Assalamualaikum w.w. para sanak sapalanta,
 
Di tengah bergalaunya perasaan kita menghadapi berbagai kiat tim sukses 
pasangan capres/cawapres, di bawah ini ada artikel dari Dr Daniel Sparringga 
tentang apa yang diharapkan Rakyat banyak dari seorang presiden.
 
Menurut penglihatan saya, artikel ini bagus, menyadarkan kita bahwa 
kepresidenan itu adalah suatu jabatan dan menjadi presiden itu adalah untuk 
bekerja. Pesona pribadi tentu membantu, tapi yang lebih penting adalah 
kapasitas dan kapabilitas serta etika yang dimilikinya dalam melaksanakan 
tugasnya kelak bila terpilih. 
 
Mudah-mudahan saran Dr Sparringga ini bisa membantu kita dalam mengambil 
keputusan.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 

Apa yang Diharapkan Rakyat dari Seorang Presiden
 

Kompas, Senin, 8 Juni 2009 | 03:21 WIB 
 

DANIEL SPARRINGA
 
Dalam konteks Pemilihan Presiden 2009, saya perlu menyebutkan 
sekurang-kurangnya sepuluh catatan penting tentang apa yang saya konstruksikan 
sebagai hal yang diharapkan rakyat Indonesia terdapat dalam diri seorang 
presiden dan wakil presiden terpilih.
Catatan ini menjadi penting bukan saja untuk melengkapi apa yang sesungguhnya 
telah direspons dalam bentuk visi-misi dan atau jargon kampanye pasangan calon 
presiden-wakil presiden, tetapi juga untuk membuat kita sadar bahwa terdapat 
hal-hal mendasar yang akan senantiasa penting setiap kali kita memilih seorang 
presiden/wakil presiden.
”Kebijakan ekonomi prorakyat”, ”melanjutkan pemberantasan korupsi dan 
meningkatkan praktik good governance”, atau ”lebih cepat, lebih baik” 
masing-masing memang memiliki relevansinya untuk negeri ini. Walau begitu, 
terdapat sejumlah harapan pokok yang tidak semuanya dapat direspons dalam 
program aksi atau kebijakan yang bersifat nomenklatur. Berikut adalah sepuluh 
catatan saya tentang ihwal itu.
Pertama, rakyat Indonesia ingin agar presiden mendatang dapat memperkuat 
tradisi yang tidak saja memperlakukan demokrasi melulu sebagai prosedur, tetapi 
juga sebagai tujuan dan nilai-nilai. Mempertautkan ketiga ihwal itu secara utuh 
merupakan satu-satunya jalan untuk membuat demokrasi dapat menghasilkan 
kebebasan, kesetaraan, kesejahteraan, dan keadilan yang tidak saja meluas, 
tetapi juga berkelanjutan.
Kedua, rakyat menghendaki agar seorang presiden memiliki kecakapan dan komitmen 
yang kuat untuk membangun Indonesia di atas sebuah prinsip universal 
negara-bangsa. Prinsip yang dimuliakan adalah hadirnya kepercayaan bahwa negara 
sebagai sebuah kolektivitas bukanlah wujud penaklukan dan atau superioritas 
satu agama tertentu, ras tertentu, suku bangsa tertentu, atau golongan tertentu 
terhadap yang lain.
Dengan kata lain, negara adalah perwujudan kehendak bersama warga negara yang 
merdeka dan setara, apa pun latar belakang kelas dan kulturalnya.
Ketiga, rakyat ingin melihat presidennya menjadi cermin dan teladan bagi 
penghormatan dan toleransi atas kemajemukan Indonesia, baik yang timbul karena 
karena perbedaan ideologi (pluralisme) ataupun yang terlahir karena perbedaan 
identitas (multikulturalisme).
Kuatnya harapan ini karena hadirnya kesadaran bahwa kemajemukan adalah 
keniscayaan yang tidak saja melekat secara inheren dalam ke-Indonesia-an, 
tetapi juga memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan ketegangan dan 
perpecahan.
Keempat, rakyat negeri ini ingin melihat presidennya memiliki kecakapan 
bertindak untuk di satu pihak setia pada konstitusi, undang-undang (UU), serta 
kepatutan lainnya, dan di pihak lain menghasilkan terobosan kreatif untuk 
mengatasi skenario ”benang kusut” Indonesia. Kecakapan bertindak berdasarkan 
dua kebajikan ini merupakan kepemimpinan inventif yang menjadi jawaban bagi 
tantangan Indonesia di awal abad XXI.
Kelima, rakyat di negeri ini ingin memiliki presiden yang menyelamatkan, bukan 
yang membahayakan Indonesia dan masa depannya. Penyelamatan Indonesia terlihat 
dari kualitas kepemimpinan yang tidak saja cerdas secara ekonomi, politik, 
bahkan militer, tetapi juga secara sosial, budaya, dan etika.
Dunia sedang berubah, kerap dengan arah yang kurang jelas. Memastikan bahwa 
Indonesia sedang bergerak ke arah yang tepat adalah harapan rakyat Indonesia. 
Saya pikir, ketepatan arah pergerakan ditentukan oleh hadirnya penguatan 
peradaban baru dunia yang dibangun berdasarkan asas yang mengutamakan kerja 
sama, kepercayaan, perdamaian, dan toleransi.
Keenam, rakyat ingin memiliki presiden yang memiliki kepercayaan kokoh bahwa 
mandat yang diperolehnya dari rakyat secara langsung itu dapat menyediakan 
wibawa konstitusional yang kuat untuk menghadapi parlemen.
Dalam sistem presidensial, parlemen menjadi penting karena dan hanya karena 
menjalankan fungsi checks and balances terutama melalui fungsi legislasi, 
anggaran, pengawasan, dan tidak pernah untuk membuat seorang presiden berdiri 
di depan parlemen untuk bertanggung jawab kepadanya! Dalam sistem presidensial 
yang melibatkan pemilihan langsung, presiden diharapkan menjalankan mandat 
rakyat tanpa ragu dan atau menjadi terlalu sibuk memikirkan keseimbangan 
kekuatan politik di DPR.
Ketujuh, rakyat ingin mendengar presidennya berbicara dalam bahasa yang mereka 
mengerti, bukan memakai bahasa orang Mars atau Venus. Dalam keseharian rakyat, 
hidup merdeka sekurang-kurangnya berarti tidak ada kecemasan untuk dapat makan, 
berteduh, berobat ketika sakit, dan menyekolahkan anak-anak setinggi cita-cita 
dan bakatnya.
Dalam pandangan rakyat, pembangunan hanya memiliki makna yang relevan apabila 
terjadi perubahan berangsur, tetapi pasti dalam penyediaan lapangan kerja, 
perumahan, kesehatan, dan pendidikan.
Kedelapan, rakyat ingin memiliki presiden yang berdiri tegak dan berbicara 
terang di depan mereka ketika negeri ini menghadapi situasi kritis. Mereka 
ingin mendengarkan pikiran presidennya yang di dalamnya tidak saja tersirat 
kepercayaannya yang kuat, tetapi juga tersurat kemasuk-akalannya sebagai 
solusi. Rakyat tidak ingin memiliki presiden yang suka membual, apalagi 
berdusta. Tidak juga pada presiden yang berpura-pura tidak tahu atau bertindak 
seakan-akan tidak ada masalah yang gawat. Rakyat ingin memiliki seorang 
presiden yang berpandangan jernih dan berbicara jujur kepada rakyatnya.
Kesembilan, rakyat ingin memiliki presiden yang dekat dan terjangkau. Kedekatan 
itu tecermin dari kemampuannya untuk mendengar rakyat, bahkan dalam bisik-bisik 
sekalipun. Keterjangkauan itu terlihat dalam tindakannya yang tanggap walaupun 
birokrasi dan protokol menguasainya.
Kesepuluh, rakyat di negeri ini ingin dapat melewati setiap tidur malamnya 
dengan nyenyak. Mereka bisa tidur nyenyak karena tahu bahwa presidennya 
mengurus diri dan keluarganya dengan baik di saat susah atau senang.
Dalam kepercayaan saya, ini adalah sepuluh suara rakyat yang tidak terucap, 
tetapi tertera secara bening dalam sanubari setiap warga negara-bangsa 
Indonesia. Suara-suara ini memang tidak untuk diteriakkan, tetapi untuk 
ditangkap oleh ”mereka yang terpilih”.
Daniel Sparringa, Departemen Sosiologi Universitas Airlangga Surabaya
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke