengan konstituen.
”Bila saya mencalonkan lagi pada tahun 2014, saya tidak perlu capek
membangun basis massa. Mereka sudah terbina karena ada komunikasi yang
intensif antara saya dan warga,” ujarnya.

Meski demikian, masih ada beberapa konstituen Dedy yang tergoda dengan
rayuan politik uang. Sebab, sebagian masyarakat lebih memilih bukti nyata
seketika daripada harus menunggu lama. Apalagi menunggu sampai meninggal
dunia. ”Jadi, politik uang masih menjadi musuh besar,” ujar Dedy.

Radon (47), penjual siomay di Jalan Garut, Bandung, mengatakan, sangat wajar
kalau warga meminta uang ke para caleg. Soalnya, para caleg tak akan
mencalonkan diri kalau tidak punya uang. Di samping itu, kalau para caleg
berkuasa, uang rakyat juga yang diambil mereka.

”Terus begini, kalau, misalnya, saya diajak ramai-ramai berkampanye terus
tidak dikasih uang, siapa yang memberi makan anak istri saya. Kalau ikut
kampanye, kan harus libur jualan,” papar Radon.

Hal senada diungkapkan Atang (38), tukang tambal ban di Jalan LL RE
Martadinata, Bandung. Baginya, kalau ingin sama-sama menguntungkan, caleg
harus membagi-bagikan duit kepada rakyat. ”Jangan hanya ingin dipilih tanpa
berkorban,” katanya.

Selain politik uang, kendala lain yang tak kalah serius adalah pemahaman
masyarakat tentang pemilihan legislatif itu sendiri. Banyak calon pemilih
tidak memahami cara memilih ataupun mengenali caleg.

Untuk mengatasi hal itu, Dedy dan tim suksesnya mencetak 200.000 lembar
kartu ukuran A3 sebagai alat simulasi pemilihan. Di kartu itu tertera nama
dan nomor urut Dedy agar warga mudah mengingatnya. Untuk memperkuat ingatan
warga, Dedy membagikan 200.000 lembar kartu nama lengkap dengan nomor urut
caleg.

Rieke memilih mendatangi warga dari pintu ke pintu untuk menyosialisasikan
nomor urutnya. Ia meyakinkan warga bahwa perempuan perlu didukung untuk
memperjuangkan hak- hak perempuan. Apalagi saat ini ia sedang hamil 38
minggu.

Ini ia jadikan bukti, perempuan seperti dirinya juga berjuang keras untuk
meraih apa yang diinginkan....

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke