Migrasi leluhur Nagari Punggasan (Pasisie) dari Alam Surambi Sungai Pagu

Secara geneologis, penduduk yang sekarang ini mendiami Nagari Punggasan 
khususnya dan daerah Kab. Pesisir Selatan bagian selatan kecuali Indopuro 
umumnya berasal dari Alam Surambi Sungai Pagu di Kab. Solok. Arus perpindahan 
penduduk tersebut dilakukan menembus bukit barisan dan menurun di hamparan 
dataran luas yang berbatas dengan pantai barat Sumatera Barat bagian selatan 
yang dulunya dikenal dengan sebutan Pasisia Banda Sapuluah.

Menurut cerita yang berkembang ditengah-tengah masyarakat, bahwa yang menemukan 
dan mempelopori perpindahan penduduk dari Alam Surambi sungai Pagu ke Nagari 
Punggasan adalah "Inyiak Dubalang Pak Labah". Beliau adalah seorang Dubalang / 
Keamanan dalam salah satu suku di Alam Surambi Sungai Pagu yang suka 
berpetualang mencari daerah-daerah baru.

Berdasarkan kesepakatan rapat Ninik Mamak Alam Surambi Sungai Pagu, dikirimlah 
rombongan untuk meninjau wilayah temuan Dubalang Pak Labah. Sesampai di bukit 
Sikai perjalanan tim peninjau diteruskan kearah hilir melalui bukit Kayu Arang, 
tempat yang ditandai oleh Dubalang Pak Labah dengan membakar sebatang kayu. 
Ketika malam datang, rombongan beristirahat di bawah sebatang kayu lagan kecil 
dan daerah tempat beristirahat tersebut kemudian diberi nama "Lagan Ketek" . 
Kesokan harinya perjalanan dilanjutkan dan bertemu dengan sebatang kayu lagan 
yang besar. Daerah tersebut kemudian dinamakan "Lagan Gadang". Rombongan 
meneruskan perjalanan sampai kesebuah padang yang banyak ditumbuhi oleh kayu 
dikek. Dari situ mereka melihat juga sebatang pohon embacang, sehingga kedua 
tempat tersebut dinamai "Kampung Padang Dikek" dan "Kampung Ambacang". 
Perpindahan penduduk dari Alam Surambi Sungai Pagu, terbagi atas dua rombongan 
besar, dimana rombongan pertama berangkat lebih dulu.

a.Perjalanan Rombongan Pertama

Dari Alam Surambi Sungai Pagu, rombongan pertama kali sampai didaerah "Bukit 
Sikai". Karena daerah tersebut sangat jauh dari sungai, rombongan pertama untuk 
beberapa hari kemudian turun kedaerah "Kampung Akat". Atas keepakatan bersama, 
kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri arah peninjauan dahulu yaitu 
kembali ke bukit Sikai melalui Bukit kayu Arang lalu turun ke Lagan Ketek dan 
Lagan Gadang. Didua daerah itulah pertama kali taratak dipancang.

Karena berbagai kesulitan berupa gangguan binatang gajah, rombongan kembali ke 
Bukit Sikai dan turun kebalik bukit tersebut dan sampai di "Bukit Runcing". 
Meskipun daerah Bukit Runcing cuma cocok untuk peladangan, rombongan pertama 
tetap bertahan hingga beberapa kali masa tanam dan sampai kemudian di daerah 
itu penduduk membuat "pandam pekuburan pertama". Didaerah Bukit Runcing itu 
pula terdapat satu lubuk / telaga yang dinamakan "Lubuk Niat".

Karena berbagai kesulitan, maka kemudian rombongan penduduk kembali menuju 
Kampung Akat dan setelah beberapa waktu kemudian bergerak lagi menuju arah 
"Talata", melalui "Bukit Karang Putih". Dari Bukit Karang Putih, perjalanan 
diteruskan melalui "Gunung Merantih Terpanggang". Di Talata, penduduk sempat 
membuat mesjid pertama dan terdapat pula pandam pekuburan. Sehingga sampai 
sekarang terkenal julukan "Lubuk Mesjid di Talata". Sebagian penduduk ada yang 
meneruskan perjalanan menuju arah hulu "Air haji" melalui "Bukit Sambung" dan 
berhenti disebuah gunung yang bernama "Gunung Sari Baganti" dan di gunung 
tersebut ketua rombongan meninggal dunia.

Penduduk yang bertahan di Talata dulu, karena berbagai gangguan kemudian 
mengiliri sungai dan bermukim didaerah "Rumah nan Ampek". Selanjutnya 
perkampungan diperluas sampai ke "Kampung Jelamu, Sawah Lurahan, Kampung Talawi 
dan Kampung Solok". Terakhir diketahui, rombongan penduduk yang sampai di Rumah 
nan Ampek terdiri dari Suku Chaniago, Panai, Malayu dan Kampai. Itulah 
sebabnya, daerah tersebut dikenal dengan Rumah Nan Ampek. Pimpinan rombongan 
ini dikenal dengan "Ninik Mamak Nan Barampek Jalan Ulu, nan manampuah Bukit 
Barisan dan Pematang Nan Panjang". Setelah beberapa waktu bermukim karena 
berbagai gangguan, rombongan Rumah Nan Ampek kembali lagi ke Kampung Akat.

Perpindahan rombongan pertama ini berakhir di Tandikek Ambacang setelah melaui 
jalan lama yang melewati Lagan Ketek dan Lagan Gadang. Ditempat tersebut 
penduduk menetap dan diperkirakan terjadi pada akhir abad XV (± tahun 1490).

b. Perjalanan Rombongan Kedua

Penduduk yang pindah dari alam surambi Sungai Pagu dan tergabung dalam 
rombongan kedua dimaksudkan untuk mencari rombongan pertama yang dulu pernah 
pindah. 

 

Rombongan kedua dipecah kedalam dua kelompok yaitu:
A.Kelompok pertama terdiri dari suku Malayu, Chaniago dan Sikumbang melalui 
Bukit barisan dan tembus di hulu Nagari Surantih (Langgai).
B.Kelompok kedua terdiri dari Suku jambak melalui Bukit Barisan dan tembus di 
hulu nagari Kambang.

Pimpinan kedua kelompok ini dikenal dengan "Ninik Mamak Nan Batujuah" karena 
dari suku Malayu terdiri dari empat orang ninik mamak dan dari Lareh Nan Tigo ( 
Suku Chaniago, Sikumbang dan Jambak).

Setelah sampai didua daerah diatas, kedua kelompok yang tergabung dalam 
rombongan kedua tidaklah menetap, karena tujuannya adalah mencari rombongan 
pertama dulu. Setelah beberapa lama mencari, tetapi rombongan pertama tidak 
juga bertemu maka kedua kelompok diatas kemudian bergabung dan menyisiri pantai 
kearah selatan.

Rombongan kedua pertama kali bermukim di daerah "Katapiang Gadang/Pandan 
Banyak" yaitu antara muara Sumedang dengan Muara Punggasan. Pada tahap 
selanjutnya penduduk makin bergeser keselatan sampai didaerah "Damar 
Condong/Durian Condong" yaitu kira-kira batas antara muara Air Haji dengan 
Muara Punggasan dan akhirnya setelah sekian lama bermukim, penduduk gelombang 
kedua berbalik menuju utara dan menetap di Muara Punggasan. Disanalah taratak 
dipancang, membuat labuah dan tapian mandi. Dimana yang berbakat tani kemudian 
menjadi petani dan yang berbakat nelayan kemudian menjadi nelayan.

Beberapa waktu kemudian diketahui bahwa penduduk yang tergabung dalam gelombang 
pertama perpindahan dari Alam Surambi Sungai Pagu ternyata bermukim di hulu 
sungai. Akhirnya dalam pertemuan antara penduduk yang tergabung gelombang 
pertama dengan penduduk yang tergabung dalam gelombang kedua, lahir kesepakatan 
bahwa diantara yang ber-empat rombongan jalan diulu dengan yang bertujuh dari 
hilir membuat suatu pemukiman bersama yang disebut "Padang Sabaleh". Seiring 
dengan itu dilakukanlah pembagian wilayah kekuasaan diantara mereka yaitu:
1.Batas yang dapat dilimbur pasang ke hilir adalah kekuasaan orang dihilir 
(gelombang ke dua) seperti daerah Pasir Nan Panjang, Babang Pamukatan, Nan 
Babungo Karang, Nan Ba Payuang Waru.
2.Batas yang dapat dilimbur pasang ke arah Mudik adalah kekuasaan orang yang 
dihulu (gelombang pertama) seperti daerah Kayu Nan Babniah, Nan Gadang Kalaso 
Nan Runciang Tanduak, Buah Manih dan Buah Masam.

Hasil pertemuan yang melahirkan kesepakatan Padang Sabaleh inilah yang 
dipercaya sebagai awal berdirinya Nagari Punggasan, ± 1511 M.

Karena pertambahan penduduk maka dilakukanlah perluasan pemukiman dan wilayah 
pertanian. Rombongan ninik mamak Nan Barampek Jalan di Ulu memperluas areal 
kearah hulu mengikuti rintisan pertama seperti Rumah Nan Ampek, Sawah Lurahan, 
Jelamu, Solok dan Kampung Talawi. Suku Malayu mengambil tempat di kampung Limau 
Antu dan wilayah sekitarnya. Dihilir daerah suku Malayu ditempati oleh suku 
Kampai. Kemudian karena perkembangan dari kampung Limau Antu, suku Malayu 
melewati perkampungan suku Jambak menuju daerah Gunung Linggo dan sekitarnya. 
Penyebaran suku Panai tidak langsung kehilir, tetapi tiap areal kosong yang 
tidak ada pemiliknya dikuasai oleh suku Panai. Ketiga suku ini, kedepan 
mempunyai hubungan saling semendo-menyemendo. Khusus penyebaran mengenai 
penduduk suku Chaniago, karena anggotanya sedikit, perluasan hanya dilakukan 
pada bagian mudik yaitu di Taruko Baru dan Sawah Ladang saja.

Suku Malayu, Kampai dan Panai kemudian mendirikan Mesjid di kampung Kampai DT. 
Rajo Bagindo. Kemudian disebut dengan kampuang Mesjid Lama. Beberapa waktu 
kemudian mesjid diganti dengan mesjid baru didaerah Koto Langang, kampung DT. 
Rajo Marah. Kemudian dipindahkan lagi kedaerah Padang Kayu Dadiah sehingga 
mesjid yang berpindah-pindah tersebut dijuluki oleh mesjid bararak.

Sejarah Pemerintahan Adat Nagari Punggasan

a.Pemerintahan Masa Adat

Pada suatu waktu datang rombongan dari Indrapura, melewati nagari Punggasan 
menuju Pagaruyung untuk suatu keperluan. Rombongan yang merupakan utusan 
Tuangku Muhammad Syah (Regen Indrapura) melalui Air Haji terus ke bukit Laban, 
tembus ke Limau Antu, kemudian mengilir sampai ke Parit Panjang. Didaerah Parit 
Panjang, rombongan diserang kerbau liar sehingga jatuh korban seorang dubalang 
Tuangku Muhammad Syah. Dubalang tersebut dikubur di pandam pekuburan di 
Tandikek Ambacang. Untuk mengusut kejadian tersebut maka datang Tuangku 
Muhammad Syah dari Indrapura dengan diiringi oleh Tuangku Imam dari Air Haji. 

Momen tersebut juga digunakan oleh Tuangku Muhammad Syah, untuk mengangkat / 
menyusun kepemimpinan adat di Nagari Punggasan. Pimpinan rombongan /ninik mamak 
yang berempat jalan diulu diangkat menjadi pucuk sukunya masing-masing. 
Kemudian ninik mamak nan batujuah jalan kudian diangkat pula menjadi pucuki 
suku masing-masing. Kemudian Tuangku Muhammad Syah sekaligus mengangkat sandi 
masing masing suku yaitu sandi suku Malayu empat orang, sandi Suku Kampai empat 
orang, sandi suku Lareh Nan Tigo tiga orang dan sandi suku Panai tiga orang, 
sehingga jumlah ninik mamak di Nagari Punggasan menjadi 18 orang. Istilah sandi 
pucuk suku kemudian berubah menjadi istilah Andiko Gadang. 

Seiring dengan peristiwa diatas kemudian lahir istilah ; Malayu Nan IV Niniak-V 
dengan Pucuaknyo, Lareh Nan III-IV dengan Pucuaknyo, Kampai Nan IV Buah 
Paruik-V dengan Pucuaknyo dan Panai Nan III Ibu-IV dengan Pucuaknyo, sehingga 
berjumlah 18 orang ninik mamak yang kedepannya menentukan haluan pemerintahan 
adat di Nagari Punggasan.

Seiring dengan pertambahan penduduk, maka diangkat pula ninik mamak yang 
langsung berhubungan dengan anak kemenakan atau disebut dengan Andiko Ketek. 
Sehingga struktur ninik mamak di Nagari Punggasan menjadi "Bajanjang 
Naik-Batanggo Turun". Mulai dari Andiko Ketek, terus ke Andiko Gadang dan 
terkahir berujung ke Pucuk Suku maupun sebaliknya. Masa ini disebut dengan 
pemerintahan masa Adat.

b. Pemerintahan Masa Belanda
 

Pada perkembangan selanjutnya terjadilah pertikaian dalam Nagari Punggasan 
dimana antara suku yang satu dengan yang lainnya saling bermusuhan. Untuk 
mengamankan keadaan maka dicarilah salah seorang yang paling disegani untuk 
meredakan suasana dan diberi jabatan "Ketua Adat". Jabatan tersebut kemudian 
diisi oleh Si Manju DT. Tan Barain, salah seorang ninik mamak urang nan bajalan 
di pasiah nan panjang (Orang yang di hilir). Beliaulah yang pertama kali 
menjadi Pucuk Bulat pemerintahan adat di Nagari Punggasan yang disebut dengan " 
Ikek Bulek, Payuang Sakaki". Walaupun sudah ada Ketua Adat, pertikaian antar 
suku tidak juga teratasi.

Pada bulan April tahun 1690 M, empat orang pangulu di Kanagarian Punggasan 
menemui belanda di Pulau Cingkuak, Painan. Maksud kedatangan pangulu tersebut 
adalah untuk meminta bantuan Belanda untuk meredakan suasana dan mengembalikan 
kekuatan para pangulu di Kanagarian Punggasan. setelah selama empat hari 
berunding dengan panglima Belanda yang bernama Pieter, maka Belanda setuju 
untuk ikut campur urusan Nagari Punggasan.

Tindakan pertama yang dilakukan Belanda adalah mengubah istilah Ketua Adat 
menjadi istilah "Puncak " yang artinya sangat tinggi dan sangat dimuliakan. 
Pada perkembangannya, istilah Puncak berkembang menjadi "Pamuncak" dan terkahir 
menjadi "Muncak". Setelah sekian lama berubah lagi menjadi istilah "Kepala 
Nagari". Sejak itulah fungsi Ketua Adat diambil oleh Kepala Nagari. Pada masa 
perubahan Jabatan Ketua Adat menjadi Kepala Nagari tersebut disyaratkan bahwa 
yang akan menjadi Kepala Nagari haruslah dari Pucuk Suku. Beberapa orang yang 
pernah menjadi Kepala Nagari Di Kanagarian Punggasan adalah sebagai berikut:

1.Doeri DT. Tan MaruhunTahun 1837-1860
2.Laram DT. Tan BatuahTahun 1860-1873
3.Saidi DT. Majo Dirajo (Muncak Gapuak) Tahun 1873-1883
4.Abdul Kadir DT. Bagindo Tan Ameh (Muncak Pensiun)Tahun 1883-1892
5.Adam DT. Tan Batuah Tahun 1892-1981
6.Ma'i DT. Bagindo Tan AmehTahun 1919-1922
7.Narus DT. Tan MaruhunTahun 1922-1942*
8.MundoTahun 1942-1945
9.H. Abdul RahmanTahun 1945-1950
10.H. M. Sunar DT. Tan BatuahTahun 1963-1967
11.Abusalam Talangai SatiTahun 1967-1970
12.H. M. SongerTahun 1970-1973

*Narus DT. Tan Maruhun diakhir tahun 1942 dipecat oleh Jepang

c. Masa Pemerintahan Republik Indonesia.
 

Tanggal 12 Mei 1946 keluar maklumat Residen Sumatera Tengah yang menyatakan 
jabatan Kepala Nagari berubah menjadi Wali Nagari. Kedudukan pangulu suku dan 
pengulu lainnya dihapus dan diganti dengan Dewan Perwakilan Nagari (DPN). Pada 
saat itu di Nagari Punggasan sebanyak 30 orang yang dipilh dari cerdik pandai 
dan pangulu-pangulu yang ada dinagari punggasan.

Pada tanggal 10 Juni 1946 di Nagari Punggasan diadakan pemilihan umum untuk 
memilih Wali Nagari. Setelah pemilu berakhir, terpilihlah H. Abdul Rahman 
sebagai Wali Nagari Punggasan. Untuk membantu Wali Nagari diangkat 5 orang 
Dewan Harian Nagari (DHN) yang bertugas sebagai tata usaha. Disamping itu 
diangkat pula Komite Nasional dan seorang Ketua Pemuda. Untuk mengurus rakyat 
secara langsung, diangkat Wali Kampung. Pada masa agresi ke II Belanda diangkat 
pula seseorang yang mempunyai jabatan sebagai Wali Perang.

Setelah pemulihan keamanan, status pemerintahan di Nagari Punggasan dirubah. 
Wali Nagari dihapuskan dan diganti dengan Jurai. Nagari Punggasan pada masa itu 
terdiri atas tiga Jurai yaitu:
1.Jurai Gunung Sakti, dipimpin ole Yazid DT. Maharajo Dirajo
2.Jurai Bukit Sarai, dipimpin oleh Jabar DT. Bandaharo Panjang
3.Jurai Bungo Karang, dipimpin oleh Chairuman DT. Rajo Indo
Diatas Jurai terdapat Wali Wilayah yang statusnya sama dengan Camat pada saat 
ini. Jurai ternyata tidak juga bertahan lama dan beberapa waktu kemudian 
kembali lagi ke Wali Nagari.

4. Susunan Pemerintahan Adat Nagari Punggasan

Orang Tua Adat: 1. H. M. Sunar Dt. Tan Batuah
2.Kasip Dt. Tan Barain
Ketua: 1. Jamaluddin Dt. Majo Ayo
Ketua II: 2. Jama'an Dt. Rajo Panghulu
Sekretaris: 3. Hasan Basri Dt. Rajo Adil
Sekretari II : 4. Ajis Syam Wk. Dt. Bagindo Rajo
Bendahara : 5. Sukarnison Dt. Rajo Mangkuto

Bagian seksi-seksi :
Seksi Kekayaan Nagari
1.Ketua : Pamas Dt. Majo Dirajo
2.Wk. Ketua: Ahmad Nurdin Wk. Bandaro Panai
3.Anggota: Hadis Dt. Dio Nan Sati
Anggota: Arif Wk. Imam Batua
Anggota: Yusmaniati
Anggota: Kepala Desa Pasa Punggasan

Seksi Perdamaian Adat
1.Ketua: Alis Dt. Mangkuto Basa
2.Wk. Ketua: B. Dt. Rajo Mudo
3.Anggota: Busmal Dt. Rajo Alam
Anggota: Kadir Dt. Tan Moliah
Anggota: Murni S
Anggota: Kepala Desa Punggasan Timur

Seksi Pembinaan Adat dan Pengembangan Adat :
1.Ketua: Siri Dt. Bdr Putiah
2.Wk. Ketua: 
3.Anggota : Mak Ukir Manti SM Dirajo
Anggota : Enek Manti Melayu IV Niniak 
Anggota : Syahril Labai Mandaro
Anggota : Kepala desa Punggasan Utara

Seksi Peningkatan Kesejahteraan Anak Nagari: 
1.Ketua: Syair Dt. Tua
2.Wk. Ketua: Jamaluddin Dt. Rajo Ayo
3.Anggota: Jadi Dt. Rajo Silayo
Anggota: Siam Dt. Rajo Bangkeh
Anggota: Gadi Alui 
Anggota: Kepala desa Lagan G. Hilir

Seksi Keuangan Nagari 
1.Ketua: Kasip Dt. Mulia
2.Wk Ketua: Tamar Dt. Bagindo Arab
3.Anggota: Dalas Rajo Lelo
Anggota: Rosna
Anggota: Nurjana. K
Anggota: Kasimar Manti Bdr Jambak
Anggota: Kepala Desa Padang IX Punggasan.

Dalam tatanan adat kenagarian Punggasan terdapat satu istilah yang menunjukkan 
status Ninik Mamak/strata Kepenghuluan di KAN Punggasan yang berbunyi "Ikek 
Ampek Payuang Sakaki" maksudnya Ketua Kerapatan Adat Nagari Punggasan dalam 
melaksanakan tugas serta fungsinya dibantu oleh empat orang ninik mamak yang 
berfungsi sebagai penghulu pucuk suku. Suku-suku di Kanagarian Punggasan, 
terdiri dari suku Malayu, Panai, Kampai, Chaniago, Jambak dan Sikumbang. Tetapi 
beberapa suku mempunyai satu pucuk yang sama seperti suku Chaniago, Jambak dan 
Sikumbang yang menghimpun diri dalam "Lareh Nan Tigo".

Ketua KAN haruslah berasal atau dipilih dari penghulu pucuk atau 
setidak-tidaknya berasal dari keluarga pangulu pucuk suku atau lazim disebut 
dengan "Kaum Kapucukan". Mengenai kedudukan "Urang Tuo Adat", mempunyai fungsi 
sebagai penasehat bagi pelaksanaan tugas KAN. Orang yang diangkat menjadi Urang 
Tuo Adat adalah orang-orang yang disegani dan mempunyai pengetahuan yang luas 
tentang adat maupun tentang segala aspek kenagarian Punggasan. Meskipun 
fungsinya hanya sebagai penasehat, namun dalam tataran pelaksanaannya adalah 
orang yang mempunyai pengaruh menentukan dalam nagari Punggasan atau 
setidak-tidaknya pengaruh terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan adat. 
Ketua KAN maupun Urang Tuo Adat haruslah bergelar Datuak.

Setingkat di bawah Pangulu Pucuk Suku, terdapat pangulu "Andiko Gadang" yang 
berfungsi sebagai Pengulu Kaum. Pada tingkat selanjutnya, pangulu Andiko Gadang 
dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Pangulu "Andiko Ketek" yang dalam 
fungsinya bertindak sebagai pangulu di jurai-jurainya masing-masing. Pangulu 
Andiko Keteklah yang langsung berhubungan dengan anak kamanakan.

Disamping dibantu oleh Pangulu Andiko Gadang, Pucuk Suku juga dibantu oleh 
"Panungkek Pucuak Suku". Panungkek Pucuak Suku bertugas untuk menggantikan 
pangulu Pucuk Suku apabila dia berhalangan atau apabila pangulu Pucuk Suku 
sudah uzur, maka segala tugas dan kewenangannya dijalankan oleh Panungkek 
Pangulu Pucuk Suku.

Selanjutnya dibawah ini data tentang jabatan-jabatan adat dalam Kenagarian 
Punggasan

NO SUKU PUCUK SUKU ANDIKO GADANG
1. Malayu IV NiniakDT. Tan Bagindo Ameha. Malayu Tangah : DT. Tan Barain
b. Malayu Durian : DT. Marajo Pangulu
c. Malayu Koto Kaciak : DT. Dio Nan Sati
d. Malayu Beriang : DT. Rajo Silayo

2. Panai III IbuDT. Tan Batuaha. Panai Lundang : DT. Sampono Mudo
b.Panai Tangah : DT. Rajo Alam
c. Panai Tanjung: DT. Panji Alam Batuah

3. Kampai Nan IV Buah ParuikDT. Tan Maruhuna. Kampai Sawah Laweh: DT. Mandaro 
Putiah

c.Kampai Tangah: DT. Bagindo Sulaiman
c. Kampai Bendang: DT. Magek Batuah
d. Kampai Nyiur Gading: DT. Tan Mangunsi
4Lareh Nan TigoDT. Bandaro Satia.Suku Jambak: DT. Mangkuto Basa
b. Suku Sikumbang: DT. Rangkayo Basa

Untuk lebih lengkap, dibawah ini dituliskan data tentang jabatan-jabatan adat 
lain pada tingkat suku yaitu suku Malayu Nan IV Niniak.

Pucuak Suku Malayu IV Niniak: DT. Bagindo Tan Ameh
Dubalang : Panduko Alah
Manti/Sambungan Kato : Sutan Sinaro
Panungkek pucuak Suku: DT. Rajo Adil

Andiko Ketek
1.DT. Rajo Bangke
2.DT. Rajo Rayo
3.DT. Pintu Langik
4.DT. Bagindo Rajo
5.DT. Mandaro Panjang
6.DT. Rajo Hitam
7.DT. Rajo Muliah
8.DT. Rajo Magek
9.DT. Lelo Mandaro
10.DT. Tuah

Malayu Tangahv
a. Andiko Gadang: DT. Tan Barain
b. Andiko Ketek: DT. Rajo Barain
c. Manti: Bagindo Barain
d. Dubalang: Panduko Barain

Malayu Durianv
a. Andiko Gadang: DT. Marajo Pangulu
b. Andiko Ketek: DT. Rajo Manang
c. Manti: Bagindo Manang
d. Dubalang: Panduko Manang

Malayu Koto Kaciakv 
a. Andiko Gadang: DT. Dio Nan Sati
b. Andiko Ketek: DT. Rajo Api
c. Manti: Bagindo Api
d. Dubalang: Panduko Api

Malayu Beriangv 
a. Andiko Gadang: DT. Rajo Silayo
b. Andiko Ketek: DT. Rajo Koto
c. Manti: Bagindo Koto
d. Dubalang: Panduko Koto

 

Courtesy : http://my.opera.com/andikosutanmancayo/blog/show.dml/1170671 

 

 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke