*Resensi Buku: Apakah Paderi Teroris?
Oleh : Syafrizaldi | 27-Aug-2009, 13:42:51 WIB

<http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&rubrik=Budaya>**KabarIndonsesia
**- Islam kadang diidentikkan dengan kekerasan.  Apalagi akhir-akhir ini
teror bom menjebak Islam kedalam diskursus sebagai agama penteror. Padahal,
pemahaman ini hanyalah cara pandang sempit tentang Islam itu sendiri.

*

*Dalam kaca mata berbeda, agaknya gerakan Paderi di Sumatera Barat dapat
dijadikan sebagai satu contoh. Gerakan ini merupakan gerakan ulama dalam
pemurnian agama Islam dari berbagai praktek kemungkaran dan bid'ah. Sebagian
pihak malah menilai gerakan ini sebagai pengingkaran Islam terhadap hak
asasi manusia, karena berupaya menerapkan Islam dengan menginvasi tatanan
adat yang sudah ada sebelumnya, bahkan kerap mengumbar teror.

Orang cenderung mengasosiasikan Paderi dengan Tuanku Imam Bonjol. Tokoh ini
merupakan pemimpin terakhir Paderi yang ditangkap Belanda 28 Oktober 1837,
dibuang ke Cianjur dan wafat 6 November 1864 dalam pengasingan di Manado.

*

*Tapi, sejatinya gerakan Paderi telah menancapkan akar perjuangan di Luhak
Tanah Datar, Agam dan Limopuluah Koto sejak awal 1800an. Tuanku Nan Ranceh
beserta sahabat-sahabatnya adalah pentolannya, beberapa dikenal dengan
sebutan Harimau Nan **Salapan**.

Terlepas dari segala kontroversi, pada masa itulah Jauhari lahir.  Ia tumbuh
dan besar di Nagari Pauh Matur, sebuah nagari yang terletak antara
Bukittinggi dan Maninjau.
Jauhari adalah tokoh rekaan Saiful A. Imam dalam novel Bidadari Paderi.
Novel ini agaknya menjawab perbedaan dasar antara Islam dan manifesto teror.

Perkenalan Jauhari dengan gerakan Paderi bermula dari kedekatannya dengan
Imam Mudo, orang yang diaku sebagai gurunya. Namun, sebuah persekongkolan
antara Johan dan kawan-kawannya membuat Jauhari terusir dari kampung.  Ia
difitnah membunuh. Belakangan diketahui bahwa Johan juga menjadi dalang
pembunuhan Salim, sahabat Jauhari.

*

*Jauhari merantau ke Bukittinggi, meninggalkan segala harapannya untuk
menikah dengan Nilam, keponakan Imam Mudo. Ia mencoba merentas harapan
sebagai pedagang.

Di Bukittinggi, sekali lagi ia terjebak. Jauhari  terpaksa menjual ganja
untuk menyelamatkan sebuah keluarga. Tidak dijelaskan bagaimana pada masa
itu ganja menjadi barang haram, padahal opium juga marak. Tidak juga ada
penjelasan mengapa di Minangkabau, khususnya Bukittinggi, orang sudah
mengenal ganja sebagai barang haram. Namun malang, Jauhari tertangkap
pasukan Paderi dan terancam mati di tiang gantungan.

*

*Puncak penderitaan Jauhari mereda ketika Sutan Sinaro dan Manjo memberi
kesaksian yang membebaskan Jauhari. Hal ini sekaligus menjadi titik balik
bagi Jauhari untuk membela kepentingan Paderi.

Bersama Sutan Sinaro ia mengatur siasat berperang melawan Belanda. Rafiah,
istrinya yang juga anak Sutan Sinaro tewas dalam pertempuran.

*

*Selanjutnya Jauhari pulang kampung, menjemput impian masa lalunya menikahi
Nilam.  Mereka dikarunia dua orang putera, salah satunya terbunuh dan
lagi-lagi karena ulah Johan.

*

*Johan yang culas memuluskan pergerakan belanda ke Bonjol untuk
menghancurkan kekuatan terakhir Paderi di wilayah itu. Pada kesempatan itu
Nilam menuntut balas, ia tewas bersama Jauhari.

*

*Novel ini penuh berisikan nilai-nilai Islam dan kental dengan aroma adat
Minangkabau.  Istilah lokal sering dicuplik oleh Saiful , walau kadang ia
lupa mengurai terjemahan yang cukup gamblang atas istilah-istilah itu.

Walaupun kaya nilai-nilai, membaca Bidadari Paderi barangkali membosankan.
Kisah Jauhari diatur sedemikian rupa, sentimentil sekaligus terkesan seperti
sinetron kejar tayang dengan alur  maju,  tanpa amplitudo yang ekstrim.

*

*Sebagai orang Minangkabau, Jauhari diperankan layaknya pelakon film India
yang menderita pada awalnya lalu berakhir sebagai pahlawan. Karakter tokoh
dalam novel ini juga terkesan tidak muncul secara kuat, cenderung datar dan
biasa-biasa saja.

*

*Saiful  barangkali juga luput mengesplorasi bentang alam Minangkabau yang
eksotik.  Kecuali itu, ia tidak terlalu berkesempatan memberikan deskripsi
detail budaya beserta ornamen-ornamennya.

Terlepas dari itu, Novel ini layak menjadi pemancing diskusi tentang adat
Minangkabau dan Islam sekaligus karakter dan perilakunya. Saiful mengurai
banyak hal tentang struktur adat, pengambilan keputusan dan budaya orang
Minangkabau.  Ia juga memberikan telaah atas ayat-ayat Al-Qur'an yang
mengatur tata kehidupan. Apakah gerakan Paderi merupakan teror?

Judul: Bidadari Paderi
Pengarang: Saiful A. Imam
Penerbit: Republika, Jakarta, November 2007*

* *

*Link:*

*
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&jd=Resensi+Buku:+Apakah+Paderi+Teroris?&dn=20090827131010
*

*atau*

*http://syafrizaldi.multiply.com/reviews/item/18*

* *

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke