Ni Iffah Makasih bagi2 ilmu ngikutin diskusi tulis menulis, kalo gitu sepertinya tulisanku masuk kreatif bebas (plus suka suka he he he)
Selamat menulis sebebas-bebasnya jangan takut, berani saja Wass-Jepe Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -----Original Message----- From: hanifah daman <iffa...@yahoo.com> Date: Sun, 6 Dec 2009 02:15:30 To: <rantaunet@googlegroups.com> Cc: Anwar Holid<war...@yahoo.com> Subject: [...@ntau-net] Re: FW: Sedikit komentar pada puisi ibu Assdalammualaikum WR WB bapak Masrur Siddik, Jepe dan dunsanak sapalanta yth Bapak Masrur Semoga suatu saat nanti Allah mengabulkan keinginan bapak Masrur dan keinginan hanifah. Makasih atas doa dan dorongan semangatnya. Karena sangat jarang sekali kita mendapat kritk dan saran yang sifatnya membangun...makanya hanifah bagi ilmu tersebut untuk kita semua di palanta, terutama untuk yang diam-diam sedang belajar menulis seperti hanifah. Jepe Ilmu yang di dapat di acara tersebut Ada dua jenis tulisan 1 Tulisan kreatif , ini terbagi dua pula... bebas ontohnya yang sering kita tulis ... dan tidak bebas contohnya novel ... dimana kita terpaksa atur dulu mana permulaan mana isi dan mana akhir ... Tulisan kreatif tidak perlu referensi 2 Tulisan ilmiah .... pasti Jepe lebih tahulah he he he, Untuk yang ingin menulis pesannya "Kalau anda ingin membaca sesuatu, tetapi anda tidak menemukannya .. lebih baik anda tulis saja keinginan anda tersebut" Wass Hanifah --- On Sun, 12/6/09, masrursiddik masrursiddik <masrursid...@gmail.com> wrote: From: masrursiddik masrursiddik <masrursid...@gmail.com> Subject: [...@ntau-net] Re: FW: Sedikit komentar pada puisi ibu To: rantaunet@googlegroups.com Date: Sunday, December 6, 2009, 11:26 AM Rky Ifah nan bijak bestari dan sanak di RN ko, Alhamdulillah, sangat beruntung Ifah dapat komentar, saran sarato petunjuk dari 'ahli'nya Sekaligus terimakasih lai babagi dalam salah satu 'keberuntungan' ini Jadi kami, khususnya saya pribadi, ikut merenungi komentar, saran, bahkan kritikan konstruktif terhadap 'puisi' Saya yakin satu saat nanti 'tulisan' Ifah dibukukan dan laris manis terjual Tinggal pilah pilih tema atau topik apa yang 'disukai' pasar. Atau Ifah menentukan 'pasar' lalu tulis sesuai dengan selera pasar Sekali lagi selamat menulis dengan 'qalbu'.... dan Terimakasih atas berbaginya Wassalam, Masrur Siddik, 68 th di Bandung 2009/12/5 hanifah daman <iffa...@yahoo.com> Assalammualaikum WR WB bpk Suheimi, bung Jepe, bung IJP dan dunsanak sapalanta yth. Hari rabu kemaren hanifah ikut acara ceramah ttg penulisam kreatif. Disana hanifah bertemu editor sekaligus penulis. Hanifah minta beliau mengomentari tulisan2 hanifah yg tersimpan di blog. Beruntung rasanya dapat komentar dari editor. Untuk itu karena RN adalah sekolah maya bagi hanifah, maka komentarnya hanifah bagijan lg untuk RN. Hanifah mengharapkan saran dari pembaca RN semua. Terimakasih. Wass. Hanifah ----- Original Message ----- Subject: Sedikit komentar pada puisi ibu Date: Fri, 4 Dec 2009 21:44:49 From: Anwar Holid <war...@yahoo.com> To: <iffa...@yahoo.com> Salam takzim, Ibu Iffah, saya baru bisa baca-baca puisi ibu hari ini. Sepulang dari Bengkulu kemarin saya memang sibuk, termasuk sibuk menemani keluarga yang merasa sudah ditinggalkan waktu ke Bengkulu, sementara saya sendiri kesulitan menyelesaikan pekerjaan yang harus beres. Ada beberapa kerjaan saya yang terbengkalai, dan itu harus diprioritaskan. Harus saya bilang bahwa saya bukan kritikus, melainkan pembaca yang bersemangat terhadap puisi. Saya baru beberapa kali meresensi buku puisi dan membicarakan puisi, sementara saya lebih sering menyandarkan pada kenikmatan baca daripada menganalisisnya secara sangat serius. Saya cukup menikmati puisi-puisi ibu yang bertema sederhana, tapi saya sulit menikmati puisi ibu yang terkait dengan peristiwa sosial-politik aktual, misalnya ketika ibu merespons kejadian Bibit-Chandra, skandal Antasari, dll. Menurut saya karya ibu kuat ketika melibatkan kedalaman batin, seperti pada MAU MENGHINDAR KEMANA?, UNDANGAN DARI SOLO, MENABUNG UNTUK QURBAN, MAKAN SOP BERSAMA, MABUK DUREN, NASI RAMAS. Dengan pernyataan sederhana dan mudah dipahami, ungkapan ibu rasanya mengungkapkan keintiman terhadap sesama manusia, menyiratkan kasih sayang pada sesama manusia. Tapi saya kurang bisa menikmati puisi ibu yang mengenai politik atau hal yang sangat personal, misalnya TERIMA KASIH BAPAK REKTOR, Prof.Dr.Ir.Nanik Setyowati,M.Sc, HIDUP TPF 8, MARI KITA DUKUNG GF. Saya sulit "nyambung" dengan puisi seperti itu, mungkin karena saya juga enggak tertarik pada persoalan politik, atau dalam kasus tema yang personal, saya enggak punya kedekatan dengan isu atau orang tersebut. Terhadap tema seperti itu, saya hanya bisa bertanya sendiri, "Apa menariknya tema itu diangkat jadi puisi?" Mungkin kalau ibu bisa mengaitkannya dengan pengalaman batin yang lebih universal, puisi itu jadi lebih menarik. Sekadar berkomentar, menurut saya komentar Prof. Suheini terhadap karya ibu lebih bersifat sebagai dukungan. Tapi kurang mengkritik misalnya dalam hal apa ibu sebaiknya menulis puisi. Kalau Prof. Suheini bisa mengomentari soal kekaryaan ibu, dari segi artistik dan kedalaman puisinya---bukan dari efeknya---mungkin akan menjadi masukan kritik yang bagus. Karena saya editor, sebagai masukan, mula-mula saya sangat menyarankan agar ibu lebih tertib dan rapi dalam menulis puisi, perhatikan penggunaan tanda baca, huruf kapital, usahakan jangan sampai ada salah ketik atau penulisannya harus benar-benar akurat. (Standar tentang penulisan ini ada dalam buku EYD atau kamus-kamus yang bagus). Bagi saya, salah eja itu menurunkan kredibilitas penulis. Disiplinlah menulis sesuai kaidah bahasa yang umum. Contoh: di tulis --> mestinya ditulis (karena bersatu dengan kata kerja) kedepan --> mestinya ke depan (karena menyatakan tempat) kerumah --> mestinya ke rumah " Kami ... --> mestinya "Kami ... (tanda baca nempel pada huruf) Konsistensi juga penting, misalnya apa kita akan tetap menggunakan "rame-rame" atau "ramai-ramai"? Ini komentar saya tentang puisi, semoga bermanfaat: -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Apa yang membuat puisi jadi berarti? Apa yang paling berharga dari puisi? Menurut saya ialah pesan dan kekuatan bahasa/kata. Sejauh pengalaman membaca puisi, saya biasanya kesulitan menikmati puisi bila ungkapan atau pesannya kabur, apalagi bila dibungkus dengan bahasa yang sulit. Saya lebih bisa menikmati puisi yang ungkapannya jelas maupun permainan (eksplorasi) bahasanya kuat. Karena itu saya lebih bisa menikmati puisi "terang" misalnya karya Joko Pinurbo, Soni Farid Maulana, daripada puisi "gelap" karya Afrizal Malna. Puisi-puisi Nirwan Dewanto dalam Jantung Lebah Ratu (GPU, 2008) yang pada dasarnya bukan puisi gelap juga amat sulit saya nikmati, karena menurut saya dia sengaja menyembunyikan makna sedemikian rupa menggunakan ungkapan atau perlambang yang sulit. Jadi begitu tetap kesulitan meraba-raba apa maksud sebuah puisi, apalagi setelah berusaha membicarakannya baik-baik, biasanya saya nyerah untuk terus berusaha menikmatinya. Buat saya, keterbacaan puisi itu penting. Saya masih bisa menerima ambiguitas dalam puisi, asal puisi itu menawarkan keunikan, mengedepankan naluri, menarik-narik pembaca ke batas samar antara makna tersirat dan harfiah---jadi mengarah pada permainan tafsir dan berbagai kemungkinan. Bisa jadi keengganan saya pada puisi yang sulit dipicu oleh kemalasan menebak-nebak pesan penyair, yang bisa jadi terlalu absurd atau subtil. Hasan Aspahani---seorang penyair & kritikus---menyatakan bahwa perburuan terhadap maksud puisi yang tampak sia-sia akan melelahkan pembaca. Apalagi di zaman kini, ketika puisi bisa dinikmati setiap hari atau mudah dicari di mana-mana, terutama di ruang maya. Melimpah-ruahnya puisi di satu sisi membuat pembaca seperti saya kesulitan untuk benar-benar menikmati puisi dengan tenang, tidak seperti zaman dulu ketika tampaknya puisi masih seperti barang langka yang baru bisa dinikmati berkat seleksi yang ketat dari para penerbit. Tapi di sisi lain ini juga memudahkan kita mendapatkan puisi dari manapun, yang seperti apa pun, oleh siapa pun. Sebab sekarang tampaknya setiap orang merdeka menciptakan puisi dan bisa menerbitkannya bila mampu. Dalam situasi seperti ini, mungkin penting memperhatikan pendapat Joko Pinurbo terhadap karir sebagai penyair: "Kepenyairan dan kepengarangan membutuhkan tidak hanya bakat tapi ketajaman nalar dan daya tahan mental. Jangan bernafsu ingin cepat terkenal atau jadi 'tokoh'." -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Tentang pertanyaan ibu, "Sebenarnya tulisan saya layak enggak untuk dibukukan dan dijual? Kalau tidak layak apa yang harus saya lakukan agar bernilai jual?" Pertanyaan ini sangat sulit saya jawab, karena saya bukan penerbit; sebab profesi saya penyunting & penulis. Yang bisa saya katakan ialah: jangan terlalu terburu-buru ingin menerbitkan karya. Sebagian penyair hebat, seperti Emily Dickinson (Amerika Serikat), hanya menerbitkan 5-6 buah puisi di media massa, tapi dia konsisten menulis puisi di buku harian, dan itulah yang diterbitkan setelah dia meninggalkan, dan setelah itu puisinya dinilai puisi yang amat berpengaruh. Mungkin meminta komentar dari penyair yang bukunya pernah diterbitkan lebih bisa memberi gambaran akurat. Mungkin minta bantuan mbak Melvi berguna, sebab dia berteman dengan Joko Pinurbo yang puisi-puisinya sudah diterbitkan dan cukup laku di pasar. Kalau yang dikumpulkan merupakan karya-karya terbaik ibu, yang bisa dinikmati pembaca umum, bersifat universal, tentu layak dibukukan dan punya nilai jual. Dalam penerbitan, salah satu hal yang paling penting ialah menjawab pertanyaan: siapa yang mau beli buku ini, berapa banyak, apa manfaatnya baik bagi penerbit dan pembaca? Bila ini terjawab, biasanya buku bisa terbit. Terima kasih atas perhatian ibu. Semoga bermanfaat. Maaf bila ada kata-kata saya yang kurang berkenan di hati ibu. Wasalam, Wartax Anwar Holid: penulis, penyunting, publisis; eksponen TEXTOUR, Rumah Buku. Kontak: war...@yahoo.com | (022) 2037348 | 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141 Sudilah mengunjungi link ini, ada lebih banyak hal di sana: http://www.goethe.de/forum-buku http://www.rukukineruku.com http://ultimusbandung.info http://www.visikata.com http://www.gramedia.com http://halamanganjil.blogspot.com Come away with me and I will write you ---© Norah Jones --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---