Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia,
 
1. Setelah tertunda beberapa lama (karena sedang di lapangan), mohon ijinkan 
saya untuk kembali berbagi cerita ttg topik ini. Sebagaimana juga selalu telah 
saya sampaikan terdahulu, maka berbagi cerita ini adalah TIDAK UNTUK MENGHAKIMI.

"Ayah, ...kawanku orang Padang juga, katanya kalau di kampung aku bisa jadi 
anak buah dia"
 
 
Suatu hari setahun yang lalu, kami sekeluarga (saya, istri dan 3 orang anak) 
sedang berkumpul dan bercerita bersama. Seperti biasanya, setiap malam 
menjelang tidur kami selalu menyempatkan diri utk saling bertukar cerita atas 
hari yang telah dilalui seharian tadi.
 
 Kitto (6 thn) : "Ayah,...kawan sekolah ku dong orang padang juga"
 
Ayah  : "Oh ya,....asyik dong nak. Dimana kampungnya katanya?".
 
Kitto : "Wah aku lupa di mana tuch tadi katanya, aku belum pernah dengar nama 
tempat itu".
 
Ayah : "Kok gitu,....lain kali diingat dong nama kampung kawan itu, siapa tahu 
dia saudara kita,.....se kampung atau se suku".
 
Kitto : "Ah males,.....abis dia bilang aku anak buahnya".
 
Ayah : "Memangnya dia jadi ketua apa?".
 
Kitto (cemberut)  : "Gak, dia gak jadi ketua apa-apa, aku malah yang jadi ketua 
kelas".
                              "Gak tahu tuch kenapa dia bilang kalau di kampung 
aku bisa jadi 
                               anak buah nya".
 
Saya tersentak mendengar cerita Kitto, dan menjadi lebih pusing lagi ketika 
tiba-tiba adek nya yang baru berusia 3.5 tahun dan Uni nya (19 thn) ikut pula 
bertanya dan berkomentar. 
 
Addo (3.5 thn) : "Apa itu anak buah, Yah........kenapa Uda Kitto cemberut?".
 
Kana (wanita) : "Kenapa sich Yah ada anak orang yang ngomong SOTOY 
begitu,....dulu 
                         kawan SMA ku juga ada yang ngomong seperti itu".
 
Singkat cerita, malam Jumat tersebut menjadi malam yang sangat panjang bagi 
kami sekeluarga. Saya putuskan malam itu menjadi malam begadang bersama, kami 
keluar rumah dan pergi jalan keluar kota dan besoknya semua libur kuliah, 
sekolah dan bekerja karena kami liburan mendadak hingga Minggu malam nya. 
 
Sungguh sulit bagi saya untuk menjelaskan persoalan tersebut pada anak saya, 
....bukan sulit untuk menjelaskan ranji dan silsilah keluarga saya ataupun Ande 
nya, .....tapi sulit utk menghantarkan mereka agar bisa berfikir dan bertindak 
untuk TIDAK  "membalas" atau "meniru" hal-hal seperti itu. 
 
Singkat cerita, hingga hari ini saya masih belum sempat utk bersilaturahmi 
dengan keluarga teman anak saya tersebut sehingga masih belum tahu apa gerangan 
yang menjadikan keluarnya bahasa spt itu dari anak yang masih sangat belia tsb. 
Sementara di sisi lain, 35-40 tahun yang lalu hal-hal tersebut Nenek, Datuak, 
Ibu dan paman-paman saya membisikan bahwa "jika salah" dalam berkata seperti 
itu bisa "denda adat" akibatnya (jika tidak ingin dikatakan perang kaum), atau 
"jika benar" apa yang dikatakan maka bisa "mati" menjadi tantangannya. 
 
Saya cukupkan dahulu bagian 4 ini, dan seperti yang telah saya tulis pada 
bagian terdahulu, maka perspektif saya tentang tema ini akan saya sampaikan 
pada bagian akhir dari tema ini.
 
 
Salam,
r.a
 
catatan : SOTOY = istilah remaja saat ini untuk mengungkapkan kata "sok" 
(arogan). 
 

--- On Sun, 4/12/09, ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com> wrote:

From: ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com>
Subject: [...@ntau-net] CIPEH-CIMEEH --BAKILAH -- GARAH JO GARAU (3)
To: "RN" <RantauNet@googlegroups.com>
Date: Sunday, April 12, 2009, 6:14 PM







Dear Rangkayo Hanifah serta Majelis RN Yang Mulia,
 
Mohon ijinkan saya untuk melanjutkan berbagi cerita tentang tema ini. 
Sebagaimana telah saya sampaikan terdahulu, maka berbagi cerita ini adalah 
TIDAK UNTUK MENGHAKIMI.
 
"ONDEEE,....HEBAT Angku kini yo!"
 
Suatu hari di penghujung tahun 93, saya sedang berjalan keluar kota bersama 
beberapa kawan. Kami semua berdelapan orang, yang salah satunya adalah "urang 
awak juo" yang usianya sekitar 7 tahun lebih tua dari saya. Ketika kami sedang 
makan malam di suatu restoran, maka tiba-tiba ada seorang lelaki yang menepuk 
pundak "sang urang awak juo" tadi.
 
Mr. X  : "Baa kaba.....?"
 
Mr. Y : " Allahu Akbar,..... Uda,.....baa kaba Da,....alah lamo bana awak indak 
basuo".
 
Setelah semua (kami) dan kawan tersebut saling berkenalan, ...maka terjadilah 
obrolan panjang lebar antara dua org berkawan tsb yang esensinya mereka saling 
bertukar informasi tentang apa saja yang telah terjadi selama 10 tahun mereka 
tidak bertemu. Tiba-tiba, kami semua tersentak mendengar suara yang menghentak.
 
Mr. X : "Ondeee,....HEBAT angku KINI YO!!"
 
Ketika mendengar suara itu, salah seorang kawan lain berbisik kepada saya.
 
Mr. Z : "Memangnya Mr. Y dulunya seperti apa?"
 
Pertanyaan Mr. Z hanya saya jawab dengan senyum sambil terus berfikir mengapa 
Mr. X bertanya seperti itu kepada Mr. Y. Sejauh yang saya tahu, rumah gadang 
Mr. Y adalah rumah gadang yang BABANDUA,...Ibu dan Bapaknya adalah kepala 
sekolah, dan perjalanan kariernya juga tergolong baik dan rasanya Mr. Y juga 
tidak pernah saya lihat tergolong individu yang menderita. 
 
 
"Menurut benak saya, ...saya SARAN kan Bapak memilih yang itu saja"
 
Suatu hari saya sedang memfasilitasi suatu diskusi para mahasiswa pasca sarjana 
yang sedang akan melakukan suatu kegiatan bersama. Kami semua bersebelas orang, 
dan diantara 10 mahasiswa pasca sarjana tersebut terdapat seorang mahasiswa 
asal Sumbar yang besar di rantau  (sebutlah Mhsw X), sedangkan masiswa yang 
lain berasal dari berbagai daerah lain di Indonesia, termasuk dari Jakarta. 
 
Mahasiswa tersebut adalah mahasiswa campuran S2 dan S3, dimana sebagian besar 
diantara mereka adalah berlatarbelakang "manejer menengah" baik dari perusahaan 
swasta ataupun PNS yang sedang mendapat tugas belajar. Ketika diskusi sampai 
pada situasi harus memilih beberapa opsi, maka semua peserta diskusi memberikan 
pendapat masing-masing.
 
Mhs 1. : "Pak, ....bagaimana kalau kita pilih yang bla..bla..bla saja?".
Mhs 2. : "Pak, ....nampaknya yang bli...bli...bli...lebih sesuai dengan tata 
waktu kita".
Mhs 3  : "Pak, .....kalau kita pilih bla..bla..bla maka barangkali kita 
memerlukan 
              da...da...da.".
Mhs 4 : "Pak, ....mungkin kita perlu juga untuk dam...dim...dam".
 
Ketika Mhs4 belum begitu selesai berbicara, tiba-tiba Mhs X  "MANYOLO" sbb :
 
Mhs X : " Menurut benak saya, ....saya sarankan Bapak memilih yang itu saja!". 
 
Singkat cerita, sampai hari ini saya masih memonitor bekas mahasiswa saya 
tersebut tentang kemajuannya (termasuk kemampuannya berbahasa).
 
Saya cukupkan dahulu bagian 3 ini, dan seperti yang telah saya tulis pada 
bagian 1 dan 2, maka perspektif saya tentang tema ini akan saya sampaikan pada 
bagian akhir dari tema ini.
 
 
Salam,
r.a
 
 
 
 
 





      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke