PadangKini.com | Jumat, 6/3/2009, 6:51 WIB
PADANG----Sistem pendidikan Indonesia yang tidak mengapresiasikan Sutan Sjahrir, serta ketokohan dan kepahlawanannya masih samar-samar dalam khazanah kesejarahan, menjadikan Sjahrir kurang begitu dikenal oleh masyarakat luas, seperti halnya Soekarno dan Hatta. Menurut pengamat sejarah politik Universitas Andalas Israr Iskandar, tidak banyak yang tahu bahwa Sutan Sjahrir telah berumur 100 tahun, 5 maret 2009. Hal ini, juga didukung oleh kurangnya apresiasi pemerintah terhadap perayaan seabad Sjahrir. "Perayaan yang dipusatkan di beberapa kota, seperti Bukittinggi, Jakarta, dan Solo terlalu kecil jika dibandingkan apa yang telah diperbuat Sjahrir untuk bangsa ini," kata Israr. Selain pemerintah, kalangan kampus dan media lokal juga tidak memberikan apresiasi yang begitu besar untuk kepahlawanan Sahrir. "Padahal sejarah itu sebagian cermin masyarakat, kalau tidak tahu tokoh dan sejarah bangsanya, masyarakat akan kehilangan arah untuk menatap masa depan," ujar Israr. Menurut Israr, Sahrir kurang dapat apresiasi karena seorang korban pemarginalan dan Soekarno adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap pemarginalan Sjahrir. Dia meninggal tidak dalam kewajaran untuk seorang yang berperan besar dalam mendirikan bangsa ini. "Tidak hanya memarginalkan secara fisik dan mental, tapi juga pemikirannya," tegas Israr. Dibalik peringatan usia yang ke-seabad ini, sudah sepantasnya semua pihak memberikan apresiasi yang besar tehadap keteladan dan perjuangan Sjahrir untuk bangsa ini. Sepantas juga kiranya kita menggali lebih dalam pokok ajaran Sahrir. Bagi Sutan Sahrir, sosialisme adalah sebuah kritik terhadap kapitalisme dan menawarkan pemerataan keadilan. Di ulang tahunnya yang seabad ini, para elit, akedemisi dan para pakar banyak berdebat tentang sosialisme dan demokrasi sebagai pilihan untuk sistem ketatanegaraan. Tapi mereka tak pernah mengaplikasikan ajaran Sahrir yang berisi pokok tentang sosialisme. Menurut Israr, ada empat pokok pikiran Sahrir, yakni menentang imprealisme, menentang kapitalisme, menentang feodalisme, dan menentang irasional. Sjahrir selama ini dianggap seorang kiri dan sosialisme sehingga dianggap sebagai bahaya laten, padahal ideologis sosialisme menawarkan sebuah pemeratan yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia sekarang ini. "Komunisme adalah golongan sosialisme yang ekstrem, Pemilu sebagai pesta demokrasi juga sangat berhubungan dengan ajaran Sjahrir," kata Israr. (yose/o) http://www.padangkini.com/headline.php?sub=berita&id=3661 --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---