Pasca Gempa:  SDM Rantau vs SDM Ranah

@dyek101109

Saya jadi ingat cerita seorang teman di awal tahun 90-an,
sewaktu tamat dari SMA di Kampung Halaman, Bukittinggi.  Bersama beberapa orang 
teman ikut Ujian UMPTN
di  Bandung,  diantara beberapa orang teman  yang berangkat bersama-sama ke 
Bandung,  teman saya ini  mempunyai Nilai Ebtanas pas-pasan,  yang  paling
rendah diantara teman lainnya,  bahkan 2
orang diantaranya adalah langganan juara kelas dan juara umum nilai Ebtanas
tertinggi di sekolah. Namun akhirnya nasib berkata lain teman saya ini 
‘tersangkut’
(berkuliah) di Perguruan Tinggi Favorit 
di Bandung,  teman yang juara umum
Ebtanas,  kuliah kembali ke kampung halaman.
Takdir dan keharusan sejarah telah mengantarkan teman terbaik ini untuk menjadi
 salah seorang  dari SDM Ranah.

Akhir  Oktober ini,
saya menemukan lagi sebuah kenyataan hidup, seorang pegiat masyarakat Uni
Azizah Murni  begitu perkasanya ditengah-tengah
pria di Dama Bancah Malalak Selatan -Agam  , mengatur 
orang-orang sekitar dalam hal distribusi bantuan, bahkan si Wali Nagari
menurut saja apa yang dikatakan Uni ini, luar biasa beliau adalah salah seorang
‘Srikandi’ unggul yang berada di Ranah.  Srikandi ini tidak perlu menengadah 
meninta
bantuan, karena bagi mereka penderitaan adalah bagian dari perjalanan
keseharian, bandingkan dengan terkadang ‘SDM Rantau’ yang ‘ manja’, kemana-mana
dengan kendaraan terbaru merasa kepanasan bila AC Mobil dimatikan.

Di lain kesempatan, seorang pesilat ‘Inyiak Palatiang’  yang  saat ini sudah 
berusia 100 tahun lebih begitu
lihainya mematahkan semangat bertempur lawan-lawannya  dalam hal seni bela 
diri, beliau juga berada
di Ranah.  

Pertengahan tahun 90-an di Jalan Cibadak Bandung begitu
semaraknya ‘ pakaian seken’ yang dijual oleh Anak Nagari di rantau, namun dalam
hitungan setahun-dua tahun segera hilang karena para pedagang  muda yang baru 
ke ‘balai’ ini mengajak ‘perang’
para tukang becak sekitar yang nota bene adalah penduduk pribumi, saat itu
mereka telah menjadi SDM Rantau.

Tak pula dapat disangkal apapun alasan yang disebut, mantan  orang Nomor satu 
di Sumbar  telah pula menjadi salah satu Menteri
(Mendagri)  di KIB Jilid II. Pak Menteri  ini ‘aseli’ cap SDM Ranah, berawal 
dari
sekolah sampai berkarir di Ranah.

Terkadang kita melihat begitu naifnya, melihat seolah-olah  secara 
berseberangan, itu SDM Ranah, ini SDM
Rantau, seolah-olah SDM Ranah ‘lebih tidak hebat’ dari SDM Rantau. Seolah-olah
kalau sudah merantau telah menjadi orang yang ‘berasam-garam’. Sehingga
terkadang sebagai SDM Rantau melihat SDM Ranah harus diberi pemanis, supaya
tampak ‘berkelebihan’ sesuai sudut pandang si SDM Rantau yang menilai.
Seolah-olah sekolah di Rantau sudah lebih hebat dari sekolah di Ranah. Bukankah
banyak dari SDM Rantau itu bersekolah asal dari 
Ranah juga, mungkin kita atau anggota keluarga kita dimana saya ikut pula
menjadi bagian darinya, yang nyata telah membentuk bagian dari kepribadian SDM
Rantau.

Saya jadi teringat salah seorang Guru Besar di Bandung
mengatakan ada tujuh macam (bukan tujuh tingkat) bentuk kecerdasan, yang salah
satunya kecerdasan intelektual, yang lainnya termasuk  interpersonal, 
art&music, dll adalah salah
dua bentuk kecerdasan yang lain.  Jangan-jangan seperti orang tua kita dahulu,  
bahkan begitu sampai sekarang kecerdasan itu
kita definisikan apabila matematika-IPA nya bernilai 10, maka dengan itulah
kita beranggapan,  karena yang nilai
IPAnya 10 banyak yang melanjutkan sekolah di Rantau maka otomatis SDM Rantau
lebih hebat, tapi apanya yang hebat.  Lihatlah, ada juga  penderita ‘cum laude’ 
lulusan Perguruan Tinggi
terbaik di Rantau hanya menjadi ‘kambing congek’ saja di Perusahaan  
‘abal-abal’ karya SDM Ranah

Pendikotomian seperti ini, sekali lagi  hanya akan menjebak kita dalam 
polarisasi Aku
dan Kamu  yang berbahaya apabila menjadi
dasar penilaian awal dalam melakukan kerja sosial seperti distribusi bantuan,
keilmuwan dsbnya yang sekali lagi bila diperturutkan hanya akan menghasilkan
bantuan ‘beralasan’ tapi bukan bantuan yang ‘berlandaskan’. 

‘Riak’ an yang singkat ini moga-moga menjadi pembuka kembali
kelopak mata kita, mari kita mulai segala kegiatan kita untuk Ranah tercinta 
dengan
‘mendengarkan’ bukan dengan ‘mengatakan’, semoga.

 

Wassalam

DYEK – Jatiwarna 10112009




      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke