Sanak Suryadi dan Bot yth. Sungguh menarik uraian dan ulasan sanak mengenai Le Meme ini. Hal-hal yang perlu menjadi telaah kiranya adalah : 1. Suasana hiper-imperialisme pada masa itu, karena perompakan terhadap hasil jarahan negara jajahan telah menjadi budaya pada masa itu. Beberapa kisah juga menyebutkan pelaut Portugis sering merompak kapal Spanyol yang baru pulang dari Amerika Latin, dslb. 2. Jalur perairan Barat pada masa itu sangat hidup semenjak perairan Timur dikuasai sepenuhnya oleh Portugis dan Aceh. 3. Suasana politik di Perancis pada masa itu perlu dikaitkan, khususnya selama Napoleon berkuasa dan juga menduduki Belanda. Politik luar negeri dilaksanakan secara "swasta", seperti melibatkan Le Meme itu. 4. Catatan bagi perhatian Eropah untuk sejarah Nusantara, selain pernah diduduki oleh Spanyol, Portugis, Belanda, Jerman (Papua Selatan), Inggris, juga diduduki oleh Perancis selama beberapa minggu. 5. Catatan terpenting untuk Minang, bila sampai kurun itu penguasaan asing (secara dagang) hanya sampai di kota-kota pelabuhan (riak nan badabua) : Inderapura, Painan, Tiku, Padang, Air Bangis. Penguasaan ke pedalaman (luar Padang) baru dilakukan sejak 1821. Demikian sedikit tambahan ulasan. Wassalam, -datuk endang
--- On Fri, 6/19/09, Lies Suryadi <niadil...@yahoo.co.id> wrote: Salam rang lapau kasadonyo, Menarik sekali tentang cerita Le Meme ini. Tapi harus ditulis lebih serius. Banyak hal seputar Le Meme yang belum terungkap dalam tulisan Sanak Bot. Misalnya mengapa ia sampai menulis surat terbuka kepada warga Perancis yang menuduhnya menggelapkan harta rampasan setelah menjarah kota Padang yang dimulai pada 7 Desember 1793. Di dalam surat terbukanya kepada warga Perancis sang COSAIRE (kurang lebih artinya: bajak laut negara) ini mengaku tidak mendapat banyak harta ketika menjarah Padang. Malah ia menyalahkan anak buahnya yang dinilainya sudah bertindak di luar batas (sampai mereka mangali kuburan Cino di Gunuang Padang/Apen Berg untuak mancari ameh/harato urang Cino nan dibao ka kubua). Saya sudah membaca surat terbuka Le Meme itu, yang judulnya: ADRESSE DU CITOYEN LEMEME A SES CONCITOYEN, EN RESPONSE AUX BRUITS INJURIEUX, REPANDUS SUR SOM KOMTE DAN SA DERNIERE COURSE A PADANG, dengan kolofon:" Percetakan di l’Isle de France, Erny Frères, 1794" (Jadi tak lama setelah ia menyerang Padang pada bulan Desember 1793). Kalau diterjemahkan jo caro bodoh ambo, kurang lebih surat itu berarti: "Pernyataan dari Tuan Lemême kepada Masyarakat [Perancis], sebagai jawaban terhadap fitnahan dan kabar angin keji terhadap dirinya berkaitan dengan serangan terakhirnya di Padang". Di bawah kutipan2 isi surek Le Meme ko nan ambo terjemahkan: "Sangat di luar dugaan saya bahwa suatu hari tindakan saya harus saya jelaskan di muka umum agar beberapa rekan yang mempercayai fitnahan tentang serangan saya tersebut akhirnya dapat memahami kenyataan. Di luar dugaan saya bahwa orang yang pada awalnya menghormati saya, malah berusaha dengan dalil-dalil yang semu merusakkan reputasi saya, yang sebelumnya tidak bernoda. Saya dari dulu selalu jujur dan adil dalam tindakan saya terhadap awak kapal maupun tahanan saya. Telah terbukti bahwa saya tidak pernah serakah terhadap kedua golongan tersebut, maka reputasi saya, kiranya, masih utuh......." ........................................ "Pada masa itulah mereka mulai sadar adanya saya, Lemême, yang mulai menjadi sosok di koloni. Pada masa itu pun saya memimpin serangan dengan kapal l’Hirondelle. Seumpamanya sifat saya memang tamak, dan hendak menyita harta untuk diri sendiri, tentu saja sifat itu akan mulai terlihat pada saat kapal Wilhiams de Furde ditangkap. Sang Kapten, pada saat menginventaris muatan kapalnya, memberitahukan adanya dua peti emas yang ternyata tidak tercantum di dalam daftar muatan maupun di dalam buku kapal. Peti itu disimpannya dalam kamarnya, di tempat mana hanya saya yang masuk, lantas kamar itu menjadi kamar saya sampai kami mendarat di Rodrigue. Pernyataan mengenai peti emas itu disampaikan kepada saya dalam bahasa Inggris. Kebetulan tidak ada satu pun dari awak kapal saya yang memahami bahasa Inggris, maka bila saya mau, mudah sekali bagi saya mengambil sebagian dari, malahan semua logam [mulia] itu, yang merupakan harta karun yang sangat luar biasa bagi saya. Namun saya tidak berkelakuan seperti itu, emas itu saya abaikan, lalu harta itu telah saya laporkan secara resmi dan terbuka....." ............................................................................... "Kapal saya dipersenjatakan di kota Bordeaux , lantas saya menyerang kota Padang tanggal 7 Desember 1793. Setelah saya berhasil menguasai koloni itu, saya mengunjungi dan memeriksa gudang Compeni. Untuk itu, saya menyuruh wakil-wakil dari setiap golongan awak kapal saya agar mendampingi saya, dan di depan mata mereka sebagai saksi, saya telah menginventaris gudang tersebut. Kekayaan yang tersimpan jauh di bawah harapan kami. Para penduduk setempat sudah dua bulan menunggu kedatangan kami, dan selama itu disikatlah oleh mereka barang-barang sebisanya, sehingga yang kami dapati cuma seperti berikut: 26 emas batangan dari berbagai ukuran, 3 peti perak, 200 tahil emas, 7 baril [tong kecil] uang receh dari perunggu, 207 paket berbagai barang, 1.110 kantong merica, 1.869 kantong beras, serta berbagai jenis barang yang lain yang bernilai rendah, seperti pompa, brangkar [semacam tandu; Suryadi], mata timbangan dari besi tuang, dll. Awalnya saya mengira penduduk setempat cukup makmur, maka saya memaksakan uang pembebasan senilai 150.000 piastres. Mendengarkan perintah saya ini, mereka semua menyerahkan diri sebagai tahanan. Uang tebusan itu saya turunkan sepertiga, disertai ancaman baru dari saya untuk menakuti mereka. Saya sangat terharu melihat satu sekeluarga membungkuk di kaki saya, sambil mengeluh dan minta agar dibunuh saja karena mereka tidak mampu melunasi tebusan itu. Siapa yang bisa tahan dan tidak kasihan melihat kesengsaraan ini? (Tentu bukan awak kapal saya). Maka untuk ketiga kalinya nilai tebusan itu diturunkan menjadi 50.000 piastres, yang akan dipungut dari warga Belanda senilai 30.000 piastres dan 20.000 dari kaum Cina. Orang-orang miskin itu berusaha bersusah payah untuk memenuhi perintah saya, dengan cara apa saja. Ada yang membawa perhiasan mereka atau milik istri mereka, dan perhisan itu tidak begitu berharga. Adapun seorang perempuan yang memberi saya 5 piastres sambil berkata: ‘Inilah semua simpanan saya, tadinya uang ini mau dibelanjakan beras, tetapi lebih baik saya mati kelaparan, dari pada melihat masyarakat saya berkorban karena keserakahan Anda.’ .............................................................................................................................. ............................................................................................................................ ........................dst dst..enz..ens...etc.etc.... ---------- Inggo iko dululah Sanak di lapau. Agak panjang surek Angku Le Meme ko. Nan jaleh gak ragu2 kito: apokoh inyo ko 'ROBIN HOOD' atau bajak lauik badarah dingin..... Ambo taruih bausaho mancari lukisan Le Meme ko, tapi sampai kini lun sobok lai. Rencana ambo mambuek artikel ciek mengenai baliau ko. Tapi mungkin baru 45 % tatulih di ateh karateh. Tanggapan PANGLIMA RAJA DI HILIR yang jadi penghulu kota Padang waktu Le Meme menyerang kota tu lah dapek dek ambo. Mungkin harus pai ka Perancis manyigo2, ma tau ado lukisan atau sketsa Le Meme ko taandok tasalek2. Wassalam, Suryadi --- Pada Kam, 18/6/09, Bot S Piliang <botsos...@yahoo.com> meDinulis: Dari: Bot S Piliang <botsos...@yahoo.com> Topik: [...@ntau-net] La Meme di Kota Padang Kepada: rantaunet@googlegroups.com, RantauNet@googlegroups.com Tanggal: Kamis, 18 Juni, 2009, 11:45 AM Sewaktu melihat foto Pelabuhan Muaro tempo dulu, saya jadi teringat sebuah kisah kelam tentang pendudukan Bajak Laut Perancis bernama La Meme di Kota Padang pada abad 17. Menurut Bapak Rusli Amran, La Meme sempat menduduki kota Padang sekitar 2 minggu. Berikut sebuah tulisan tentang La Meme. Le Meme: Sipenabur Kasih alias 'the Pirate' Tulisan-tulisan sejarah mengenai pergulatan politik di abad pertengahan tidak banyak yang menceritakan kisah bajak laut. Padahal keberadaan bajak laut tidak dapat dipungkiri dalam percaturan politik saat itu. Sebagai kekuatan alternatif dan antagonis terhadap kemajuan peradaban. Anehnya, dari tafsiran-tafsiran mengenai perjalanan para musafir dahulu, tulisan-tulisan barat banyak mengutip musafir barat yang mengatakan Aceh sebagai bangsa bajak laut. Sebutan-sebutan tersebut, bahkan oleh Marco Polo, adalah 'pirate sultanate' dan lain sebagainya. Memang, permasalahan siapa yang jadi 'pirate' dan siapa yang tidak, sangat tergantung siapa yang menjadi penulisnya. Bisa saja, orang-orang Eropa, bersikukuh menganggap bangsa Nusantara adalah bangsa "pembajak laut". Dapat dipahami argumentasinya karena keberadaan Eropa dan barbarianisme yang mereka bawa tampaknya tidak dapat diterima oleh orang-orang di Nusantara. Namun, banyak juga tulisan-tulisan yang secara eksplisit menyatakan bahwa kedatangan Eropa di Nusantara bagaikan pisau bermata dua. Pertama untuk dalam misi musafir atau tamu dan yang kedua dalam misi 'pirate' itu. Dalam sejarah digambarkan bagaimana Portugis dan lainnya yang menjadi tamu di Nusantara, kemudian membakar rumah tuan rumah untuk merampok isinya. Hal-hal seperti inilah yang terjadi; Awalnya sebagai tamu, terakhir jadi perampok. Kisah Le Meme, merupakan kisah yang tidak dapat dicongkel begitu saja dari buku-buku sejarah. Kisah bajak laut ini seperti melengkapi bentuk peradaban yang dibawa orang Eropa ke nusantara. Saint Malo adalah kota kecil mungil di Bretagne, di pantai barat Prancis. Sebagai kota nelayan dan pariwisata, kota ini juga dikenal sebagai universitas bajak laut di seantero Eropa paling tidak dalam era antara abad ke-16 sampai dengan abad ke-19. Tercatat alumni universitas antagonis tersebut memberangkatkan dua kapal pada bulan Mei 1601. Kapal ini dipersenjatai sedemikian canggihnya untuk ukuran saat itu dan diberangkatkan oleh De Laval dan De Vitre. Di kota ini pulalah lahir Le Meme di tahun 1763. Sejak kecil dia telah dididik dengan kisah-kisah pembawa tidur mengenai keperkasaan bangsa Eropa yang merompak dimana-mana dan berperang jika perlu. Semangatnya semakin menggebu-gebu mendengar kisah kemenangan nenek moyang mereka dalam merampok tanah orang dengan hasil rampokan yang bernilai tinggi, dan para nelayan miskin itu pulang dari nun jauh dan menjadi orang kaya. Cerita inilah yang membuat Le Meme bertekad menjadi orang Eropa sejati menurut cerita tersebut. Hal ini dibuktikannya, saat perang kemerdekaan Amerika dan negerinya, Prancis bermusuhan dengan Inggris, dia menyempatkan diri merampok kapal-kapal musuh. Namun suatu saat kapalnya mengalami kekalahan dari Inggris. Le Meme dan anak buahnya ditawan. Sebagai bangsa Aryan yang diklaim sebagai bangsa yang paling berkuasa di bumi, penangkapan ini malah membulatkan tekadnya untuk menjadi raja bajak laut sedunia. Perang Napoleon memberikan kesempatan padanya. Dia diserahi tugas untuk memimpn sebuah kapal dengan kekuatan 12 meriam dan 80 awak dengan pangkalan di Ile de France en Bourban. Tekad untuk menjadi pria yang berkuasa dan terkaya di dunia bajak laut diujudkannya dengan berlayar menuju kepulauan makmur, yang tanahnya terdiri dari emas bila diairi, negeri yang sopan dan santun dalam menerima tamu, dan sekaligus negeri yang mudah ditipu, yakni Nusantara. Pada bulan Juli 1793, meninggalkan Eropa dengan hati yang semakin bersemangat. Target pertamanya adalah selat sunda dengan merampok sebuah kapal yang berisi harta degan nilai yang sangat tinggi. Kapal yang kebetulan milik VOC ini, memuat harta dan benda-benda berharga yang dijarah bajak laut Belanda dari padang dan akan disimpan di sarang mereka; Batavia. Hari itu, juga sebuah kapal milik Cina juga berhasil dikuras ditambah lagi sebuah kapal barang milik Belanda esok harinya. Le Meme bersuka ria dan merayakan keberhasilannya; menyebarkan 'kedamaian dan kasih' di Nusantara dengan imbalan hasil rampokan yang bernilai tinggi yang belum pernah dilihatnya di Eropa. Sukses ini membuat pemerintah Prancis untuk menganugerahinya dengan penghargaan tertinggi yakni menaikkan jabatannya. Dia ditugasi untuk memimpin armada yang lebih perkasa, dengan awak dan persenjataan yang semakin beragam. Pemerintah Prancis semakin bersemangat untuk mendukung 'Lasykar Iman' ini, karena akan membawa Prancis dapat hidup dengan harta 'suci' hasil rompakan tersebut sebagaimana Belanda, Inggris, Spanyol dan Portugis selama ini. Dalam perjalanan mereka untuk yang kesekian kalinya ke Nusantara, mereka merampok kapal Belanda kembali yang baru saja menguras harta para penduduk Padang. Di sana dia bertemu dengan Bergman, seorang yang kemudian berjasa membujuk Le Meme untuk membumi-hanguskan Padang melalui Bukit. Gerombolan awak kapal Le Meme yang sudah dibekali dengan minuman keras itu mendarat di Air Manis, dari sana mereka mendaki Bukit Padang dan menyerbu kota dari arah itu. Di Puncak bukit itu terdapat sebuah sarang pertahanan awak Belanda yang sudah ditinggalkan. Awak Belanda yang biasanya sangat congkak dengan penduduk pribumi ini, akhirnya lari terbirit-birit dengan pasukan 'kasih' dari Le Meme. Tanpa ampun, pasukan Le Meme juga menyerang dengan rakit-rakit dari Sungai Arau. Terdapat sedikit perlawanan tapi itu malah membuat Le Meme semakin bersemangat. Awak Le Meme, merampas hampir semua harta benda yang berharga di kota ini, tidak peduli itu milik pribumi yang sedang sekarat atau milik bajak laut Belanda yang sedang sangat dongkol dan jengkel dengan kenyataan ini. Sebuah 'pohon kemerdekaan' ditanam dan lagu kebangsaan bajak laut Marseillase pun berkumandang menggantikan lagu-lagu yang hampir sama mengerikannya sebelumnya. Bajak laut Belanda alias VOC yang sedang berpoya-poya menikmati diri di Pulau Cingkuk, langsung berhamburan terbirit-birit mendengar kumandang lagu tersebut. Tujuan mereka adalah Indrapura untuk kemudian kembali ke sarang di Batavia. Tak puas dengan emas dan kain-kain sutera yang bernilai tinggi yang ada di kota Padang, gerombolan Le Meme yang ribuan itu semakin bersemangat untuk menjarah daerah kaya lainnya. Kali ini yang kena adalah Natal, di tanah Batak. Namun, beda dengan keberingasan Belanda, pasukan Le Meme tidak bermaksud untuk menculik dan membunuh Belanda yang sudah menyerah. Mereka menghindari diri untuk menculik dan memerkosa wanita-wanitanya. Kecuali minta makan, mereka juga tidak sampai melukai penduduk yang menyerah. Untuk kemenangan yang mereka raih awak Le Meme memaksakan pembayaran kepada penduduk Padang. Uang sebesar 70.000 diharuskan dibayarkan kepada mereka. Anehnya, beda dengan Belanda, awak Le Meme menerima negosiasi yang akhirnya disetujui sebesar 25.000 ringgit. Penduduk golongan Cina melakukan manuver politik untuk menghindari diri dari tekanan ini. Di Bawah pimpinan Louw Tjoan Ko mereka berkelit dengan tidak mau membayar harga kemenangan tersebut. Sama saat mereka berada dalam kekuasaan Belanda, orang-orang Cina sangat paham dalam memainkan peran politik mereka sebagai golongan niaga. Bila mereka mempunyai kesulitan mengontrol pribumi, mereka akan melapor ke pihak Belanda untuk mengenyahkan pribumi tersebut. Namun saat tiba waktunya membayar pajak mereka berkelit untuk tidak mau membayar. Mereka akan menyembunyikan harta mereka di bagian rumah yang sulit untuk dicari. Saat ada bahaya, mereka melarikan diri terlebih dahulu, meninggalkan Belanda berperang sendirian melawan musuh. Namun kali ini awak Le Meme yang tidak suka dengan tipuan ini, membakar rumah-rumah yang tidak mau membayar. Sebuah kerugian besar karena di rumah itu tersimpan semua harta karun dan uang yang ditumpuk selama ini. Puas dengan kesuksesan yang mereka raih, Le Meme kembali ke pangkalannya di Ile de France. Tak menyi-nyiakan berlama-lama di laut, mereka menyempatkan diri untuk menyikat kapal Portugis yang baru saja beraksi di perairan tersebut. Beberapa tahun setelah itu, dia dipercayakan kembali untuk memimpin kapal yang lebih besar. Kali ini kapal-kapal Inggris yang merompak di lautan lepas atas nama dagang dikuras habis. Le Meme menjadi jutawan dam menjadi momok bagi siapa saja yang terlibat dalam dunia bajak laut di daerah gemah ripah roh jinawi nusantara. Inggris murka dengan keberadaan mereka. Beberapa kapal perang ditugaskan khusus menghancurkan kapal-kapal ini dengan pimpinan Grand Hirondelle. Kapal Le Meme yang usang tidak dapat bersaing dengan kapal Inggris yang lebih canggih dan lebih cepat. Dia ditangkap dan dipenjarakan di Inggris, namun kemudian dilepaskan paska perdamaian Inggris-Prancis di Amiens. Paska kebebasannya, dia menjadi kaya raya seperti yang diimpikan setiap Eropa di masa kecilnya. Kesempatan untuk menambah kekayaannya datang saat perang dengan Inggris berkumandang kembali. Kali ini kapalnya lebih canggih bernama La Fortuna. Mereka beraksi di Teluk Bengal kontra kapal-kapal bajak laut Inggris. Dalam waktu singkat kapal-kapal yang menamakan diri East India Company itu dilumat. Dari enam kapal pertama digadaikan seharga 1,2 juta franc. Namun, nahas, kapal dagang Perancis ini, dengan pimpinan Le Meme, berhasil dihancurkan Inggris pada tanggal 7 November. Kapal fregat Inggris tersebut, seakan memberi jalan bagi bajak laut non-Prancis untuk semena-semena merampas nusantara. Kesimpulan: 1. Sulit untuk menandai kapal-kapal bajak laut di abad pertengahan karena setiap kapal tersebut didukung penuh oleh negaranya. Le Meme oleh Prancis, EIC oleh Inggris dan bajak laut VOC oleh Belanda dll. 2. Zaman pertengahan adalah zaman dimana kekerasan dan kezaliman didukung oleh negara sehingga daerah-daerah merdeka di Asia yang menjadi kontak dagangnya, kesulitan untuk membedakan antara pedagang dan bajak laut, sehingga mereka dengan mudah dapat dikuasai oleh asing. 3. Negara-negara yang mendukung kapal-kapal perompak tersebut dapat dengan mudah berkelit dari dosa sejarah, karena yang melakukan invasi awal adalah para bajak laut. Maka dengan alasan untuk merestorasi perusahaan atau bajak laut yang sudah bangkrut, negara-negara tersebut ramai-ramai menduduki wilayah yang dikuasai bajak laut mereka. Maka negara tersebut seperti dihadiahi wilayah dengan cuma-cuma. 4.. Negara-negera seperti Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris dan Spanyol merupakan negara-negara yang mendukung dan sangat diuntungkan dengan keberadaan bajak laut ini. Ada simbiosis antara kekuatan negatif dan positif dan melakukan sebuah upaya kezaliman di muka bumi. 5. Dalam era modern, peran bajak laut sudah digantikan oleh infiltrasi intelijen yang bertujuan mengobok-obok sebuah negara sebelum dijajah secara resmi. Menggunakan tangan kotor terlebih dahulu untuk kemudian menggunakan kekuatan penuh merupakan cara lama untuk mengkolonisasi sebuah wilayah dalam sejarah peradaban manusia sesuai dengan hukum-hukum politik yang natural. Bot Sosani Piliang Just an Ordinary Man with Extra Ordinary Dream www.botsosani.wordpress.com Hp. 08123885300 --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---