Bapak2, mamak 2dan sanak 2 se balairung,

Kita harus berterimakasih pd Pak Saaf, mengang kat isu "sedikit nya
kepemimpinan Minang pd tataran Nasional", kita memahami pentingnya peranan
pemimpin /kepemimpinan
sbg motor/memobilisasi sumber daya tersedia  untk menunjang dan peranannya
dlm kemajuan suatu kaum, masyarakat dan bangsa kedepan yg penuh tantangan.

Menuding "salah siapa" kurang nya tokoh/kepemimpinan Minang di pentas
nasional memang kurang etik, tp sbg diskusi perlu kita tinjau kembali bgmn
sebenarnya fenomena
pemimpin /kepemimpinan ini.
Bhw pemimpin /kepeimimpian ini merupakan *estafet yg tidak bisa di elakkan,
suka tak suka, mau tak mau, pemimpin yg tua akan di ganti oleh yg muda*.
Masalahnya apakah calon pemimpin muda telah siap? Siap tak siap harus di
terima. Like or dislike, pemimpin akan tetap muncul, pemimpin akan cari
pengikut, dan pengikut akan mencari pemimpinnya, baik pada masyarakt
traditional atau masyarakat modern. Ini fakta.

Disini lah munculnya ide " (dlm teori kepemimpinan), bhw pemimpin itu *sendiri
bertangung jawab utk* memberikan pengkaderan/pelatihan kpd subordinatenya/
bawahan nya yg berbakat  utk jadi pemimpin. Pertanyaan nya: "Sampai sejauh
manakah pemimpin sekarang(sebelumnya) memberikan sistem
pengkaderan/kesempatan terhadapa calon2 pemimpin muda?
Saya melihat nya belum ter struktur nya sistem pengkaderan kita., maka nya
timbulnya gap ini.Ada yg berpendapat kita kembali ke surau. Di surau kita di
tempa utk mandiri dll, termasuk pidato2an, spiritual /iman dan silat.

Apakah kita enak saja melontarkankesalahan pd Pemimpin yg tidak memberikan
kesempatan kp calon pemimpin muda? Disini perlu suatu pengkajian dan
brainstorming.

Atau sebaliknya, calon pemimpin muda cendrung ceplas ceplos dalam berdiskusi
/mengeritik sang pemimpin, sehingga sang pemimpin harus "me libas nya" dan
dianggap sbg .musuh. Teori power mengatakan  " Crush your enemy totally"
bisa berlaku disini. atau bahasa manis nya : "merongrong progam pembangunan
yg sdg berjalan". dan mereka harus di singkirkan, di depak di luar "elite
cycle"., atau di kasih jabatan yg tidak strategis.

Apa yang dapat kita lakukan ?
Apakah fenomena2 itu kita terima? Disnilah pendapat saya utk menciptakan
Lembaga Pengkajiian Kepemimpinan, yg di subsidi Pemda, dan donator.Para
professional Lembaga ini mengadakan pelatihan2 Kepemimpinan dan mengusulkan
magang/melekat pada pemimpin sekarang.
Atau sebaliknya siapa yg berminant utk jadi tokoh/pemimpin , siapkan diri
sendiri, jalan sendiri, cari pengikut sendiri dll. Tp ini sulit. Sinergy
tetap di perlukan.

Hanyo itiu sen sanak, kalau awak indak ado nan babaun  di pentas sinan, iyo
awak ka di cuekkan sen dek urang, jadi mantimun bungkuak..Dan pengalaman
saya pribadi
seorang Bp. senior dr saya MENGATAKAN " Orang Minang itu pemberontak yaa?
(berbicara ttg PRRI).Ketika  saya baru datang di sebuah kampus di Amerika.

Wass. Muzirman Tanjung.

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke