www.esito.web.id

Tuan Presiden kita beriklan. Meminjam jingle mie instan. Negara apakah yang 
kita angankan? Tentu saja negara karbitan. Visi pembangunan ditentukan oleh 
reaksi spontan, bukan lagi oleh sebuah gagasan. Kritik dianggap tidak sopan. 
Kelak demonstrasi akan mudah saja diamankan Keberhasilan pembangunan ditentukan 
oleh statistik angka-angka yang dipublikasikan. Sementara rakyat tetap saja 
menjadi korban. Dalam jingle mie instan, presiden kita tampil dengan segala 
kelebihan, tiada cela tanpa kekurangan. Polesan citra diri lewat iklan 
menjadikan dirinya seorang megaloman.

Bila citra iklan telah menjadi komandan, maka gagasan hanya akan menjadi 
sampiran. Pemimpin hanya akan akan memikirkan penampilan ketimbang dampak 
pembangunan. Fungsi negara mengalami pergeseran, sebab hanya menjadi 
manifestasi kepentingan. Maka semua masalah kenegaraan pun diserahkan kepada 
konsultan. Hanya pada saat-saat keberhasilan pemimpin tampil ke depan. Bila 
keadaan genting, presiden akan ber-akting layaknya bintang opera sabun, tampil 
dengan wajah tertekan. Simpati didapatkan, masalah tidak terpecahkan. Beginilah 
nasib negara karbitan. Pada saat gagasan dikalahkan oleh mie instan, kita 
menjadi negara Indonesia Instan. Semua masalah dipikirkan spontan, diatasi 
dengan cara-cara juragan. Menekan mereka yang lemah sembari menyelamatkan 
mereka yang mapan.

Kami tidak butuh pemimpin yang senantiasa tampil menawan. Sementara rakyat 
bawah terkucilkan. Kami juga tidak perlu mulut yang sopan, bila itu semua 
digunakan untuk menutupi ketidakjujuran. Kami tidak bangga punya pemimpin 
jenderal bintang empat, bila dia tidak pernah jadi komandan. Kami malu punya 
Doktor Pertanian bila untuk mendapatkan pupuk saja petani kelabakan. Kami tidak 
butuh pemimpin yang mendapatkan penghargaan sebagai tokoh dunia terdepan bila 
bergandengan tangan dengan rakyat saja dia enggan. Kami benar-benar tidak butuh 
pemimpin yang dipoles lewat iklan dengan meminjam jingle mie instan sebab 
negara kami bukanlah negara instan. Negara kami lahir dari sebuah gagasan, 
dibangun dengan perjuangan dan kami menjaganya lewat angan-angan sebuah 
kemakmuran. Itu bukanlah sebuah proses yang instan. Berbeda sekali dengan apa 
yang Tuan lakukan dengan jingle iklan.

Tuan yang beriklan, kami bukan mie instan. Bisa Tuan remas hingga hancur 
berantakan. Bisa Tuan rendam hingga lemas tidak berkekuatan. Kami adalah rakyat 
kebanyakan. Tetapi kami belajar dari mereka yang jadi korban iklan. Cukup sudah 
semua polesan, rasa bosan akan menghentikan. Dan kami sekarang sudah bosan. 
Kami butuh pemimpin yang satu kata, satu perbuatan. Kami tidak butuh pemimpin 
yang gila penghargaan tetapi miskin teladan. Kami akan meninggalkan pemimpin 
yang mengandalkan konsultan dan bukan menjaga kepercayaan. Karena kami sadar 
bahwa kami yang menentukan, maka jangan harap Tuan bisa mengubah Indonesia 
menjadi negara Instan.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Reply via email to