Oleh: Azyumardi Azra

 

Kamis, 18 Juni 2009 pukul 01:38:00

 

http://ng.republika.co.id/koran/28/56911/Buya_Syafii

 

Tidak mudah menulis sebuah buku utuh, yang dirancang sejak semula sebagai buku; 
bukan buku kumpulan tulisan. Kesulitan itu terjadi bukan hanya menyangkut soal 
substansi, yang bisa menyangkut bidang-bidang sangat luas, tetapi juga karena 
sulitnya ketersediaan waktu dan bahkan dana yang perlu untuk menunjang 
penelitian dan penyediaan bahan kepustakaan yang dibutuhkan. Karena itu, karya 
yang lahir dari tangan seorang pengarang, yang kita tahu menghadapi kesibukan 
luar biasa, sepatutnyalah kita berikan apresiasi selayaknya.

 

Saya bisa membayangkan dan merasakannya secara persis kesulitan semacam itulah 
yang dihadapi Prof Dr Ahmad Syafii Maarif ketika menyiapkan bukunya, Islam 
dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah (Mizan, 
2009), yang diluncurkan pekan silam. Seperti yang dia tulis, buku ini sudah 
terbayangkan sejak 2 Mei 2006; dan karena perhatian dan kesibukannya juga 
terpecah kepada hal-hal lain yang perlu pula ia tangani, proses penulisan 
menjadi tersendat. Tapi, naskah lengkap  masterpiece , karya besar, ini 
akhirnya selesai juga pada 9 Februari 2009. Sebelum naik ke percetakan,  
manuscript buku ini dibahas dalam sebuah panel khusus untuk penyempurnaan lebih 
lanjut.

 

Secara profesi keilmuan, Buya Syafii--begitu dia akrab dipanggil--memang 
dikenal sebagai sejarawan yang berbasis di kampus. Dan, jika Maarif seperti ia 
sering menyebut dirinya adalah sejarawan murni yang hanya 'bertungkus lumus' 
(istilah Melayu yang sering dia pakai) di kampus, pastilah ia punya lebih 
banyak kesempatan untuk menulis; meski kebanyakan orang kampus dengan gelar 
yang gagah-gagah tidak pernah menulis karya substantif dan signifikan.

 

Tapi, Maarif lebih daripada sekadar sejarawan kampus. Kita mengenalnya aktif 
dalam dunia keilmuan lebih luas; menjadi pemakalah dan narasumber berbagai 
seminar dan konferensi, baik di dalam maupun di luar negeri. Di atas segalanya, 
dia juga aktif di Muhammadiyah, sehingga pernah menjadi orang nomor satu di 
organisasi pendidikan modern Islam terbesar di Dunia Muslim ini; jelas bahwa 
mengurus organisasi sebesar Muhammadiyah menyita banyak waktu. Belum lagi 
aktivismenya dalam berbagai organisasi atau kelompok yang peduli dengan masalah 
tertentu, sejak dari demokrasi, kerukunan hidup beragama, dan seterusnya.

 

Dengan segala kiprah akademik dan sosialnya, Ahmad Syafii Maarif adalah sosok 
penuh integritas yang hidup sederhana dan qana'ah. Ia tidak pernah tergoda 
dengan politik kekuasaan; bahkan ia tak jarang mengkritik mereka yang hanya 
berorientasi kepada kekuasaan. Dengan orisinal dia memperkenalkan, misalnya, 
istilah 'syahwat politik', yang kemudian menjadi sangat populer dalam kosakata 
perpolitikan Indonesia. Tanpa lelah Buya Syafii mengkritik perkembangan politik 
dan juga demokrasi yang tidak selalu sesuai dengan harapan; dan semua ini dia 
lakukan tanpa pretensi apa-apa.

 

Sebab itulah Buya Syafii menjadi salah seorang dari sedikit 'guru bangsa' yang 
kita miliki hari ini. Dalam kapasitas ini, ia sekaligus menjadi 'intelektual 
publik' yang selalu menyuarakan nurani anak negeri. Sekali lagi, tidak mudah 
menjadi 'publik intelektual', karena sangat boleh jadi ada pihak-pihak yang 
tersinggung dan tidak menerima apa yang dia suarakan. Tetapi, terlepas dari 
ketidaksenangan kalangan tertentu terhadap pandangan-pandangannya, Buya Syafii 
tetap adalah ' man of integrity ' yang tidak pernah menyerah pada keadaan. Dan, 
tidak jarang ia menjadi ' solitary public intellectual ', intelektual publik 
yang sendirian, karena memang hanya dia sendiri yang berani bersuara di tengah 
cenderung membisunya banyak kalangan masyarakat lainnya ketika sebuah respons 
diperlukan masyarakat luas.

 

Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan adalah sebuah refleksi 
kerisauan dan kepedulian intelektual seorang guru bangsa terhadap masa depan 
bangsa yang sekitar 88 persen penduduknya memeluk Islam. Judul karya ini saja 
secara jelas menunjukkan kepedulian seumur hidup ( lifetime concern ) seorang 
Syafii Maarif; persisnya tentang integrasi keislaman, keindonesiaan, dan 
kemanusiaan. Dan secara implisit, ini mengindikasikan masih terjadinya 
'tarik-menarik' di kalangan masyarakat kita dalam hubungan ketiga entitas 
tersebut.

 

Kerisauan dan kegundahan Buya Syafii terlihat dalam kata-katanya sendiri: 
''Sebagai penduduk mayoritas di Nusantara semestinya umat Islam tidak lagi 
sibuk mempersoalkan hubungan Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Ketiga 
konsep ini haruslah diembuskan dalam satu napas, sehingga Islam yang mau 
dikembangkan di Indonesia adalah Islam yang ramah, terbuka, inklusif, dan mampu 
memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa dan negara; sebuah Islam 
yang dinamis dan bersahabat dengan lingkungan kultur, subkultur, dan agama kita 
yang beragam; sebuah Islam yang memberikan keadilan, kenyamanan, keamanan, dan 
perlindungan kepada semua orang yang berdiam di Nusantara ini tanpa 
diskriminasi apa pun agama yang diikutinya atau tidak diikutinya.

 

Sebuah Islam yang sepenuhnya berpihak kepada rakyat miskin, sampai kemiskinan 
itu berhasil dihalau sampai ke batas-batas yang jauh di negeri kepulauan ini. 
Dalam usianya yang sudah lebih 70 tahun, Buya Syafii tidak hanya terus 
berkarya, tetapi sekaligus tetap dengan kritisismenya. Selamat untuk Buya, 
semoga tetap sehat wal'afiat agar dapat terus memberikan kontribusi untuk 
kemajuan bangsa dan negara.

(-)

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke