Gamawan Fauzi

catatan: Yurnladi

Tanggal 17 Juli lalu, ketika pulang kampung ke Padang, saya berkesempatan 
bertemu dengan Gubernur Gamawan Fauzi. Ternyata, pasca-Gamawan jadi deklarator 
pasangan SBY Berbudi di Bandung, koran-koran di Padang, mencerca Gamawan. 
Beragam hujatan dan siapa pun bisa bebas berpendapat. Agar jadi perhatian dan 
dianggap orang sebagai pengamat, dilontarkanlah pendapat yang rada-rada aneh 
(karena tak berpijak dengan fakta yang sesungguhnya dan dg pengamatan yang 
jelimet). Kesannya emosional, asal bunyi dan sentimental.
   Empat mata di ruang kerjanya, beragam komentar "miring" itu, tak hendak 
ditanggapinya. Sikap Gamawan, memang tak mau buang-buang energi. Mungkin 
prinsip beliau, menanggapi hal-hal bodoh, membuat kita bodoh juga. Karena itu, 
Gamawan mengaku tak terpancing, penilaian yang beragam itu.
   Lalu, Gamawan mencoba menjelaskan, kenapa ia bersedia jadi pembaca deklarasi 
pasangan SBY Berbudi itu. Menjadi deklarator bukan atas kehendak dan kemauan 
Gamawan. Gamawan diberitahu, bahwa ia terpilih setelah tim SBY melakukan 
penilaian terhadap banyak calon deklarator saat itu. Ketika tinggal dua nama, 
SBY akhirnya memilih Gamawan Fauzi. 
   Proses begini, orang-orang yang asal berkomentar tadi tidak tahu. Gamawan 
pun tak hendak menceritakannya kalau tak ditanya.
   Dan tawaran mendukung SBY kemudian, juga bukan karena berharap jadi menteri. 
Gamawan dengan pengalaman yang panjang di pemerintahan dan analisanya yang 
tajam terhadap perkembangan politik, telah memantapkan hati mendukung 
SBY-Budiono. Diakui, JK dan fungsionaris Golkar lainnya, termasuk mantan 
gubernur yang mendukung JK, sempat kecewa. Namun, bagi Gamawan, pilihannya 
punya dasar kuat dan atas kajian yang dalam. 
   Menurut Gamawan, Golkar sulit menang dan tak mungkin memang.Gamawan tetap 
hormat dnegan JK, tapi soal pilihan dukungan, "Saya tak mungkin mendukung 
partrai yang bakal kalah".
   Hasil pemilu Presiden membuktikan, apa yang dipikirkan dan menjadi pilihan 
Gamawan itu, ternyata benar. Menang SBY satu putaran, sudah ia prediksikan dari 
awal.
   Kemenangan itu, membuat orang-orang atau pengamat yang mencerca Gamawan 
menjadi diam. Malu dengan pendapatnya yang bodoh, asal bunyi, dan hanya sebatas 
ingin berkoar-koar di suratkabar.
   Kini, ketika catatan ini saya buat dan Gamawan menjadi kandidat menteri, 
orang-orang yang berkomentar tetap saja ada. Sebagai bentuk kebebasan 
berekspresi, ya silakan saja. Setidak-tidaknya, "kepakarannya" dan kemampuannya 
sebagai pengamat yang diperhitungkan, akan dipertaruhkan. Ironis juga, ada 
pengamat yang terlalu dini menilai Gamawan tak mampu jadi menteri. Gamawan 
bukan seorang gubernur yang sukses, tak ada keberhasilannya sebagai orang nomor 
satu di Sumbar.
   Apa itu bukan pendapat yang asbun dan maaf, terlalu bodoh? Pembaca silakan 
menilai sendiri...
   Dan saya pikir, SBY dan tim SBY bukan orang sembarangan. Walaupun itu hak 
prerogatif presiden, tapi secara terbuka ia menunjukkan kepada rakyat bagaimana 
proses ia menetapkan seorang menteri. Ada uji kelayakan, wawancara, dan tes 
kesehatan. Sebelumnya, SBY tentu telah tahu track record orang yang akan 
dipercayanya akan jadi pembantunya itu.
   Dan apapun pendapat pengamat yang hanya tahu sebatas mengamati tampak luar 
itu, SBY tak akan peduli. Tak ngaruh...Benar kata pepatah, biar anjing 
menggonggong, kafilah tetap berlalu. Biar banyak komentar dan penilaian yang 
miring, ketetapan hati SBY tak akan berubah. Semoga Gamawan tetap menjadi 
pilihan SBY.
   Saya menilai, ada sisi lain yang dipertaruhkan SBY. Yakni, ingin tetap 
mendongkrak citra pemerintahan yang bersih, antikorupsi. Dan sebagaimana kita 
tahu, tahun 2004, Gamawan bersama Saldi Isra (keduanya orang Solok), 
dianugerahi Bung Hatta Anti-Corruption Award. Penghargaan bergengsi, yang tak 
banyak orang mendapatkannya.
   Banyak orang (pengamat) tidak tahu, setelah itu, Gamawan dengan pemikirannya 
yang brilian di bidang pemerintahan, diundang berbicara, jadi pembicara kunci 
di berbagai fora nasional dan internasional. Ia berbicara di hadapan para 
gubernur, berbicara di Lemhannas, berbicara di perbagai perguruan tinggi, dan 
di hadapan tokoh-tokoh terkemuka dunia.
   Dengan riwayat yang seperti itu, tak heran, ketika mendgari Hari Sabarno 
sakit-sakitan, nama Gamawan mencuat sebagai orang yang layak menggantikan Hari 
Sabarno. Namun, karena sejumlah pertimbangan, Gamawan diberi kesempatan untuk 
menyelesaikan tugas-tugas pemerintahan di Sumatera Barat.
   Dan ketika Gamawan hampir menuntaskan jabatannya sebagai Gubernur Sumbar, 
pilihan SBY yang tertunda tadi, kembali hadir. Mungkin karena tak lazim, karena 
Gamawan bukan berlatar jenderal, sehingga banyak komentar sinis, ia tidak layak 
jadi Mendagri. 
   Silakan saja berpendapat. Pasti ada pengamat yang sakit hati, karena 
jagoannya tak dipilih SBY, misalnya. 
   Oya, saya tak hendak membela Gamawan. Inilah realitas yang saya diskusikan 
dengan beliau. Sebagai wartawan profesional, saya harus tahu dari sumbernya 
langsung.
   Gamawan sempat menanyakan, apa perkembangan opini di Jakarta. Saya pun 
bercerita panjang lebar (maaf, tidak saya ungkapkan di sini, kepanjangan). 
Intinya, Gamawan kelak dipercaya jadi Mendagri.
   Persis tiga bulan kemudian, 17 Oktober 2009, Gamawan setelah dipanggil ke 
Cikeas, menjadi kandidat kuat calon Mendagri. Mudah-mudahan, prediksi saya 
benar. Prediksi orang tentang Gamawan selama ini baru sebatas akan jadi 
menteri, tapi tak diikuti menteri apanya. ya, wajar, karena ia hanya mengamati 
kulit-kulit saja.
   Usai itu, kami berdiskusi soal siapa yang akan menjadi Gubernur setelah 
Gamawan. Ini belum saatnya saya buka ceritanya. 

Demikian, jakarta, 20/10/2009
Yurnaldi

     
--- On Tue, 10/20/09, Riri Mairizal Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org> wrote:

> From: Riri Mairizal Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org>
> Subject: [...@ntau-net] Re: Gamawan Belum Pantas jadi Menteri
> To: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Tuesday, October 20, 2009, 11:43 AM
> 
> 
> 
>  
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
> Benar juga, Sanak Yansen, itu
> hak prerogatif. Jadi tidak perlu
> diributkan 
> 
>    
> 
> Tapi kalau kita menggunakan
> acuan hak itu, agusnya seimbang,
> jangan dikritik (dalam arti negatif), tapi juga tidak usah
> dipuji2 …  
> 
>    
> 
> Riri 
> 
> Bekasi, l, 47 
> 
>    
> 
> 
> 
> 
> 
> From:
> rantaunet@googlegroups.com
> [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of Sri
> Yansen
> 
> Sent: Tuesday, October 20, 2009 11:06 AM
> 
> To: rantaunet@googlegroups.com
> 
> Subject: Bls: [...@ntau-net] Gamawan Belum Pantas jadi
> Menteri 
> 
> 
> 
> 
> 
>    
> 
> 
> 
> 
> 
> kenapa sih
> orang2 meributkan sesuatu yang sudah menjadi HAK PREROGATIF
> beliau.......menurut saya yang awam ini sudah pasti
> presiden sudah punya
> penilaian sebelumnya dan juga masukkan2 dari tim
> ahlinya. 
> 
> 
> 
> 
> 
> salam, 
> 
> 
> 
> 
> 
> Yansen 
> 
> 
> 
> 
> 
>    
> 
> 
> 
> 
> 
> > 
>  
> 
> 
> 
> 
> 


      

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke