Kaba Tareh adalah esensi kabar atau sari berita tentang asal usul, silsilah, dan sejarah Alam Minangkabau masa lalu, yang disampaikan secara lisan oleh "ahli tutur"-nya. Kaba Tareh merupakan "sako nan disako-i" oleh seseorang yang memangku jabatan "raja" atau "penghulu adat" di Alam Minangkabau pada zamannya. Diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi dari zaman ke zaman, sampai sekarang. Kaba Tareh diterima sebagai Kaba Pusako Minangkabau.
Kaba Tareh ini menjadi "sako nan disako-i" di setiap korong kampuang sa-Alam Minangkabau, karena itu disebut sebgai "Sako Korong Jo Kampuang". "Sako" adalah sebuah nilai warisan Budaya Alam Minangkabau dan dikategorikan sebagai Kaba Pusako, artinya kabar berita tentang asal-usul, silsilah dan sejarah yang dipusakai turun temurun. Kaba Pusako Minangkabau secara tradisi, telah diklasifikasikan dalam tingkatan dan jenisnya yang terdiri dari empat tingkatan yakni : Tareh Batang terdiri dari : 1. Kaba Datuak Dingalau 2. Kaba Sariputi 3. Kaba Ruhun Jani 4. Kaba Datuak Cati Tareh Daulu terdiri dari : 1. Kaba Parapatieh 2. Kaba Indojalito 3. Kaba Talago Undang 4. Kaba Taruih Mato Tareh Kudian terdiri dari : 1. Kaba Bukik Siguntang-guntang 2. Kaba Ameh Urai 3. Kaba Batang Hari 4. Kaba Indang Bumi Tareh Runuik terdiri dari : 1. Kaba Cindua Mato <http://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/15/kaba-cindua-mato/> 2. Kaba Bongsu Pinang Sibaribuik 3. Kaba Anggun Nan Tongga <http://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/15/kaba-anggun-nan-tongga/> 4. Kaba Malin Dewa Nan Gombang Patuanan (Kaba Sutan Pangaduan) Saya mencurigai bahwa beberapa kaba tareh antara lain : Kaba Datuak Cati, Kaba Parapatieh, Kaba Indojalito, Kaba Talago Undang, Kaba Bukik Siguntang-guntang, Kaba Ameh Urai dan Kaba Batang Hari merupakan kunci untuk mengungkap sejarah lama Minangkabau, setidaknya jika kita tahu latar peristiwa (diluar jalan cerita) dan meneliti keterkaitannya dengan sumber-sumber luar seperti kronik-kronik China dan berita-berita pedagang arab/persia dan atau prasasti. Khusus untuk Kaba Ameh Urai dan Kaba Batanghari, saya mencurigai ceritanya berkisar tentang kejayaan penambangan emas di masa lampau yang mengundang para imigran dari Asia datang ke Sumatera (khususnya Sumatera bagian tengah) dimana mayoritas sungai-sungainya baik yang bermuara ke timur maupun ke barat, menghasilkan emas (emas urai). Uda Yurnaldi Panduko Rajo (wartawan Kompas wilayah Sumatera Barat), dalam balasan emailnya menginformasikan sbb: <kutip> saya punya "Kaba Pusako Minangkabau: Bonsu Pinang Sibaribuik" dikasih oleh penulisnya Emral Djamal Datuak Rajo Mudo (65). Beliau penghulu adat dari Bayang Pesisir Selatan, budayawan yang sekaligus dikenal sebagai salah seorang pakar silek Minangkabau. Buku tersebut setebal 410 halaman, diterbitkan tahun 2005 lalu. Minta informasi dengan Uda Indra Catri dan Bung Edy Utama, mudah-2an ada nomor talipon liau. saya kita beliau punya semua kaba dan jago menuliskan kaba. Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik bisa terbit karena (kalau tak salah, karena dibantu penerbitannya oleh Dewan Bahasa Malaysia). Mungkin, kalau ada pihak yag peduli, banyak karya Emral Djamal Datuak rajo Mudo yang bisa diterbitkan. Beliau serius bertahun-tahun menggali nilai-nilai warisan Budaya Alam Minangkabau </kutip> Saya telah mendapatkan nomor telepon bapak Emral Djamal Dt. Rajo Mudo yaitu di +6281266014270 Saya berharap mamak-mamak di Palanta ini sekiranya ada yang merupakan pengurus GEBU MINANG, sudilah kiranya mencari pemecahan masalah ini dalam bentuk penggalangan tenaga dan atau dana, supaya Kaba Pusako ini tidak hilang dan musnah (dapat dibukukan). Kedudukan Kaba Tareh ini tinggi karena kemungkinan tersimpannya berita-berita sejarah didalamnya, tidak sama dengan kaba-kaba populer yang hanya kita nikmati jalan ceritanya. Saya membayangkan Kaba Sutan Pangaduan yang penuh intrik politik itu bisa diangkat menjadi Film Nasional. Mungkin hasilnya tidak kalah dengan epik-epik Jawa seperti Saur Sepuh atau epik-epik barat seperti The Lord of The Ring. Bukankah The Lord of The Ring sendiri sejatinya adalah kiasan/alegori dari sejarah Perang Dunia I, bukan tidak mungkin bahwa kaba-kaba pusako kita ini merupakan alegori juga dari peristiwa-peristiwa besar. Wassalam, Zulfadli, 26th --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---