Andri

Begin forwarded
>
> KOMPAS, Sabtu, 15 Desember 2001
>
> Hapuskan Bencana Dosa dengan Mohon Ampunan
> Oleh Jalaluddin Rakhmat
>
> "Orang yang paling celaka adalah orang yang meninggalkan Ramadhan  
> tanpa
> memperoleh ampunan Tuhan." Nabi Muhammad SAW.
>
> KETIKA di Afganistan Osama bin Laden diburu tentara Amerika, di  
> Amerika ada
> seorang Afgan yang dipuja jutaan rakyat Amerika dan dijuluki the most
> popular poet in America today. Namanya Jalaluddin Rumi. Ia lahir di  
> Balkh,
> kota kuno di sebelah barat Mazar-e-Sharif, Afganistan utara. Hari  
> tuanya
> dihabiskan di Konya, sebuah kota jauh di sebelah selatan Ankara. Di  
> situ,
> 700 tahun lalu, ia mengajar dengan keluasan ilmu dan ketinggian  
> akhlaknya.
> Kini, ia masih mengajar kita dengan puisi-puisi sufi dan riwayat  
> hidupnya.
>
> Alkisah, seorang saudagar Tabriz berkunjung ke Konya. Kepada agennya  
> di
> kota itu, ia menyatakan keinginannya untuk dipertemukan dengan ulama  
> besar
> dan saleh. Agennya pun membawa dia kepada seorang kiai yang sedang  
> naik daun.
>
> Dengan membawa hadiah barang-barang berharga, saudagar itu dipandu  
> masuk
> sebuah rumah yang megah. Ia melewati banyak penjaga, anak buah,  
> pegawai,
> dan pembantu. Ia bertanya apakah temannya tidak salah membawanya ke  
> tempat
> itu. Bukankah ini sebuah istana dan bukan pesantren?
>
> Teman-temannya dengan sia-sia meyakinkan dia bahwa keberhasilan  
> pesantren
> sekarang diukur sama dengan keberhasilan perusahaan. "Sekiranya Anda  
> tidak
> dikenal sebagai pedagang besar, Anda mungkin hanya akan diterima  
> setelah
> mendaftar tiga bulan sebelumnya," ujar sang agen.
>
> Walaupun ragu, saudagar menyampaikan hadiahnya. Setelah berbasa- 
> basi, ia
> mengajukan pertanyaan, "Bapak Kiai, belakangan ini bisnis saya rugi  
> terus,
> padahal setiap tahun saya membayar zakat. Selain zakat, saya juga
> mengeluarkan sedekah sejauh kemampuan saya. Dapatkah Bapak Kiai  
> memberikan
> jalan agar saya terlepas dari keadaan yang tidak menguntungkan ini?"  
> Selain
> senyumnya yang genit, kiai besar itu tidak dapat memberikan jawaban  
> yang
> memecahkan persoalan.
>
> "Bawalah aku pada seorang kiai yang sederhana dan saleh. Aku ingin  
> ketemu
> kiai yang kebesarannya diukur dari ilmu dan ketakwaannya, bukan dari
> pegawai dan kekayaannya. Aku ingin memberikan penghormatanku  
> kepadanya. Aku
> juga ingin belajar dan siapa tahu mendapat solusi untuk masalah yang  
> sedang
> aku hadapi," katanya kepada teman-temannya.
>
> Mereka berkata, "Orang dengan sifat-sifat yang Anda sebutkan itu  
> adalah
> guru kami, Maulana Jalaluddin Rumi. Ia telah meninggalkan segala  
> kesenangan
> kecuali kecintaannya kepada Tuhan. Ia menghabiskan siang malamnya  
> dalam
> ibadat. Ia memang samudera untuk ilmu duniawi maupun ilmu rohani."
>
> Dengan membawa uang 50 sequin untuk hadiah, saudagar tadi mendatangi
> Jalaluddin (Jalal) di pesantrennya. Jalal sedang duduk sendirian di
> tengah-tengah tumpukan buku.
>
> Sebelum saudagar Tabriz itu sempat membuka mulutnya, Jalal sudah
> menyapanya, "Uang lima puluh sequin hadiahmu itu aku terima, tetapi  
> jauh
> lebih berharga bagimu adalah uang yang hilang dalam kerugian  
> usahamu. Allah
> SWT bermaksud memberikan pelajaran dan ujian bagimu. Kerugian kamu itu
> adalah akibat dosamu. Dulu kamu pernah berkunjung ke sebuah kota di
> Firengistan (Eropa). Di sudut pasar berbaring seorang fakir, yang  
> sangat
> dicintai Tuhan. Kamu melewati dia dan meludahinya. Kamu menunjukkan
> ketidaksukaanmu kepadanya. Hatinya terluka karena perbuatanmu. Allah
> menghukum kamu dengan berbagai kerugian dalam bisnismu. Sekarang
> berangkatlah ke sana. Bebaskan dirimu dengan meminta maaf kepadanya.
> Sampaikan salam kami kepadanya."
>
> Berangkatlah saudagar itu ke tempat yang ditunjukkan Jalal. Ia  
> menemukan si
> fakir itu masih berbaring di sudut pasar. Ia turun dari kudanya,  
> memeluk si
> fakir, dan sambil meminta maaf membersihkan debu di pipi orang  
> miskin itu
> dengan linangan air matanya. Setelah itu, Allah menganugerahkan  
> kehidupan
> bahagia kepadanya dan ia pun akhirnya bergabung menjadi pengikut  
> Jalal.
>
> Kisah di atas, dengan sedikit perubahan redaksional, diambil dari  
> Manaqib
> al-'Arifin, tulisan Al-Aflaki. Moral dari cerita itu sederhana saja.  
> Dosa
> apa pun akan berakibat buruk pada kehidupan kita. Sering dosa yang  
> membawa
> bencana adalah perbuatan yang kita anggap kecil, padahal di mata Tuhan
> sangat besar.
>
> ***
>
> DALAM ensiklopedi hadis yang terdiri dari 111 jilid, Bihar al-Anwar,  
> Nabi
> Muhammad SAW diriwayatkan bersabda, "Takutilah dosa, karena dosa itu  
> akan
> menghancurkan kebaikan. Ada dosa yang menyebabkan pelakunya  
> melupakan ilmu
> yang sudah diketahuinya. Ada dosa yang menyebabkan pelakunya tidak  
> bisa
> melakukan shalat malam. Ada dosa yang menyebabkan rezeki tertahan,  
> meski
> sudah disiapkan kepadanya." Lalu, Nabi SAW membaca ayat-ayat Al  
> Quran mulai
> dari "Sesungguhnya Kami telah menguji mereka seperti Kami menguji para
> pemilik kebun...." (Al Qalam 17-32)
>
> Dalam rangkaian ayat itu, Tuhan berkisah tentang para pemilik kebun.  
> Dua
> belas mil dari Yaman ada kota yang bernama Saria. Ada seorang  
> pemilik kebun
> yang sangat baik. Setiap kali panen ia membagikan sebagian hasil  
> panennya
> untuk fakir miskin, orang-orang yang sedang dalam perjalanan, dan
> orang-orang yang meminta bantuan.
>
> Setelah pemilik kebun meninggal dunia, tiga anak mewarisi  
> perkebunannya.
> Dua anaknya ingin menghentikan kebiasaan ayahnya; satu ingin
> melanjutkannya. Tetapi, karena ia sendirian, akhirnya ia tunduk pada
> keputusan saudara-saudaranya.
>
> Ketika hendak memanen hasil kebunnya, mereka berangkat pagi-pagi  
> sekali. Di
> jalan mereka bercakap dengan berbisik-bisik karena khawatir orang  
> miskin
> mengetahuinya.
>
> Ketika sampai di kebun, Tuhan sudah menghancurkan kebun itu dan
> menjadikannya hitam gersang. Tuhan menghukum mereka karena rencana  
> mereka
> untuk tidak berbagi hasil panen dengan orang-orang miskin. Akhirnya  
> mereka
> sadar, bertasbih, dan bertobat. Tuhan pun menggantinya dengan kebun  
> yang
> lebih subur dan hasil yang lebih berlimpah.
>
> Masih dalam Bihar al-Anwar diriwayatkan hadis berikut ini, "Bila  
> perzinahan
> sudah dilakukan terang-terangan, akan terjadi banyak kematian yang
> tiba-tiba. Jika timbangan (transaksi) dilakukan dengan tidak jujur,  
> Allah
> akan menyiksa mereka dengan tahun-tahun kekeringan dan kekurangan.  
> Jika
> mereka menahan zakatnya, bumi akan menahan keberkahannya dari tanaman,
> buah-buahan, dan semua barang tambang. Apabila mereka tidak lagi  
> menegakkan
> hukum dengan adil, akan terjadi kerja sama dalam melakukan kezaliman  
> dan
> permusuhan. Jika mereka mengkhianati amanat (perjanjian), Allah akan
> menaklukkan mereka di bawah musuh mereka. Jika mereka memutuskan
> persaudaraan (seperti selalu gontok-gontokan), kekayaan akan  
> dipegang oleh
> orang-orang jahat. Jika mereka menghentikan amar makruf nahi munkar  
> dan
> tidak mengikuti orang-orang yang baik dari keluargaku, Allah akan
> memberikan kekuasaan pada orang-orang jahat; lalu pada waktu itu
> orang-orang baik di antara mereka berdoa dan doanya tidak dipenuhi".
>
> Apa yang disampaikan Nabi bukanlah ramalan, tetapi sunnatullah, atau  
> hukum
> alam. "Dan kamu tidak akan mendapatkan perubahan dalam  
> Sunnatullah." (Al
> Ahzab 62; Fathir 43). Dari hadis itu dan banyak ayat Al Quran, yang
> sebagian saya kutipkan di bawah, dosa-dosa itu menyebabkan penderitaan
> bukan saja bagi pelakunya, tetapi juga bagi anak cucunya, bahkan  
> lingkungan
> di sekitarnya.
>
> ***
> WALHASIL, setiap dosa mengundang bencana. Tetapi, karena kasih-Nya  
> yang
> mahaluas, sebagian besar dosa itu dimaafkan Allah.
>
> Maaf berasal dari kata "afaa", yang semula berarti menghapuskan  
> jejak. Di
> padang pasir, jika seseorang diburu musuh, sambil lari ia menghapus  
> jejak
> yang ditinggalkannya. Dengan begitu, musuh tidak dapat menangkapnya.
>
> Ketika pada malam-malam Ramadhan, kita berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya
> Engkau Maha Pemberi Maaf dan Maha Pemurah. Engkau suka memaafkan.
> Maafkanlah kami.", kita sebetulnya memohon agar Allah menghapuskan
> akibat-akibat dosa yang kita lakukan.
>
> Bagaimanakah caranya kita memperoleh ampunan Allah? Bulan Ramadhan  
> adalah
> bulan ampunan Allah. "Punggung-punggung kalian sudah berat menanggung
> dosa-dosa kalian. Ringankanlah beban kalian dengan memperbanyak  
> sujud,"
> sabda Nabi dalam khotbah menyambut Ramadhan.
>
> Dalam sujud itu, perbanyaklah istigfar. Dengan istigfar, kita  
> memohon agar
> Tuhan melepaskan kita dan makhluk Allah yang lain dari akibat buruk
> dosa-dosa kita; agar Dia tidak menghukum kita; dan agar Dia  
> mengharumkan
> kembali diri kita yang sudah busuk karena kelakuan buruk kita.  
> "Pakailah
> wewangian istigfar, supaya Allah tidak mempermalukan kalian dengan bau
> busuk dari dosa-dosa kalian," kata Ali bin Abi Thalib.
>
> ***
> SIAPAKAH sekarang ini yang harus mendengarkan nasihat Ali bin Abi  
> Thalib?
> Lebaran ini, negeri kita dilanda bencana besar. Pengangguran  
> melonjak luar
> biasa. Seratus juta rakyat terpuruk di bawah garis kemiskinan.  
> Rupiah masih
> tersungkur. Dan ketakutan masih menghantui kita semua.
>
> Seperti terjadi pada saudagar dari Tabriz, semua yang dilakukan (dan  
> tidak
> dilakukan) pemerintah hanya menumpuk kerugian dan kerugian. Setiap  
> orang
> Indonesia konon punya utang Rp 7 juta. Boleh jadi semua kita berdosa,
> tetapi jelas dosa yang paling berat ditanggung para penguasa dan  
> pengusaha.
> Jika kita ingin melepaskan bangsa ini dari bencana yang lebih teruk,
> seperti Maulana Jalaluddin, kita harus memaksa para pemimpin  
> mendatangi
> rakyat yang sudah tersungkur di sudut-sudut pasar yang berbau amis.  
> Mereka
> harus mengembalikan hak-hak mereka, membersihkan debu kesengsaraan  
> dari
> tubuh mereka dengan linangan air mata penyesalan mereka. Lebaran  
> inilah
> saatnya!
>
> "Berikanlah hartamu kepada orang-orang miskin, sebelum datang  
> kepadamu satu
> saat ketika kamu mengedarkan sedekahmu, tetapi orang-orang miskin  
> itu akan
> berkata, 'Hari ini tidak kami perlukan sedekahmu. Yang kami minta  
> adalah
> darahmu'," sabda Nabi Muhammad SAW.
>
> Seorang raja terbangun dari tidurnya, kata Sa'di, penyair Persia. Ia
> mendapatkan dirinya duduk di atas tumpukan debu istananya. Api besar  
> telah
> menghabiskan semua kekayaannya. Ia bertanya dari mana api yang
> menghancurkan semuanya itu. Seorang Darwisy berkata, "Dari asap  
> kepedihan
> rakyat yang menderita di bawah kekuasaanmu!"
>
> * Jalaluddin Rakhmat, Ketua Yayasan Muthahhari, Bandung.
>
> __._,_.___
> Attachment(s) from Satrio Arismunandar
>
> 2 of 2 File(s)
>
>  dialog
>  kang
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke