KOMPAS/DEWI INDRIASTUTI

Seorang pekerja melintas di kawasan proyek pembangunan kembali Istana
Pagaruyung di Batusangkar, Sumatera Barat, Senin (13/7). Mencari pekerjaan
menjadi salah satu alasan masyarakat Minangkabau untuk merantau keluar dari
nagarinya. [Lihat Gambar Ustano Pagaruyuang
http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/01/0330458/rantau.surau.lapau.di.mi
nangkabau#]

 

Sabtu, 1 Agustus 2009 | 03:30 WIB

Dewi Indriastuti

 

Ini contoh anak muda Minangkabau. Deni (30) merantau ke Bandung setelah
menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di Bukittinggi, Sumatera
Barat. Tujuannya memperoleh pendidikan tinggi yang lebih baik. Setelah itu,
ia bekerja di Jakarta. Alasannya, peluang kerja di Jakarta lebih banyak dan
kondisi kerja lebih menantang.

 

Bisa jadi tipikal anak muda seperti Deni ini semakin banyak. Keengganan
pulang kampung setelah lulus kuliah bukan karena alasan gengsi, melainkan
menyambut tantangan yang lebih berat di rantau.

 

Bukan juga melupakan kampung halaman. Setiap hari raya Idul Fitri, Deni
beserta adik dan kakaknya-yang juga merantau ke Jakarta selepas SMA-pulang
kampung.

 

"Di rumah orangtua di Bukittinggi ada enam kamar kosong. Kamar ini akan
penuh saat Lebaran karena kami, enam bersaudara yang semuanya merantau,
pulang ke rumah," kata Deni, Kamis (30/7).

 

Rantau menjadi tradisi yang kental di Minangkabau, selain lapau dan surau.
Rantau, lapau, dan surau menjadi bagian dari perjalanan hidup laki-laki di
tanah yang menerapkan sistem matrilineal atau garis keturunan ibu itu.

 

Hans van Miert dalam bukunya berjudul Nasionalisme dan Gerakan Pemuda
Indonesia 1918-1930 menyebutkan, untuk orang Minangkabau, bepergian berarti
mengikuti tradisi lama yang dinamakan rantau.

 

Artinya, meninggalkan daerah sendiri untuk mencari pengetahuan atau karena
pertimbangan ekonomi dan nantinya pulang dalam keadaan sudah lebih matang
dan/atau lebih kaya.

 

Elizabeth E Graves dalam bukunya, The Minangkabau Response to Dutch Colonial
Rule Nineteenth Century, menyebutkan, merantau adalah interaksi paling
penting antara penduduk nagari dan dunia luar. Rantau berlaku di mana saja,
selama di luar wilayah nagari tempat asalnya. Nagari adalah wilayah
pemerintahan setingkat desa.

 

Rantau merupakan petualangan pengalaman dan geografis. Secara sadar
memutuskan meninggalkan rumah dan sanak saudara untuk mencoba merantau,
mengadu peruntungan.

 

Motif utama

 

Ada dua motif utama merantau, yakni melanjutkan pendidikan dan mencari
pekerjaan. Untuk urusan pekerjaan, perkembangan merantau nyatanya
menimbulkan kekhawatiran. Hal itu tergambar dari perbincangan Kompas dengan
warga Nagari Pandai Sikek, Kabupaten Tanah Datar, dan Silungkang, Kota
Sawahlunto.

 

Pandai Sikek dan Silungkang, yang dikenal sebagai sentra tenun di Sumbar,
selama ini mengandalkan kaum perempuan untuk menjaga keberlangsungan hidup
tenun. Semakin banyak perempuan yang merantau untuk bekerja berdampak pada
berkurangnya jumlah penenun.

 

Amril, pemilik usaha tenun di Silungkang, menuturkan, tanah di daerahnya
tandus. "Sebanyak 70 persen penduduk sini ada di perantauan. Sisanya, 30
persen, ada di kampung. Mau tidak mau harus bisa menenun supaya bisa hidup,"
katanya.

 

Contohnya Azwar, yang pernah merantau ke beberapa kota di Pulau Jawa. Ia
akhirnya kembali ke tanah kelahirannya di Silungkang. Dengan keahlian
menggulung benang-agar siap ditenun-Azwar dapat menghadapi hidupnya.

 

Rasmi, pemilik usaha tenun di Pandai Sikek, menyampaikan kekhawatiran yang
tak jauh beda. Kota Bukittinggi- yang tak jauh dari Pandai Sikek- menjadi
semakin modern, ditandai dengan munculnya supermarket, kafe, hotel, pusat
perdagangan serupa mal, dan restoran makanan cepat saji. Modernitas ini
membutuhkan tenaga kerja yang juga berasal dari nagari sekitar.

 

Tsuyoshi Kato dalam buku Matriliny and Migration: Evolving Minangkabau
Traditions in Indonesia menuliskan, kecenderungan paling penting dalam
praktik merantau Minangkabau adalah penyertaan perempuan karena perempuan
mencari pendidikan yang lebih tinggi.

 

Surau dan lapau

 

Perubahan proses tradisi juga terjadi pada surau dan lapau. Selama ini,
surau menjadi tempat anak laki-laki hingga beranjak remaja dan dewasa untuk
tidur, mengaji, belajar ilmu agama, bela diri, dan belajar ilmu pengetahuan
lain. Di surau, bocah laki-laki menjalani proses pematangan diri sebelum
akhirnya dewasa dan merantau.

 

Sosiolog Universitas Andalas, Padang, Rinaldi Ekaputra berpendapat, simbol
surau saat ini menjadi gambaran indah masa lalu. Surau semata-mata menjadi
tempat ibadah. Meski demikian, peran surau untuk proses pendewasaan anak
laki-laki itu bisa jadi masih kental di daerah yang jauh dari perkotaan.

 

Perkembangan makna justru terjadi pada lapau. Warung kopi yang banyak
terdapat di seluruh wilayah Sumbar itu semula memiliki konsep ekonomi.
Pranata utang terjadi di lapau, yakni barang dapat diambil lebih dulu dan
baru dibayar saat panen tiba.

 

Konsep ekonomi masih mendominasi lapau yang berderet di sepanjang jalan raya
Padang-Padang Panjang. Lapau di situ menjadi tempat beristirahat sambil
membelanjakan uang.

 

Lama-kelamaan, fungsi lapau bergeser menjadi semacam media pertemuan
informal serta tempat pertukaran informasi dan ekonomi. Lapau demikian
biasanya menyediakan televisi dan permainan, seperti kartu.

 

"Bapak-bapak nongkrong di warung kopi setelah shalat isya atau magrib.
Bicara tidak terstruktur," kata Rinaldi.

 

Lapau pula yang akhirnya "mendidik" kaum laki-laki di Sumbar untuk terbiasa
menyampaikan pendapat, bertukar pikiran, berdebat, tetapi tetap menghargai
pendapat orang lain. Pembicaraan di lapau biasanya terpengaruh kondisi
termutakhir. Misalnya, tahun 2009 ini, isu pemilihan umum presiden-wakil
presiden menjadi topik hangat di lapau.

 

Dengan surau, lapau, dan rantau, bumi Minangkabau menyiapkan anak-anaknya
menghadapi kerasnya kehidupan.

 

http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/01/0330458/rantau.surau.lapau.di.mi
nangkabau

 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke