Kalau carito uruik ma uruik dado samakin kancang ko dek masyarakat bawah ndak namuah lai mauruik dado sabab samaikin diuruik dado ko samakin cido nan diraso
Jadi dari talk show alias pamer cakap bin ota lapau masyarakat bawah tentang hal iko lah kabubar dilapau ko kesimpulannyo saketek sajo dari pandapek nan ekstrim atau frustasi ko "Suko hati he se lah inyo juo nan ka badoso" Talk show di lapau berakhir JP Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -----Original Message----- From: Harman <harman_ira...@yahoo.com> Date: Wed, 14 Oct 2009 03:23:39 To: <rantaunet@googlegroups.com> Subject: [...@ntau-net] Re: silakan urut dada, apa lagi yg anda banggakan dg bangsaini? urut - mengurut dadanya makin kencang nih kayaknya Quote: ".. Rupanya, kritik kedua aktivis ICW itu memerahkan kuping para jaksa. Mereka pun melaporkannya ke polisi pada 7 Januari 2009. Entah kenapa, kasus ini dibiarkan mengendap selama delapan bulan lebih. Barulah pada awal Oktober ini polisi menjadikan Illian dan Emerson sebagai tersangka pencemaran nama baik. .." Karena polisi dan jaksa di bawah kendali langsung presiden, dampak kriminalisasi aktivis antikorupsi ini tak bisa dianggap enteng. Pemerintah akan dinilai berupaya melumpuhkan gerakan antikorupsi sekaligus menutup demokrasi secara perlahan-lahan Apalagi legislatif juga sudah dibawah kendali eksekutif, makin loncer deh tak ada yang tersisa ... waktu pemilu : katakan TIDAK kepada Korupsi ..! Sekarang : Katakan TIDAK kepada (aktivis anti) Korupsi ..! wassalam, harman http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/10/14/Editorial/index.html Kini Giliran Aktivis Antikorupsi Bukannya serius memerangi korupsi, belakangan ini penegak hukum seolah justru sibuk menghantam kelompok antikorupsi. Setelah polisi menjerat petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi, sekarang jaksa berusaha memenjarakan aktivis pro-pemberantasan korupsi. Itulah yang dialami dua aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW), Illian Detha Artasari dan rekan kerjanya, Emerson Yuntho. Mereka dijadikan tersangka oleh polisi gara-gara mengungkap upaya penilapan uang negara di Kejaksaan Agung. Keduanya dituduh mencemarkan nama baik. Kasus ini bermula dari berita di koran Rakyat Merdeka pada 5 Januari 2009 yang berjudul "Uang Perkara Korupsi Kok Dikorupsi: Kenapa Duit 7 Triliun Belum Masuk Kas Negara?" Dalam berita ini Illian dan Emerson sebenarnya hanya mengungkap soal data yang ganjil. Menurut kedua aktivis ini, Kejaksaan Agung pernah membeberkan jumlah uang negara yang dapat diselamatkan dari koruptor. Besarnya Rp 8 triliun dan US$ 18 juta untuk kurun 2004-2008. Tapi laporan Badan Pemeriksa Keuangan menyebutkan, Kejaksaan cuma menyetor Rp 382 miliar ke kas negara. Rupanya, kritik kedua aktivis ICW itu memerahkan kuping para jaksa. Mereka pun melaporkannya ke polisi pada 7 Januari 2009. Entah kenapa, kasus ini dibiarkan mengendap selama delapan bulan lebih. Barulah pada awal Oktober ini polisi menjadikan Illian dan Emerson sebagai tersangka pencemaran nama baik. Sikap jaksa dan polisi sungguh memprihatinkan dan tak bisa dimengerti. Khalayak jelas bertanya-tanya: kenapa dua lembaga penegak hukum ini sibuk memperkarakan orang yang melontarkan kritik? Mengapa mereka tak terlebih dulu membuktikan ada-tidaknya korupsi ketimbang menggugat dengan pasal pencemaran nama baik? Polisi seharusnya juga berhenti menggunakan delik pencemaran nama baik dalam kasus korupsi. Kita tahu, pasal yang tercantum dalam Kitab Undang Hukum Pidana pasal 310 hingga 311 itu adalah warisan kolonial Belanda. Pasal yang dulu dibuat untuk membungkam para pengkritik pemerintah ini jelas ketinggalan zaman. Lagi pula, Mahkamah Agung telah menyeru agar penegak hukum menerapkan delik ini secara hati-hati karena menyangkut kebebasan berpendapat. Kami khawatir, bila kasus pencemaran nama baik ini tak dihentikan, publik akan semakin ragu terhadap keseriusan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono memberantas korupsi. Khalayak sudah kecewa ketika polisi menangani kasus Bank Century. Mereka bukannya mengejar buron skandal ini, melainkan malah mengkriminalkan dua pejabat KPK, Chandra M. Hamzah dan Bibit Samad Rianto, dengan tuduhan penyalahgunaan wewenang. Rasa kesal masyarakat itu bisa semakin bertumpuk bila melihat penegak hukum seolah sengaja menjerat dua aktivis ICW hanya gara-gara rajin mengkritik. Sebelumnya, mereka juga sering menyoroti perseteruan cicak versus buaya atawa polisi melawan KPK. Karena polisi dan jaksa di bawah kendali langsung presiden, dampak kriminalisasi aktivis antikorupsi ini tak bisa dianggap enteng. Pemerintah akan dinilai berupaya melumpuhkan gerakan antikorupsi sekaligus menutup demokrasi secara perlahan-lahan. ________________________________ From: "jupardi...@yahoo.com" <jupardi...@yahoo.com> To: rantaunet@googlegroups.com Sent: Wed, October 14, 2009 4:37:38 PM Subject: [...@ntau-net] Re: silakan urut dada, apa lagi yg anda banggakan dg bangsaini? Pak Naldi Kalau lah baco berita2 bantuak iko ambo kadang2 sebagai urang biaso yo lah paniang surang "permainan". Ditingkek elit2 nan mamimpin negara ko intrik2 tabur uang setor manyetor tarik menarik kepentingan KKn kepentingan partai and so on Apolai Pak Naldi sebagai wartawan kompas nan tajam nalurinyo manyimak apo nan dilakukan elit2 ko nan ambo tahu mudah2an wartawan kompas ko yo indenpenden tanpa ada kepentingan atau merasa di tekanan dalam menlis berita atau ado nan menitip berita dgn sebuah kepentingan Nah ado ambo mandanga pandapek masyarakat bawah ciloteh dilapau urang2 ketek dijaman kini lah bisa manyimak dan tahu apo nan tajadi ditingkek elit2 nan mamimpin mereka di negara ko Pandapeknyo cukuik "ekstrim" atau bisa juo mencerminkan raso frustasi bantuak iko "Padia se lah katinyo selah nan diatej tu apo nan kadilakukannyyo KKN bagi bagi uang bagi bagi kekuasaan nan pantiang bagi kami masy bawah ko lai bisa urang2 tu manadiokan lapang karajo indak sulik mancari makan nelayan petani gurem diagiah kemudahan" Kasanyo lai indak teleang paruik nasi kami nan dibawah bawah ko kok ka kayo urang urang tu baa lai kama kami Baitu ciloteh lapau masyyarakat bawah Iko bisa juo ambo refleksikan masy bawah ko mainginkan jaman bantuak kekuasaan Pak Harto nan iduiknyyo. Dalam hal2 yang paling normatif terpenuhi bisa bakarajo sakolah jo barubek murah dibantu alat alat pertanian jo nelayan dll Walau di kroni2 sekitar Pak Harto kayo2 balindak mereka urang bawah ko indak menggugat hanyo urang2 kota kelas menengah nan manggugat tarutamo dalam maslah demokrasi Sasudah reformasi awalnyo masy banyak bukan perubahan di demokrasi mungkin tapi lebih akan meningkatnya kesejeteraan mereka apolai ado lo semangat otonomi ndak tahunyo baa kecek urang awak kondisi nan tajadi "indak batuka baruak jo cigak" kecek urang sunda "eta eta keneh" kecek rang jawa "podo wae" Jadi pandapek masy bawah ko indak labiah indak kurang masalah "PARUIK" bagi ambo maslalah paruik masyarakat bawah disikolah kesejahteraan ba mulai lalu kecek kawan ambo nan bijak jaan main-main jo paruik masy nan lapa Ditambahkan lo dek kawan ambo ko "Indak mati nan den takuikan do tapi kelaparan" haaa yo dalam maknanyo Wass_Jepe Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---