Ilustrasi Musim dingin tampaknya akan segera hengkang dari negeri Fir`un, sebab beberapa hari sebelumnya Saya kerap merasakan suhu yang amat kedinginan. Menurut adat istiadat pelancong mancanegara yang sempat menetap di negeri Seribu Menara ini, itu merupakan pertanda bahwa musim dingin akan segera beranjak pergi. Tidak itu saja, hembusan angin yang bergandeng mesra dengan debu-debu padang pasir pun terlihat menyeruak tidak menentu. Namun keramaian kota Kairo seakan tidak ada habisnya, apalagi sejak 28 Januari lalu pemerintahan Mesir kembali menyelenggarakan pemeran buku internasional. Berdasarkan celoteh dan hiruk-pikuk teman-teman yang masuk pundi-pundi informasi Saya, peserta Internasional Book Fair kali mendapai 31 negara. Jumlah ini tentu lebih banyak daripada tahun 2009 doeloe yang hanya diramaikan oleh 27 negara. Lama waktu penyelenggaraan tahun ini pun terbilang jumbo, karena akan berlangsung selama setengah bulan ke depan. Kalau soal pengunjung pemeran buku kali ini juga tidak kalah ramai dengan tahun-tahun sebelumnya. Sepanjang mengamatan mata Selasa sore itu, mulai dari para yang pejabat-pejabat berdasi sampai yang duduk di kursi roda pun ikut berpatisipasi menelusi stan-stan buku di area pameran itu. Dihitung mundur ke belakang, Internasional Book yang ke-42 ini telah berlangsung selama enam hari. Berarti Saya berkunjung kemarin terbilang terlambat lima hari. Sebenarnya Saya ingin mengunjunginya di hari-hari pertama, dan itu biasanya juga mendapatkan bonus –buku, al-Quran dll- dari stan-stan dari luar Mesir. Setelah mengakhiri ujian termen pertama Senin (1/2), baru akhirnya Saya dapat berkunjung ke pameran buku itu. Tujuan awalnya sich untuk sekedar mengintip buku-buku baru nan berbobot sembari mengitung-hitung kocek yang dibutuhkan untuk menggondol buku itu pulang. Di samping itu, kami juga ingin melihat langsung beberapa buku langka yang sempat menjadi deretan referensi mata kuliah di kampus. Di antaranya, buku Millaku At-Ta’wil karangan Ibnu Zubair Al-Gharnâthî dan Durratu At-Tanzîl wa Gurratu At-Ta’wil yang dikarang oleh Khatib Al-Iskâfî. Kedua buku ini merupakan karangan monumental dalam sejarah dan perkembangan Ilmu Mutasyabih fiil Quran. Buku Millaku At-Ta’wil Al-Gharnâthî dianggap oleh banyak mufassir sebagai buku komprehensif dalam memuat ayat-ayat mutasyabih dalam al-Quran, sementara Durratu At-Tanzîl wa Gurratu At-Ta’wil mempunyai kelebihan dari sisi sejarah dan perkembangan Ilmu Mutasyabih fîl Quran. Berbicara mengenai ayat-ayat mutasyabih dalam al-Quran kedua buku ini seakan dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan perannya. Menurut sejumlah dosen yang mengajarkan kami, kedua buku ini terbilang langka dewasa ini. Kalaupun ada yang menjualnya pasti harganya melambung tinggi. Saya pikir itu wajar saja, karena buku Durratu At-Tanzîl wa Gurratu At-Ta’wil saja telah berumur lebih kurang 1078 tahun, sementara Millaku At-Ta’wil telah berusia 702 tahun. Jangka waktu itu berdasarkan wafatnya kedua pengarang tersebut. Khatib Al-Iskâfî meninggal pada tahun 320 H / 932 M dan Al-Gharnâthî wafat pada tahun 708 H/ 1308 M. Faktor-faktor itulah yang membuat kami semakin penasaran untuk bertemu dengan buku itu. Ditambah lagi semenjak awal teman saya telah berkeinginan memburu buku itu. Saking penasarannya hampir setiap stan-stan yang kami lewati tidak lepas dari cercaan pertanyaan kami seputar buku itu. Walhasil setelah berkunjung selama lebih kurang 4 jam baru satu stan saja yang menjual buku itu. Setelah mengkonfirmasi harganya, ternyata memang mahal, sekitar Le 80 (sekitar lima puluh ribu rupiah). Buku itu hanya satu jilid tapi harganya seakan seperti buku berjilid-jilid. Memang benar kata dosen di kampus kami. Langka plus mahal. Menimbang-menimbang dan mengamati buku itu, akhirnya kami memutuskan untuk tidak membeli dan pindah ke stan yang lain, sebab kami juga tidak mau terjebak di area itu terlalu lama. Rute perjalanan selanjut kami putar menuju penerbit-penerbit terkenal yang telah masuk ke list target kunjungan kami hari itu. Sangat tidak mungkin dapat mengunjungi semua stan itu satu persatu dalam satu hari. Tanpa terasa Ashar dan Maghrib pun berlalu dengan begitu cepat yang memaksa kami untuk segera melangkahkan kaki keluar dari lingkungan pameran buku terbesar kedua di dunia itu. Ditambahlagi suhu di malam hari begitu dingin disertai angin kencang yang siap menerpa setiap saat. Setelah membeli buku Shahih Fikih Sunnah, akhirnya kami segera menuju mulut gerbang utama dan mencari masjid terdekat untuk menunaikan shalat Maghrib. Seusai shalat magrib tanpa disangka-sangka kami dipertemukan kembali dengan buku langka buru kami sejak siang tadi melalui salah seorang teman bertemu di halte. Kami pun bercengkrama mengenai bagaimana ia berhasil menemukan buku itu. Wah ternyata dia membeli buku itu jauh lebih mahal dari harga sempat kami tanyakan tadi siang. Wah, bagaimana pun tidak rugi karena buku itu sangat urgen dimiliki, terutama yang mereka kuliah atau berkonsentrasi dalam bidang Tafsir dan Ulumul Quran seperti kami. http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/04/buku-langka-usia-1078-tahun/ Sikap Peduli Lingkungan? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. http://id.answers.yahoo.com -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe