yup setuju dah jepe, mandangaan carito tentang kopi bia reni cubo kalau jadi pulang bisou ko.... uda jepe dr tanjuang barulak? jaou dr tampek urui tu da? renny,ancol
--- On Mon, 8/24/09, Jupardi <jupa...@anugrah-mgt.biz> wrote: From: Jupardi <jupa...@anugrah-mgt.biz> Subject: [...@ntau-net] MINUM KOPI DAUN = MINUM KAHWA To: RantauNet@googlegroups.com Date: Monday, August 24, 2009, 3:30 PM MINUM KOPI DAUN =MINUM KAHWA Ketika Bung Nofrins sedang mengabadikan sebuah event parawisata di Ranah kita tepatnya di Batu S……..angkar seputar pacu jawi, beliau bercerita disela-sela acara tersebut sedang menikmati Kopi Daun dan Pisang Goreng di kesejukan udara Batu Sangkar di sore hari. …..Kopi Daun ..? “Onde Jep kopi daun tu yo sabana sero rasonyo dan indak caffeine pulo tuh, kayaknya mesti baliek kasinan nanti, suasananya sulit dilukiskan dengan kata-kata…Mungkin Jepe yang harus menulis tuh” Begitu sebaris SMS dari Bung Nofrin saya terima, “sulit dilukiskan dengan kata-kata” kalimat ini tentu penuh godaan, sebaris SMS itu membuat saya penasaran dan sudah bertekad kelak lebaran pulang kampung ke Tanjung Barulak sekitar 15 Km dari Batu Sangkar atau ketika menginap di rumah kakak di Batu Sangkar nantinya tentu akan mencoba menimatinya serta sedikit menulisnya apa dan bagaimana seputar Kopi Daun yang diceritakan Bung Nofrins. Ketika saya telepon orang tua saya di Padang menanyakan seputar Kopi Daun ini orang tua saya menjawab singkat saja Kopi Daun tidak lebih dan tidak kurang kalau dikampung kita disebut Minum kahw berasal dari daun kopi yang telah dikeringkan dan direndam dengan air panas mendidih. Jelas sudah jika Kopi Daun sama dengan Kahwa yang dimaksud orang tua saya apalagi seperti yang dijelaskan Mak Lembang maka minum ini sudah tidak asing lagi bagi saya ketika kecil dulu sering pulang kampung (sekitar 70 an). Sudah menjadi tradisi orang-orang dikampung sebelum kesawah dan berladang atau saat istirahat sejenak di dangau-dangau sekitar jam 10 an biasa kaum wanita membawa makanan-makanan kecil di dalam nampan yang dijunjung dikepala lalu jerek yang berisi kahwa. Lazimnya setelah dibuka makanan dan minuman ini sudah di hidangkan di dangau-dangau tengah sawah lalu mereka memanggil kerabat yang lain yang sedang asyik apakah itu membajak atau mencangkul sambil berkata “Oiii..marilah kito minum koa dulu” begitu terdengar ditelinga saya dialeknya Kahwa lebih tegas lagi sehingga berbunyi Minum Koa. Minum Kahwa ini memang tradisi dan nikmatnya ketika diminum di batok kepala yang tua atau dikenal dengan Sayak tampuruang setengah lingkaran berwarna hitam dan halus permukaannya, semakin tua semakin sering dipakai maka “kedalaman” sayak ini semakin tinggi baik dari segi penampilan fisiknya, estetika dan “kepadu serasian” dengan kahwa itu sendiri. Disinilah yang dikatakan sebuah minuman tradisi jika ingin menikmatinya bagaimana aslinya segala sesuatu mulai dari cara membuatnya, prosesnya, peralatannya. Ini adalah masalah CITA RASA sebuah minuman tradisonal yang memang dari dulunya ninik-ninik kita mendapatkan kenikmatan meminum kahwa ini melalu proses yang serba manual dan peralatan yang berasal dari alam seperti yang diceritakan Mak Lembang mulai dari Ijuk, Bambu, Sayak lalu cara mengeringkannya dengan kayu api dengan panas yang bertahap, kemudian tempat minumnya dari sayak ibaratnya “chemistry:nya memang menyatu banget antara air kahwa dengan sayak tempurung. Coba sedikit saja anda ubah seperti Daun Kahwa yang terpilih anda keringkan dengan sinar matahari atau dengan alat modern seperti Microwave saya berani mengatakan CITA RASA minuman kahwa akan tergradasi , anda tidak akan dapat lagi sentuhan nikmatnya. Jadi masalah wadah “jangan main-main” dalam menikmati sebuah minuman tradisi dari ninik-ninik kita disini lah sebuah CITA RASA di hadirkan sehingga kenikmatannya selalu terjaga sepanjang masa. Kita tidak perlu heran dengan kondisi ini betapa banyak makanan dan minuman tradisi Nusantara yang selalu menggoyang lidah penggemarnya , sebuah selera yang masih terasa keutuhan baik dari bumbu, wadah, cara memasak, cara menghidangkannya.dengan segala peralatan “kuno” dari alam Contoh sederhana jika anda penikmat kopi sejati, ini harus diseduh dengan air mendidih jika anda ingin mendapatkan rasa kopi yang “benar-benar” kopi jangan anda coba menyeduhnya dengan air panas dispenser, perjaya sama saya jika anda punya serbuk kopi berkualitas tinggi maka akan turun CITA RASA nya menjadi sedikit asam. Makanya di kafe2 wara laba terkenal yang menyajikan kopi peralatannya diatur sedemikian rupa dan pada suhu berapa air panas ini ditembakan pada bubuk kopi berkualitas ini dan menjadi sangat wajar jika anda mengeruk lebih dalam lagi kantong anda untuk menikmati secangkir kopi yang nikmat dan bercita rasa tinggi. Begitu juga dengan minuman tradisi kita ini yaitu Kopi Daun atau Kahwa tentunya agar menikmatinya dengan cita rasa yang tinggi kita harus membuat dan menyajikan sebagaimana ninik2 kita dulu mendapatkan sentuhannya bagaimana menghadirkan sebuah “Kopi Daun seperti kata Bung Nofrin terlalu sulit dilukiskan dengan kata-kata” ahaaa…jika berbicara “Taste” memang sesuatu yang sulit untuk diceritakan tapi anda hanya akan dapat merasakan sentuhannya, kepekaan rasa anda yang bermain disini. Jika Bung Nofrin ingin menjadikan sebuah Ikon Parawisata minuman ini, tidak ada salahnya kita mulai mempromosikannya dengan segala keunikan rasa dan cara-cara penyajiannya. Bersyukurlah rasanya kita punya kampung seindah ranah minang dengan segala keelokan alamnya, budaya dan tradisinya serta bertambah sempurna dengan keaneka ragaman seni kulinernya baik makanan dan minuman yang memang telah popular dimata masyarakat Nisantara bahkan manca negara. Minuman Kopi Daun atau kahwa rasanya perlu di explore lebih dalam lagi sehingga bisa menjadi lebih popular bagi wisatawan. Jika saya ibaratkan lagi tanah Pasundan (Suku Sunda) dengan alamnya yang indah juga terkenal dengan minumannya yang cukup Populer yang bernama BAJIGUR dan itu hampir sama saja dengan Minum Kahwa kita yang dihidangkan secara tradisional, jika mereka bilang ada sebuah acara atau event bernama BAJIGURAN….maka minuman ini dihidangkan dengan camilan seperti Ubi Rambat rebus, Kacang rebus, Jagung rebus dan Pisang Rebus begitu juga jika nanti KOPI DAUN/KAHWA sudah menjadi ikon minuman parawisata ranah minang maka nanti juga bisa dihidangkan dengan Lapek Bugih, Lapek Pisang, Bika, Tumbang, Onde-onde dsb. Semua itu dihidangkan sambil menikmati bentangan alam ranah minang yang indah mulai dari lembah, sawah, ladang, lereng pegunungan, gunung, sungai dan danau yang berhawa sejuk dengan menggelar tikar-tikar pandan di dangau-dangau seperti ninik kita dulu menikmati istirahat sejenak dipagi hari ketika kesawah dan ladang di pagi hari. Ahhhh teriakan dari mamak-mamak dikampung dulu di tengah dangau-dangau dipersawahan ketika istirahat sejenak “MINUM KOA KITO DULU’ masih terbayang sama saya, ikut larut duduk santai dipondok dengan pandangan lepas udara pagi yang sejuk dan segar sambil menyeruput Minum Kahwa panas dalam wadah sayak tempurung lalu menikmati camilan seperti Lapek Pisang atau Pisang Goreng,,nikmat dan syahdu..memang..Dunsanak Wass-Jepe/Pku/24 Agsutus 2009 Kahwa ini setahu saya berasal dari bahasa Arab ya..yang artinya Kopi..betul begitu The above message is for the intended recipient only and may contain confidential information and/or may be subject to legal privilege. If you are not the intended recipient, you are hereby notified that any dissemination, distribution, or copying of this message, or any attachment, is strictly prohibited. If it has reached you in error please inform us immediately by reply e-mail or telephone, reversing the charge if necessary. Please delete the message and the reply (if it contains the original message) thereafter. Thank you. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---