Menggagas Pendidikan Berbasis Surau

Oleh: Muhammad Kosim, MA*

Surau merupakan salah satu karya arsitektur tradisional Minangkabau yang
memiliki multifungsi, salah satunya sebagai lembaga pendidikan Islam.
Dalam sejarahnya, surau telah menunjukkan peran amat penting dalam
mendidik sikap keberagamaan masyarakat Minangkabau. Surau juga
memberikan kontribusi yang amat besar terhadap pembangunan masyarakat
Sumatera Barat, bahkan terhadap bangsa Indonesia. Namun, pendidikan
surau kerap kali menjadi romantisme sejarah sebab fungsi itu semakin
redup seiring dengan arus modernisasi dan globalisasi yang semakin kuat.


Fakta sejarah menunjukkan bahwa perkembangan surau sebagai lembaga
pendidikan pada abad ke-19 laksana pesantren yang ada di tanah Jawa.
Beberapa surau di masa itu bukan hanya tempat belajar membaca Al Quran
saja, akan tetapi lebih dari itu, mereka juga mempelajari kitab-kitab
kuning tentang fiqh, tauhid, termasuk gramatika bahasa Arab. Bahkan di
antara surau yang menerapkan pelajaran seperti itu ada yang memiliki
fasilitas lengkap. Verkerk Pistorious mengkategorikan surau ini sebagai
surau besar. Surau besar atau lengkap ini berupa kompleks bangunan yang
terdiri dari masjid, bangunan-bangunan untuk tempat belajar, dan
surau-surau kecil yang sekaligus menjadi pemondokan murid-murid yang
belajar di surau. Prototype surau seperti ini adalah surau Ulakan yang
didirikan Syekh Burhanuddin dan Surau Batuhampar, dekat Payakumbuh, yang
dibangun Syekh 'Abdurrahman (1777-1889) di mana kompleks surau terdiri
dari sekitar 30 bangunan, termasuk beberapa bangunan utama, seperti
masjid, penginapan bagi pengunjung, surau kecil untuk murid, surau untuk
suluk, dan lain-lain. 

Namun sayangnya surau tidak mampu survive seperti pesantren di tanah
Jawa. Padahal, keberhasilan surau dalam melahirkan sejumlah tokoh muslim
berpengaruh di masa itu tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, kerinduan
akan peranan surau sebagai lembaga pendidikan Islam sering kali
mengemuka dalam wacana "babaliak ka surau". 

Mengembalikan fungsi surau persis sama seperti perkembangan awal adalah
sesuatu yang mustahil. Pengaruh modernisasi dan semakin berkembangnya
urbanisasi tidak memungkinkan lagi anak laki-laki tidur dan belajar di
surau. Oleh karena itu, untuk mengimplementasikan gagasan "babaliak ka
surau" akan lebih arif dilakukan dengan mengaktualisasikan nilai-nilai
surau tersebut ke dalam lembaga pendidikan yang sudah ada, termasuk
sekolah. 

Perlu pula ditegaskan bahwa meskipun kehadiran madrasah di Minangkabau
beralasan positif, di antaranya untuk menandingi sekolah-sekolah Belanda
yang bercorak klasikal dan modern, namun awal kehadirannya turut
menyebabkan surau mulai ditinggalkan dan kurang diminati masyarakat
sebagai lembaga pendidikan. Dalam perkembangan selanjutnya, minat
masyarakat pun semakin besar, tidak hanya kepada madrasah yang dianggap
sebagai lembaga pendidikan Islam, akan tetapi sekolah pun menjadi
lembaga pendidikan yang ramai diminati. Untuk itu, sekolah atau
madrasah-baik tingkat dasar maupun menengah-yang ada di daerah
Minangkabau sejatinya berupaya untuk melestarikan nilai-nilai surau
sebagai lembaga pendidikan tersebut. Upaya ini dapat diwujudkan dalam
bentuk "Pendidikan Berbasis Surau". 

Selain itu, pentingnya sekolah berbasis surau juga relevan dengan spirit
otonomi daerah yang menginginkan setiap daerah memiliki karakteristik
tersendiri. Dengan karakter yang khas itu akan menjadikan daerah
tersebut dikenal dan diteladani oleh daerah lain. 
Adapun bentuk pelaksanaan sekolah berbasis surau tersebut, harus digagas
oleh para ahli baik dari kalangan ulama, cendikiawan, tokoh adat, maupun
dari masyarakat sendiri. Dalam tulisan ini, ada beberapa gagasan yang
patut dipertimbangkan sebagai bentuk pelaksanaan sekolah berbasis surau
tersebut. Pertama, menerapkan pendidikan Al Quran. Pendidikan Al Quran
yang dimaksud bukan hanya dalam bentuk mata pelajaran seperti Baca Tulis
Al Quran, akan tetapi terwujud dalam pembinaan tahsin bagi yang telah
mampu membaca, tilawah Al Quran bagi yang berbakat, hingga kepada
tahfizh (paling tidak tahfizh juz 'Amma), serta tafsir Al Quran. 

Tegasnya, setiap sekolah, khususnya di tingkat sekolah menengah
(SMP/MTs, SMA/MA dan SMK) mesti ada lembaga atau kelompok kajian Al
Quran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan di atas. Diharapkan juga
kajian ini dilakukan dengan pendekatan integrited tematik, antara ilmu
agama dengan ilmu lainnya, terutama dengan sains dan sosiologi; sebab
kajian ini akan menambah minat siswa. Karena tidak semua siswa mengikuti
kegiatan ini, maka hasil kajian yang diperoleh dipublikasikan kepada
siswa lain melalui MADING khusus tentang Kajian Islam, jika memungkinkan
akan lebih baik melalui majalah sekolah. 

Bentuk ini perlu dilakukan, sebab ciri utama dari surau sebagai lembaga
pendidikan pada masa lampau adalah belajar membaca Al Quran. Oleh karena
itu, jika sekolah ingin mengaktualisasikan pendidikan surau untuk masa
kini, maka penerapan pendidikan Al Quran suatu keniscayaan. Selain itu,
penerapan pendidikan Al Quran di sekolah umum juga mesti diprioritaskan,
khususnya dengan lahirnya Perda Provinsi Sumbar Nomor 3 tahun 2007
tentang Pendidikan Al Quran sebagai kurikulum muatan lokal. Melalui
Perda ini, sekolah diharapkan memiliki dasar hukum yang lebih kuat untuk
menerapkan gagasan ini. 

Kedua, setiap sekolah/madrasah harus memiliki masjid/mushalla, paling
tidak memanfaatkan masjid/mushalla masyarakat di sekitar sekolah. Perlu
pula meningkatkan fungsi masjid/mushalla, tidak hanya sebagai tempat
ibadah seperti shalat, tetapi bisa dilengkapi dengan alat-alat yang
berkenaan dengan pembelajaran agama, sehingga mushalla/masjid bisa
menjadi "labor" pembelajaran yang terkait dengan mata pelajaran PAI. 

Ketiga, sekolah/madrasah harus melaksanakan pendidikan ibadah secara
praktis, yang meliputi: Shalat fardhu secara berjamaah bagi siswa
muslim. Sejarah pendidikan surau masa lampau menunjukkan bahwa dalam
surau tersebut dilakukan pembinaan ibadah, khususnya shalat Maghrib,
Isya, dan Shubuh, sebab surau lebih berfungsi ketika malam hari. Dalam
konteks madrasah, maka pelaksanaan shalat berjamaah dilakukan sesuai
dengan shift-nya, yang pagi shalat zhuhur, sedangkan yang siang/sore
pada shalat Ashar. Bagi siswa yang melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler
di sore hari, maka guru bersama siswa melaksanakan shalat Ashar secara
berjamaah. Lalu Shalat dhuha. Siswa harus dimotivasi melaksanakan shalat
dhuha ketika jam istirahat pertama. Paling tidak, setiap siswa
diwajibkan oleh sekolah melaksanakan shalat dhuha sekali dalam seminggu.
Dalam hal ini wali kelas membagi siswa ke dalam enam kelompok dimana
masing-masing kelompok memilih salah satu hari (Senin s.d. Sabtu)
sebagai jadwal melaksanakan shalat dhuha. Dengan demikian, setiap hari
akan terdapat siswa melaksanakan shalat dhuha di masjid/mushalla
sekolah. 

Keempat, setiap sekolah/madrasah harus memiliki karakter Islam dalam
satu bidang tertentu, dengan memprioritaskan pembinaan kegiatan
keislaman, seperti tahfiz juz 'amma, qari' (tilawah), syahril qur'an,
pidato Islami, seni Islami, kaligrafi Al Quran, Puisi Islami, ROHIS, dan
sebagainya, yang turut mewarnai sekolah bersangkutan. Pembentukan
karakter ini bisa dilakukan melalui program pengembangan diri atau
ekstrakurikuler. Hal ini relevan dengan perkembangan surau masa lalu
dalam sosial sejarah Islam di Minangkabau dimana beberapa surau terkenal
di berbagai daerah memiliki ciri tersendiri. Seperti Surau Koto Tuo
(Tuanku Nan Tuo) Agam yang memiliki distingsi dalam bidang tafsir; Surau
Kotogadang yang terkenal sebagai pusat ilmu mantiq dan ma'ani; Surau
Sumanik, tersohor kuat dalam tafsir dan fara'id; Surau Kamang, terkenal
karena kuat dalam ilmu-ilmu bahasa Arab; Surau Talang, dan Surau Salayo,
yang keduanya terkenal dalam bidang Nahu-Sharaf. Keseluruhan surau ini
mencapai puncak kejayaannya dalam masa pra-Padri. 

Kelima, setiap guru mesti meningkatkan perannya sebagai teladan bagi
siswa. Keteladanan itu dapat dilakukan dengan kedisiplinan, sikap yang
santun, terutama keterlibatan guru dalam melaksanakan shalat berjamaah. 

Keenam, sekolah/madrasah sebaiknya memberikan reward kepada perilaku
positif siswa. Madrasah tidak hanya mencatat kesalahan siswa; akan
tetapi perlu disiapkan semacam dokumen/portofolio untuk merekam perilaku
positif yang terukur, seperti turut melaksanakan shalat, datang paling
cepat, prestasi intra atau ekstra kurikuler, mendapat tugas tertentu
dalam kegiatan upacara bendera atau lainnya, menjadi utusan lomba, dan
sebagainya. Reward ini bisa meningkatkan motivasi siswa untuk melakukan
perbuatan yang positif. 

Masih banyak bentuk lain yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan
surau untuk diterapkan dalam pelaksanaan sekolah berbasis surau.
Beberapa gagasan dalam tulisan ini diharapkan dapat memberika inspirasi
bagi kalangan akademisi dan praktisi pendidikan Islam untuk meningkatkan
kualitas pendidikan Islam di Sumatera Barat, termasuk melalui sekolah,
sehingga melahirkan generasi yang berilmu dan mampu melestarikan adat
serta mengamalkan syari'at sesuai falsafah ABS-SBK. Insya Allah. (*) 

*Penulis adalah Guru PAI SMP Negeri 8 Padang

 

Sumber : http://mhdkosim.blogspot.com <http://mhdkosim.blogspot.com/>  


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke