MENAMPUNG AIR HUJAN (BERSAMA) Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup matiiii Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Entah mengapa Seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati tak mau Entah m,engapa pula Sang ledeng bertingkah Dan berpolah pula seperti itu Jika mati, maka matilah Agar ku hidupkan kembali Strongkeng dari masa lalu Jika berhenti, maka teruslah berhenti Agar aku tahu kemana air harus kucari dan Tak perlu harus selalu menanti Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Tadi malam listrikpun kembali mati cukup lama Membuat persediaan air di bak serta kentongan menjadi menipis Jangankan untuk mandi Untuk pipispun sudah tidak bisa ditiris Kami gelisah Mengapa terang bulan di luar sana Tidak mau menuntun apa yang harus kami kerjakan Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Jelang tidur, listrik kembali menyala Namun ledeng tetap enggan mengalirkan air Kubiarkan kran air terbuka Berharap air akan mengalir Ketika kami tertidur nanti Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng mengalir ? atau Bangun dan menanmpung air hujan ? Andaikan ada suamiku Aku pasti memilih tidur nyenyak Akhirnya kuputuskan bangun sendirian Suasana di luar yang sunyi dan sepi Serta keinginan punya persediaan air Membuat rasa takutku hilang Ku ambil semua wadah Yang bisa untuk menampung air Ku jejer di halaman Di bawah cucuran atap Setelah itu aku kembali tidur Ku dengar hujan semakin lebat Jelang tidur Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api Hujan yang tak selalu hadir Sementara tak ada sumber air lain Ketika hujan datang Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah Mereka membuat tangki-tangki Seperti tangkinya perusahaan minyak Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki Pemakaian airpun di buat Sehemat mungkin Beda sekali dengan di kampungku Air mengalir dari gunung Tak berhenti sepanjang waktu Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang Ketika berkecimpung bersama teman sebaya Lalu akupun kembali tertidur Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang Kulihat wadah-wadah penampung air Penuh berisi air Alhamdulillah kataku Ada saja kemudahan yang diberikan Allah Sesore ini Air ledeng masih tidak mengalir Namun kulihat langit yang berawan Memberikan harapan Sebentar lagi akan turun hujan Ya Allah yang Maha Penyayang KepadaMu kami memohon Izinkanlah hujan turun Biar kami tampung Untuk berbagai keperluan Kami juga memohon Ya Allah Jangan turunkan hujan berlebihan Yang akan menyebabkan kesengsaraan Bengkulu, 8 Mei 2009 Hanifah Damanhuri Catatan : warna hijau tulisan pertama hanifah, warna hitam tulisan bung RA, warna Biru tua, perbaikan tulisan pertama hanifah oleh hanifah. Salam. Hanifah
--- On Sat, 5/9/09, ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com> wrote: From: ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com> Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA) To: RantauNet@googlegroups.com Date: Saturday, May 9, 2009, 2:35 PM Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg puisi "lamersing" dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya ada mizkom dalam "aturan main" nulis puisi bersama tsb. 2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk "in-group feeling" pada suatu kelompok. Dalam proses menulis bersama ini anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang kontinyu menulis. 3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama "Menampung Air Hujan Bersama" ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait pusi yang sudah Uni tulis, dan Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). ==> seperti yang sudah saya contohkan b. Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan lain. 4. Bagi saya pribadi, "menampung air hujan bersama" terdengar puitis dan juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke dua. Salam, r.a. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---