(Khairul Jasmi)
Selasa, 16 June 2009

Lagu Minang, lagu yang nyaris saya putar tiap hari kalau sedang menyetir
menuju kantor. Pada ketika lain, tatkala imajinasi mandek, saya putar dulu
lagu Minang klasik. Teman saya, Gusfen Khairul memberi saya tips untuk
menikmati lagu: "Baok an ka diri awak," katanya. Ternyata memang menarik,
apapun lagunya. Kalau tak percaya cobalah. Apalagi kalau kisah di lagu itu,
benar-benar pas dengan perasaian atau kisah cinta kita, amboi mak.

Kemarin suratkabar ini memberitakan, "Lagu-lagu Minang masa kini, mulai
meresahkan banyak kalangan. Syair-syair yang dinyanyikan, tidak lagi
mengandung hikmah dan pepatah petitih khas Minang. Musiknya juga sudah jauh
berubah, sehingga ciri keminangan benar-benar hilang" Ini disampaikan Ketua
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, H.Gusrizal Gazahar, Lc., M.Ag.
Menurut dia, masyarakat sudah datang pada MUI, agar segera dicarikan jalan
keluarnya. Mereka meminta pada Gusrizal, agar keaslian lagu Minang tidak
ternoda syair-syair yang tidak mendidik.

Lantas hari ini, Laskar Dubalang Minangkabau menanggapinya dengan menyatakan
siap mendampingi MUI Sumbar untuk mengusut lagu-lagu Minang yang tidak
mendidik.
Memang sudah lama lagu Minang terasa gersang. Instan. Kucikaknya sudah kasar
dan kadang menjijikkan. Lenyap sudah keindahan panorama hati dalam lagu-lagu
itu. Namun, harus diakui satu dua, muncul lagu asyik yang sesuai benar
dengan jiwa keminangan.

Tapi apakah lantas kemudian lagu Minang yang gersang, tak sumanggah itu
harus diusut dan diberangus? Tunggu dulu. Lagu berada dalam wilayah
kreativitas. Penciptanya berkeringat memikirkan apa yang akan ia buat. Lagu,
sekarang adalah wilayah bisnis, baru kemudian masuk ke wilayah seni, atau
sebaliknya. Karena itu, mengambil tindakan serta-merta, bukanlah jalan
keluar yang baik.

Saya teringat banyak penataran, pelatihan yang diadakan untuk mubaligh
disponsori pemerintah dan belakangan juga oleh PT Semen Padang. Kenapa? Agar
ceramah agamanya sesuai dengan kekinian, dengan realita, tidak surga dan
neraka saja.

Pencipta lagu juga bisa dianalogkan dengan itu. Mereka juga "mubaligh".
Mereka juga pemangku adat. Mereka juga para pujangga Minangkabau. Karena
itu, yang perlu dilakukan bukan menghabisi lagu-lagu itu, tapi mengajak
penciptanya untuk mau mendidik pendengarnya. Caranya, ciptakan lagu yang
bagus.

Kalau disuruh-suruh saja mana bisa. Pencipta lagu adalah orang yang paling
miskin dalam deretan panjang industri rekaman. Lagu mereka kadang dibeli
Rp100 ribu saja. Mana pula lanteh angan mereka didesak-desak saja, sementara
mereka butuh uang.

Mereka harus diberi waktu, ruang dan kesempatan untuk membuat lagu yang
berkualitas. Kita lihat pulalah makan tangan MUI, LKAAM, pemerintah, BUMN
untuk menambah wawasan para pencipta lagu Minang. Adakanlah penataran dan
sebagainya.

Saya jamin, jika mereka diberi ilmu tentang agama, tentang adat istiadat
oleh pakar yang teruji, tentang psikologi, tentang masa depan, tentang
keminangkabauan, maka lagu rancak segera akan lahir.

Sekarang mereka sedang bergulat dengan nasib dan masa depan anak-anak
mereka. Tidak saatnya kita meminta, tapi membutakan mata akan nasib pencipta
lagu.
Malam tadi saya pulang saat lalulintas sepi, saya putar lagu Misramolai.
Saya nikmati sendiri. Coba pulalah beli agak ciek kaset Minang buruak itu,
enak didengar.*

http://www.hariansinggalang.co.id/index.php?mod=detail_berita.php&id=2126



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke