> > > Mamak dan dunsanak di Palanta > > Partamo ambo minta maaf, mungkin karano umua alun sataun jaguang, > darah alun satampuak pinang, capek kaki alah talangkahkan, sahing raso > ambo pada posting terdahulu, ambo alah manyingguang ka naik, > malantuang katurun. Mungkin dek latar belakang pendidikan jo > pangalaman agak kurang bisa mambungkuih pandapek. > > Tapi pikiran ambo mode iko, secara substansial, ranji ABS-SBK itu > indak salah dan banyak baiknyo, alah ado contohnyo, misalnyo ranji > katurunan keluarga Rajo Pagaruyuang. Kabetulan salah satu pak tuo ambo > adolah anak dari Tuanku Panitahan, sahinggo berkesempatan ambo > mancaliak berbagai ranji-ranji, termasuk ranji keluarga Rajo ko. > > Ambo paham sangaik maksud Pak Syaf jo mamak datuak dan mamak-mamak > ambo nan di palanta indak menghubungkan antaro pembuatan ranji ABS-SBK > jo masalah sako jo pusako. Itu ambo pahami jo tanggapan yang ado > sabalunnyo. > > Tapi ambo kiro kito ndak bisa juo manutuik mato bahwa secara umum di > Minangkabau, ranji selalu berhubungan jo sako dan pusako, jo tali > waris adat. Sahinggo pada banyak kasus, ranji cendrung jadi satu benda > yang disimpan sebagai pusako. Sehubungan jo pusako, ambo pernah juo > mambaco di sebuah literature, bahwa masalah pusako tinggi jo pusako > randah alah ado kesepahaman di alam Minangkabau, bahwa pusako tinggi > diwariskan sacaro adat, samantaro pusako randah (harato pancarian) > diwariskan sacaro agamo. Bahkan tata cara pewarisan demikian alah > manjadi Yurisprudensi di Pengadilan Negeri sampai ka Mahkamah Agung. > Pikiran ambo disiko duduaknyo ranji ABS-SBK. Mangukuahkan nan alah ado > dan mampaarek nan lungga dimano garis katurunan batali adat menjadi > jembatan pewarisan pusako tinggi, samantaro garis keturunan tali nasab > (ayah) merupakan jembatan pewarisan pusako randah. Disikolah Ranji > ABS-SBK berlaku ibaraik mamulangkan siriah ka gagangnyo, mamulangkan > pinang ka tampuaknyo. > > Tapi samantangpun baitu, yang terpenting manuruik ambo adolah > memberikan pemahaman kapado seluruh anak kamanakan jo anak nagari, > bahwa pemahaman ranji ABS-SBK iko bukanlah untuk mempertentangkan > pewarisan pusako tinggi jo pusako randah. Manuruik istilah hukumnyo > Yurisdiksinyo alah ado masiang-masiangnyo. Jiko terjadi salah > pemahaman, mako mungkin akan banyak penumpang-penumpang gelap > manunggangi ide cemerlang ko. KAN akan sibuk manyalasaikan pakaro sako > jo pusako antaro anak pisang jo bakonyo dan para pengacara perdata > adat jo “pokrol bambo” ambo kiro akan panen pakaro. > > Karano itu, ambo pikia, paralu di rentang panjang, di kaka laweh > mengenai ranji ABS-SBK ko ditingkek KAN, sahinggo ado pemahaman basamo > tentang niek baik yang terkandung didalamnyo. >
Sebagai Tambahan : Di bawah beberapa Yurisprudensi mengenai Punah dan hubungannya dengan pewarisan, menurut Yurisprudensi Perdata Adat Minangkabau 1. Suatu kaum dianggap punah apabila tidak ada lagi mempunyai ahli waris laki-laki dan perempuan menurut adat. (Putuisan P.T. Bukittinggi tanggal 6 Mei 1968 No. 116/1967 PT BT. Putusan Mahkamah Agung tanggal 13 Agustus 1969 No. 359 K/Sip/1969). 2. Menurut Hukum Adat Minangkabau yang dikatakan punah ialah jika seseorang tidak dapat ditunjukkan/tidak dapat diingat lagi masih ada hubungan darah. (Putusan PT. Bukittinggi tanggal 27 Mei 1968 No. 293/1967 PT BT. Putusan Mahkamah Agung tanggal 14 November 1970 No. 493 K/Sip/1970). 3. Punah berbeda dengan putus ahli waris, karena menurut Hukum Adat Minangkabau, ahli waris selalu ada menurut tingkatnya yaitu ahli waris bertali darah, bertali adat, nan sejari, nan setampok, nan sejengkal, nan sehasta dan lain-lain. (Putusan PT Bukittinggi tanggal 27 Mei 1968 No. 293/1967 PT BT. Putusan Mahkamah Agung Tanggal 14 November 1970 No. 493 K/Sip/1970) 4. Kenyataan-kenyataan serta perbuatan seseorang terhadap seseorang yang telah punah berupa pengurusan diwaktu sakit, menyelesaikan diwaktu meninggalnya serta membawakan adat berbako terhadap keluarga yang punah dan mengikutsertakan orang yang punah tersebut dalam transaksi-transaksi yang dilakukannya maka kenyantaan-kenyataan tersebut dapat dinilai sebagai adanya hubungan antara seseorang tersebut dengan orang yang punah sebagai kemenakan bertali adat. (Putusan PT Padang tanggal 22 Maret 1972 No. 115/1969 PT PDG. Putusan MA Tanggal 25 November 1975 No. 235 K/Sip/1975). Salam Andiko ST. Mancayo Anak Nagari Sungai Tarab Jakarta-Batam Lies Suryadi wrote: > Pak Saaf dan dunsanak di lapau sekalian, > Dari keterangan Pak Saaf di bawah mengenai kasus 'punah', saya ingin > sedikit penjelasan lagi: > 1. Apakah saudara perempuan ayah Pak Saaf (Etek Naimah) tidak punya > famili perempuan yang "sapayuang" lagi? > 2.Mengapa saudara perempuan ayah Pak Saaf "mampakarokan" ayah Pak > Saaf, dan "pakaro" itu berhubungan dengan tanah (pusako tinggi)? Agak > aneh bagi saya bahwa seorang perempuan Minang "mampakarokan" saudara > lelakinya sendiri soal "tanah pusako (tinggi)"? Jika ya, dalam melihat > kasus ini saya berspekulasi mungkin 'kesalahan' ada pada ayah Pak Saaf > (ini jika dilihat dari segi adat Minangkabau), bukan pada Etek Naimah. > 3. Yang menarik bagi saya adalah campur tangan menantu Etek Naimah > dalam hal masalah (perkara) yang terjadi dalam keluarga matrilineal > Pak Saaf. Jelas campur tangan menantunya (yg orang banten) itu sama > sekali tak sesuai dengan adat Minangkabau. Bahwa kasus itu sampai ke > pengadilan juga mengindikasikan bahwa masalahnya tidak bisa > diselesaikan dalam tingkat keluarga matrilineal Pak Saaf (artinya: > "kusuik bulu, pa[r]uah ndak bisa manyalasaikan, mako tapaso "mintak > angok ka lua badan"). Namun, harus dicatat bahwa fenomena inilah yang > banyak terjadi di Minangkabau sekarang: PARA MENANTU TELAH SERING IKUT > CAMPUR TANGAN DALAM MASALAH-MASALAH YANG TERJADI DALAM KELUARGA > ISTRINYA YANG MENYANGKUT PUSAKA TINGGI, KHUSUSNYA SOAL TANAH. Terkait > dengan fenomena ini, saya kira terbuka kesempatan untuk membuat sebuah > peraturan atau undang-undang yang bisa diimplementasikan di tingkat > nagari bahwa ninik-mamak harus berbulat kata untuk melarang seorang > laki2 yang berstatus sebagai menantu ikut campur tangan dalam perkara2 > yang menyangkut pusaka tinggi di rumah istrinya (ini kalau kita masih > ingin setia dengan adat Minang). > Mungkin ada orang cerdik pandai di lapau ini yang bisa memberi > tambahan refleksi dari kasus keluarga matrilineal Pak Saaf ini. > Wassalam, > Suryadi > > > --- Pada *Jum, 27/3/09, Dr.Saafroedin BAHAR /<saaf10...@yahoo.com>/* > menulis: > > > Dari: Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> > Topik: [...@ntau-net] Sedikit klarifikasi mengenai masalah 'punah' > Kepada: RantauNet@googlegroups.com > Tanggal: Jumat, 27 Maret, 2009, 8:15 PM > > Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta, > Khusus bagi para sanak yang baru mendengar protes saya tentang > konsep 'punah' dalam adat Minangkabau, dengan ini saya sampaikan > ringkasan duduknya perkara. > 1) Sewaktu saya berumur sekitar 11 tahun, Ayah kandung saya -- > Baharoedin Thaib Soetan Saidi -- menyampaikan kepada saya bahwa > beliau adalah orang 'punah'. Sudah barang tentu saya hanya > terbengong-bengong saja, karena tiak mengerti. Saya anak tertua > beliau dan kemudian ada tujuh orang adik lagi di bawah saya.Saya > lahir dan besar di Pasar Usang Padang Panjang, tidak di salah satu > nagari, sehingga pengalaman saya terhadap adat Minangkabau > bersifat marginal.. > 2) Sampai beliau meninggal di Jakarta, perasaan 'punah' tak punya > keturunan ini merupakan trauma yang tidak hilang-hilangnya.. > Tragisnya lagi, adik perempuan beliau - Naimah-- serta kemenakan > tunggal beliau -- Basjir N Soetan Kabasaran -- malah menghujat dan > memperkarakan beliau ke Pengadilan Negeri Padang Panjang mengenai > soal harta pusaka, dibela oleh menantu Etek Naimah, seorang > pengacara asal Banten. Karena Ayah saya sebagai lulusan Thawalib > hanya tahu ayat-ayat Quran, dan sama sekali tak tahu hukum > positif, sudah barang tentu beliau kalah berperkara. Sebagai > catatan, karena menurut adat saya ini bukan keturunan sesuku > dengan Ayah saya, maka -- walaupun saya sudah menjadi perwira TNI > dan banyak sedikitnya mengetahui hukum positif -- beliau tidak > pernah mengajak saya membela beliau. Saya adalah 'outsider', yang > bagi saya oke-oke saja, karena saya tak pernah berminat pada soal > pusaka ini. Namun jika saya diajak, sebagai perwira saya berhak > meminta bantuan dinas hukum Kodam III/17 Agustus. > 3) Yang menjadi perhatian saya akhi-akhir ini bukanlah masalah > 'punah--nya itu sendiri, karena hal itu sudah selesai. Baik Ayah > saya, Etek saya Naimah, maupun sepupu saya Basjir, semua sudah > meninggal di Jakarta. Saya sendiri tak menganut ajaran adat > tentang 'punah' ini, apalagi anak saya banyak. . Seluruh anak-anak > saya adalah anak-anak saya, titik. Saya tidak peduli apa mereka > suku Tanjung seperti saya, atau suku Koto seperti isteri saya. > Saya melaksanakan tanggung jawab saya kepada mereka sebagai orang > tua, sesuai dengan hukum Islam dan hukum nasional. > (4) Yang menjadi perhatian saya secara pribadi adalah adanya norma > adat yang tidak mencatat keturunan dari anak laki-laki sebagai > keturunannya sendiri menurut adat, /tapi hanya sebagai keturunan > isterinya/. Ia tetap seorang 'urang sumando' dalam posisi 'abu di > ateh tunggua". Sudah barang tentu saya menolak deskripsi yang aneh > ini. Dalam hubungan inilah saya menulis buku 'Masih Ada Harapan' > bersama Ir Mohammad Zulfan Tadjoedin, dan terbit tahun 2004, lima > tahun yang lalu.PS: Setelah berminang-minang sejak tahun 1966, > sudah barang tentu sekarang ini saya cukup faham tentang norma > adat mengenai masalah ini. > 5) Saya bergembira bahwa dalam rangkaian wacana dalam RantauNet > ini, serta fatwa Buya Masoed Abidin, khususnya dalam rangka > membahas dan menidaklanjuti doktrin ABS SBK, saya menemukan jalan > keluar dari masalah 'punah' ini , yaitu dengan mencatat garis > keturunan ini sekaligus dari garis ibu menurut adat, dan garis > bapak menurut Islam.Ini yang saya namakan sebagai "Ranji ABS SBK' > yang dewasa ini bisa dibuat dengan mudah, dengan mempergunakan > software 'Family Tree Maker' yag sudah mulai digunakan oleh > sebagian warga RN. > 6) Menurut pandangan saya, 'Ranji ABS SBK" tersebut pada satu sisi > dapat meniadakan terulangnya trauma 'punah' yang dialami Ayah saya > tercinta, pada sisi yang lain berpotensi untuk lebih mempersatukan > orang Minangkabau secara melembaga. > 7) Bagaimana soal Sako dan Pusako ? /Don't worry, /hal itu masih > dapat ditangani seperti biasa, tertampung dalan sisi ranji adat > dari 'Ranji ABS SBK' tersebut. > Mudah-mudahan ulasan ini dapat lebih memperjelas duduknya perkara.. > PS: Apa saya ingin 'mengubah' adat Minangkabau , seperti dikira -- > dan dikhawatirkan -- oleh beberapa netters RN akhir-akhir ini ? > Untuk apa saya melakukan hal yang mubazir itu ? Saya berdiam diri > saja adat Minangkabau itu akan berubah sendiri. Itu hukum alam. > Lagi pula, siapa saya ini yang akan mengubah adat yang menjadi > rujukan dari 68.000 orang penghulu? (Data LKAAM Sumbar). Minat > saya hanya soal 'punah' ini saja, dan secara konseptual hal itu > sudah duduk dengan 'Ranji ABS SBK' > Mengenai masalah besar dalam adat dan syarak yang lainnya, silakan > para pakar adat dan pakar syarak membenahinya. > Wassalam, > Saafroedin Bahar > (L, masuk 72 th, Jakarta; Tanjuang, Soetan Madjolelo; Lagan, > Kampuang Dalam, Pariaman.) > "Basuku ka Ibu; banasab ka Bapak; basako ka Mamak" > Alternate e-mail address: saaf10...@gmail.com > <http://id.mc760.mail.yahoo.com/mc/compose?to=saaf10...@gmail.com>; > saafroedin.ba...@rantaunet.org > > <http://id..mc760.mail.yahoo.com/mc/compose?to=saafroedin.ba...@rantaunet.org> > > > > ------------------------------------------------------------------------ > <http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/> --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---