-----Original Message-----
From: Koran Digital <korandigi...@gmail.com>
Date: Tue, 2 Feb 2010 17:14:31 
To: Koran Digital<koran-digi...@googlegroups.com>
Subject: [Koran-Digital] FIRMANZAH: Korek Api China dan Rekonsiliasi Indonesia

Korek Api China dan Rekonsiliasi Indonesia
Wednesday, 03 February 2010
DALAM perjalanan menuju rapat di Universitas Indonesia (UI) Salemba,
berkat sebuah korek api raksasa buatan China,saya diingatkan lagi
tentang tantangan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang sudah
hadir di depan mata.

Korek api buatan China ini mempunyai dimensi panjang 20 cm dengan
lebar 5 cm dan tebal 3 cm.Harganya juga sangat identik dengan produk
buatan China yang terkenal murah, pada kisaran Rp5.000– 10.000.Adapun
korek api gas normal dengan ukuran jauh lebih kecil dijual dengan
harga Rp2.000. Ini mencerminkan betapa murahnya produk impor dari
China.

Akhir-akhir ini,Pelindo II telah melaporkan peningkatan secara
signifikan jumlah kapal pengangkut komoditas asal China di Tanjung
Priok.Pada 2009,arus barang dari China menempati urutan ketujuh
setelah Australia, Afrika, Amerika, Jepang, Eropa, dan Timur
Tengah.Namun, dengan adanya ACFTA,diprediksi terjadi lonjakan jumlah
produk impor dari China ke Indonesia.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana kesiapan Indonesia menghadapi hal
ini? Apakah semangat membangun daya saing menjadi prioritas utama
bangsa ini? Sungguh ironis.Tatkala ancaman ekonomi nasional sudah di
depan mata,energi dan perhatian nasional masih terfokus pada persoalan
yang justru bisa menghambat peningkatan daya saing nasional.

Sejumlah kasus seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) vs Polri dan
dana talangan Bank Century mengalihkan perhatian nasional terhadap
berbagai masalah lain.Mudah-mudahanACFTA membangunkan kita untuk
segera menyusun dan melakukan langkahlangkah percepatan dan terobosan,
termasuk sinergi secara nasional (pusat-daerah) dan lintaskementerian,
demi memecah kebekuan pembangunan nasional.

Harus diakui, persoalan Bank Century sangat melelahkan bagi semua
kalangan. Isu ini dikhawatirkan bisa menutupi persoalan yang lebih
besar dan lebih sistemik dibandingkan dengan kasus Bank Century itu
sendiri.Sistemik karena ketidaksiapan liberalisasi perdagangan ACFTA
akan berdampak luas dan riil di masyarakat.Sejumlah persoalan bisa
muncul akibat tidak (layak) bersaingnya produk-produk dalam negeri
seperti penutupan perusahaan, pengangguran, kemiskinan.

Sejumlah pedagang batik di Pasar Klewer, Solo, juga menjual baju batik
made in China dengan harga sangat kompetitif.Ironisnya,kondisi ini
sesuai dengan kebutuhan konsumen Indonesia yang lebih pricesensitive.
Penetrasi batik made in China dan berbagai produk impor China lainnya
dikhawatirkan dapat memukul banyak industri lokal maupun nasional.
Penyelesaian kasus Bank Century di tingkat Panitia Khusus (Pansus) Hak
Angket perlu segera dilakukan.

Stabilitas politik akan mampu mengembalikan tingkat kepercayaan
investor yang sangat positif ketika bangsa ini mampu melalui Pemilu
2009 dengan aman. Langkah ini semakin mendesak mengingat negara-negara
lain berlomba- lomba untuk meningkatkan daya saing.Mereka melakukan
serangkaian terobosoan seperti percepatan pembangunan infrastruktur,
penyederhanaan prosedur investasi dan penanaman modal, tingkat suku
bunga yang rendah, dan kepastian hukum yang tinggi.

Penetapan rekomendasi yang jelas mengenai Bank Century oleh Pansus
akan memengaruhi posisi daya saing Indonesia yang sekarang ini juga
tidak terlalu menggembirakan. Menurut survei Bank Dunia, posisi daya
saing Indonesia (competitiveness index) berada di urutan ke-122 dari
186 negara yang diteliti.

Sejumlah kendala yang bisa menciptakan high cost economy masih
menghantui perekonomian Indonesia seperti ketidakpastian prosedur,
infrastruktur kurang memadai,pelayanan publik yang rendah, dan
perizinan usaha yang birokratis. Memang upaya debottlenecking terus
digalakkan oleh pemerintah.

Namun hal ini perlu mendapat dukungan parlemen baik di tingkat pusat
maupun daerah. Sinergi eksekutif-legislatif sangat diharapkan oleh
masyarakat untuk mengejar ketertinggalan dibandingkan negara lain.
Berlarut-larutnya kasus Bank Century tentu akan berdampak bagi siapa
pun yang menjadi pengambil kebijakan publik (policy maker) sekarang
ini.

Apalagi,mendesaknya waktu akan menuntut setiap pengambil kebijakan
baik di pusat maupun di daerah untuk melakukan terobosan
(breakthrough). Daya saing nasional hanya bisa diciptakan apabila para
birokrat dan aparatus pemerintahan merasa yakin dan terlindungi dari
intervensi politik. Sementara itu, koridor governance bagi
transparansi dan akuntabilitas pengambil kebijakan juga perlu
dibudayakan.

Akhirnya dari berbagai permasalahan yang kita hadapi sekarang, bangsa
Indonesia dituntut untuk dapat memanfaatkan terbukanya pasar.Kita
harus bekerja sama meningkatkan produktivitas nasional. Indonesia
perlu membangun perdebatan substantif dan konstruktif mengenai ACFTA
yang sampai sekarang belum kita rasakan dalam ruang-ruang media
publik.Menyampaikan kepada khalayak masyarakat yang belum mengetahui
peluang dan ancaman ACFTA bagi produk-produk Indonesia.

Membangun strategi country of origin (COO) melalui promosi pemakaian
produk dalam negeri yang juga harus diimbangi pembenahan fundamental
perekonomian nasional.Semua hal itu akan sulit dilakukan jika tidak
ada stabilisasi makroekonomi dan politik di Indonesia. ACFTA bisa
menjadi momentum bersama antara pemerintah- DPR untuk duduk kembali
dan menyusun langkah-langkah strategis.

Sebelum rakyat menjerit, semua anak bangsa Indonesia perlu melakukan
rekonsiliasi nasional dalam menghadapi ACFTA. Kalau hal ini tidak
dilakukan, dikhawatirkan semuanya akan terlambat dan kita akan
menyaksikan masyarakat Indonesia hanya menjadi konsumen di negara
sendiri.

Konsumen dari berbagai produk yang dibuat bukan oleh tenaga kerja kita
sendiri. Besar harapan akademisi agar para pengambil kebijakan dan DPR
secara serius melihat urgensi persoalan liberalisasi perdagangan yang
dapat membahayakan ketahanan ekonomi nasional Indonesia.(*)

FIRMANZAH, PHD
Dekan Fakultas Ekonomi UI

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/301877/

-- 
- One Touch News-

To post  : koran-digi...@googlegroups.com
To unsubscribe  : koran-digital-unsubscr...@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : -  Gunakan bahasa yang baik dan santun
               -  Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
               -  Hindari ONE-LINER
               -  POTONG EKOR EMAIL
               -  Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau 
Moderator 
                 Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda.
              -  Berdiskusilah dengan baik dan bijak.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~-------------------------------------------------------------------
“Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang 
sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan.” -- Otto Von 
Bismarck

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang 
lidahnya" -Ali bin Abi Talib

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke