Tari Piring Oleh Sawir Pribadi
Dalam dua tahun terakhir, berbagai produk dan kebudayaan khas Indonesia telah diklaim oleh Malaysia sebagai milik mereka. Sebutlah Reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange, batik, sekarang giliran Tari Pendet dan terakhir terbetik pula kabar wayang kulit. Jika tidak waspada, sebentar lagi bisa saja Tari Piring dan randang dari Sumatra Barat menjadi milik negeri jiran dimaksud. Ini bukan tidak beralasan sama sekali. Antara Malaysia dan Minangkabau memiliki hubungan historis dan sosial yang begitu dekat. Nenek moyang warga Melayu di Malaysia konon berasal dari Minangkabau. Tari Piring dan randang adalah kesenian dan masakan khas Minangkabau. Kalau hanya dipertontonkan saja di negeri jiran itu, tentu semua kita akan merasa bangga. Betapa tidak bangga, sesuatu yang kita punya ternyata juga disukai oleh orang lain. Tetapi, kalau sudah dinyatakan sebagai miliknya, tentu kita pantas merasa marah. Ibarat punya istri cantik, kalau dipakai tenaga dan pikirannya oleh orang lain, barangkali tidak masalah. Tapi kalau sudah diklaim pula sebagai istri orang itu, jangankan sekadar marah, membunuh pun mau kita. Begitu benarlah! Selama ini, kita bagai tak punya kepedulian saja dengan kekayaan daerah dan kekayaan bangsa. Seperti Reog Ponorogo, Tari Pendet, batik dan lainnya itu selama ini kita hanya mampu membanggakan ke mana-mana. Bahkan, kita juga bangga kalau ada warga negara asing yang mau belajar kesenian dan kebudayaan kita. Tapi, ketika semua itu mereka adopsi ke negara mereka dan membuat 'merek' tersendiri sebagai hak kekayaan negara mereka, kita hanya pandai tersinggung. Sekali lagi, semenjak dulu kita tak mau mendaftarkan semua kesenian sebagai hak kekayaan intelektual bangsa dan negara. Padahal, begitu banyaknya kekayaan dan keragaman budaya serta kesenian yang mungkin saja diembat oleh bangsa lain. Apalagi seperti Tari Piring, randang Padang atau permainan anak nagari lainnya akan mudah diklaim oleh Malaysia sebagai milik mereka. Alasannya itu tadi, antara Minangkabau dengan Malaysia punya histori tersendiri. Nah, kalau nanti ternyata memang ada di antara kekayaan negeri Minangkabau atau Sumatra Barat yang diklaim sebagai milik negeri jiran itu, akankah kita juga akan kebakaran jenggot seperti sebagian besar masyarakat Bali saat ini akibat Tari Pendet yang diklaim sebagai milik Malaysia? Rasanya, sebelum semua itu terjadi sebaiknya kita mawas diri. Ibarat kendaraan bermotor, mari siapkan BPKB dan STNK-nya. Bak pepatah Minang juga: 'Ingek sabalun kanai, kulimek sabalun abih'. Jangan sampai kita bertanam karambia condong. Batangnya dari kecil kita yang punya, tapi setelah berbuah jatuhnya ke pekarangan orang. Untuk itu, pihak-pihak terkait seperti pemerintah daerah, DPRD, para seniman secepatnya mengambil langkah konkret supaya kekayaan kita tidak diklaim sebagai milik orang lain. (*) Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---