Assalamualaikum w.w. Redaksi "Singgalang",Di bawah ini saya kirimkan kembali tanggapan saya terhadap artikel pak Wisran Hadi tentang FGD di Fakultas Sastra Unand tanggal 3 Februari yang lalu. Tanggapan ini saya kirimkan kepada milis Rantau Net yang memuat artikel pak Wisran Hadi tersebut, yang dikirimkan oleh Sanak Ftr Tanjuang. Mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca Singgalang.Sekedar tambahan, SC KKMP masih melanjutkan upaya penyempurnaan seluruh konsep yang ada, dan akan sangat berterima kasih jika bisa dibantu dengan masukan yang dianggap perlu. Wassalam, Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta)
--- On Sat, 2/6/10, Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> wrote: From: Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> Subject: Re: [...@ntau-net] Dari harian singgalang ttg kongres budaya ---> KEBETULAN SAYA HADIR To: rantaunet@googlegroups.com Cc: "Dr. Herwandi WENDY" <wendy.fsastraun...@yahoo.com>, "Ir. Raja Ermansyah YAMIN" <hanni.ja...@gmail.com>, "Dr Mochtar NAIM" <mochtarn...@yahoo.com>, "Farhan Muin DATUK BAGINDO" <farhanm...@ymail.com>, "azmi datuk bagindo" <azmi_libra_kenc...@yahoo.co.id>, "gebuminang pusat" <gebuminangpu...@gmail.com> Date: Saturday, February 6, 2010, 2:22 PM Assalamualaikum w.w. para sanak sapalanta,Kebetulan saya hadir dalam acara FGD di Fakultas Sastra Unand tanggal 3 Februari yang lalu.[Saya ditunjuk pengurus Gebu Minang sebagai ketua 'Steering Committee'/SC dan Dr Mochtar Naim menjadi wakil ketua SC].Berbagai pertanyaan seperti yang disampaikan oleh pak Wisran Hadi sudah diutarakan oleh moderator Prof Dr Herwandi Wendy dan Sastrawan Darman Moenir, dan telah dijawab baik-baik, bahwa Kongres Kebudayaan Minangkabau yang akan datang itu tak ada kaitannya dengan pilkada, dan di dalam acara nanti tak akan ada acara penyampaian visi dan missi para calon.Dalam rancangan keputusan/mufakat/kesepakatan Kongres yang disiapkan SC telah tercantum semua alasan [dalam 'Menimbang'], semua motif [dalam Merujuk'], semua dasar hukum [dalam 'Mengingat'], serta hampir semua bacaan [kl 70 buku, dalam 'Membaca'] sebelum sampai kepada pasal-pasal yang akan disepakati [ dalam 'Memutuskan']. Mengenai gagasan Majelis Adat dan Syarak/MAS, hal itu malah sudah lama disepakati dalam Kongres Kebudayaan Minangkabau bulan Desember 2006 dahulu, seperti yang diingatkan oleh bung Darman Moenir. Sehubungan dengan informasi bahwa sudah pernah ada beberapa kali kongres kebudayaan Minangkabau sebelum ini, besar kemungkinan Kongres Kebudayaan Minangkabau :Pertama ini akan disebut sebagai Kongres Kebudayaan Minangkabau Kelima, setelah mempertimbangkan masukan dari bung Darman Moenir.Apakah maksudnya untuk 'meminangkabaukan orang Minang' ? Jelas tidak. Maksudnya hanya sekedar menuliskan secara lebih lugas, sistematis, dan komprehensif seluruh materi yang selama ini menjadi wacana tentang ABS SBK, khususnya yang dibahas di Rantau sejak tahun 2003, baik berwujud seminar maupun dalam bentuk wacana di milis RantauNet.Kok orang Rantau yang mengambil prakarsa ? Hal ini juga wajar saja, oleh karena ada gejala generasi kedua perantau Minang dan sesudahnya tak berminat lagi kepada ABS SBK, dan sedihnya, di antara generasi pertama perantau, hanya sedikit saja yang benar-benar 'concern' dengan rumusan ABS SBK yang lebih jernih ini. Istilahnya bisa sama, tapi penjelasannya berlain-lain. Cukup membingungkan.Rangkaian FGD yang telah, sedang dan akan diadakan bermaksud untuk menampung masukan dari segala fihak, dengan jadwal sampai akhir Maret/awal April, sewaktu Kerangka Acuan dan berbagai draft keputusan/mufakat/kesepakatan akan difinalkan dan dikirimkan kepada para peserta dan undangan. Saya akan sangat berterima kasih jika pak Wisran Hadi -- yang tulisan-tulisan beliau sangat saya gemari -- berkesempatan hadir pada tanggal 3 Februari tersebut. Namun saya tak melihat beliau di antara para hadirin. Mungkin beliau berhalangan. Tetapi baiklah, masih akan ada rangkaian FGD lagi, baik di Ranah maupun di Rantau. FGD yang akan diadakan lagi di Ranah antara lain akan membahas masalah peran perempuan, hubungan adat dan agama; pembentukan badan pemasaran produk nagari; dan pariwisata. Selain itu, dalam ToR telah dicantumkan tentang adanya keinginan agar ada kesepakatan kita bersama tentang pemanfaatan potensi maritim; pembangunan nagari, dan penanggulangan bencana.Yang sangat saya syukuri datri FGD di FS Unand tersebut adalah kesimpulan bahwa Kongres Kebudayaan Minangkabau [Kelima] ini disetujui, dengan memperbaiki kerangka acuan serta draft keputusan/mufakat/kesepakatan. Hal itu sudah mulai saya kerjakan dan telah saya kirimkan kembali sebagai lamporan. Lebih dari itu dapat saya sampaikan bahwa Purek I Unand dan Dekan FS Prof Herwandi memberi tahu bahwa dalam tahun ini akan didirikan sebuah Pusat Kajian Kebudayaan Minangkabau. Syukur Alhamdulillah. Semoga pusat kajian tersebut bukan saja akan menampung demikian banyak masalah kebudayaan yang menjadi perhatian kita, tetpi juga akan memfasilitasi wacana pembahasannya, sehingga Gebu Minang tidak usah lagi mengacarakan wacana yang penting ini, walau tentunya tetap akan berpeduli terhadap masalah ekonomi dan budaya Minangkabau, sesuai dengan namanya.Terlebih terkurang mohon maaf. Wassalam, Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta) --- On Sat, 6/2/10, Fitr Tanjuang <fitr.tanju...@gmail.com> wrote: From: Fitr Tanjuang <fitr.tanju...@gmail.com> Subject: [...@ntau-net] Dari harian singgalang ttg kongres budaya To: RantauNet@googlegroups.com Date: Saturday, 6 February, 2010, 11:27 AM AslmWrWb Ambo no comment se lah... Wassalam fitr tanjuang lk/35/albany NY ------- Sabtu, 06 February 2010 Pilkada dan Kongres Kebudayaan Minangkabau WISRAN HADI Kongres Kebudayaan Minangkabau yang difasilitasi oleh Gebu Minang Jakarta, persiapannya sudah memasuki tahap pensosialisasian, mulai dari berbagai proposal dan tanggapan mengenai latar belakang, gagasan-gagasan, konsideran-konsideran, bahkan juga penentuan siapa-siapa saja yang berhak sebagai peserta kongres. Semua itu disebar melalui mailing list dan e-mail orang-perorang secara berbalasan, mengadakan diskusi khusus (FGD) di Fakultas Sastra Unand, wawancara dan siaran pers untuk media massa yang ada di Sumatra Barat. Dari apa yang dapat dibaca melalui internet dan mass-media, tampaknya orang Minang terutama yang bermukim di rantau seakan sudah kalimpasiangan dengan keminangkabauan orang Minang. Artinya lagi, orang Minangkabau yang ada sekarang diragukan keMinangannya, walau kabaunya tidak. Tak tahulah, hal ini sebagai dalih atau ada sesuatu maksud yang lain. Dalam konteks ini, maka usaha besar yang akan dilakukan para pencinta Minangkabau itu dengan mengadakan Kongres Kebudayaan Minangkabau boleh jadi cukup relevan. Terutama dalam rancangan keputusan yang sudah dibuat, bahwa dari kongres itu diharapkan akan lahir sebuah lembaga baru (adat dan syara) yang akan ‘membawahi’ semua organisasi atau lembaga adat yang sudah ada seperti LKAAM, KAN, MTKAM, Bundo Kanduang, Parik Paga Nagari dan lain sebagainya. Artinya di sini, lembaga baru itu diusahakan untuk menjadi induak samang dari organisasi atau institusi yang sudah ada jauh sebelum ini. Organisasi itulah nanti yang akan ‘memobilisasi’ orang Minang untuk me-Minangkan orang Minangkabau masa depan. Hal semacam ini tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan. Seperti pertanyaan yang pernah diajukan Muchtar Naim (sebagai pakar yang diundang) kepada Panitia Kongres Kebudayaan yang difasilitasi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan beberapa tahun lalu. Pertanyaan yang diajukannya adalah; apa maunya Kongres ini? Dengan disertai oleh sebuah ungkapan kecurigaan; “tentu ada sesuatu di balik kongres ini”. Sekarang pertanyaan dan kecurigaan yang sama tentu dapat pula diajukan kembali kepada beliau, karena beliau adalah salah seorang inisiator/konseptor dari kongres kebuduayaan yang akan diadakan pertengahan tahun ini. Mau apa Kongres Kebudayaan ini? Ada apa di balik kongres ini? Pertanyaan ini menjadi sangat relevan, karena kongres tersebut akan diadakan pada pertengahan tahun ini juga, bersamaan pula dengan persiapan (kampanye dllnya) Pilkada Sumatra Barat. Tokoh-tokoh Minang tertentu yang merasa lai lanteh angan sudah mulai melakukan kampanye-kampanye terselubung. Perkenalan diri, memberi bantuan dan sumbangan, peduli ini, peduli itu, pertemuan ini, diskusi itu, dlsbnya. Bantuan dan kepedulian serta berbagai kegiatan tersebut harus dipajang pula sepenuh halaman surat kabar agar masyarakat tahu, yang ujung-ujungnya “pilihlah aku”. Kongres Kebudayaan Minangkabau yang akan diadakan itu digelar di Istana Bung Hatta Bukittinggi pada pertengahan tahun ini, dan waktunya sangatlah beriringan dengan Pilkada Sumatra Barat. Seandainya dugaan di atas benar; bahwa Kongres Kebudayaan Minangkabau yang akan diadakan itu, yang juga akan melahirkan sebuah organisasi baru untuk ‘memobilisasi’ lembaga-lembaga dan institusi adat yang ada, tentulah untuk kepentingan Pilkada sangat besar sekali artinya. Betapa banyak suara yang dapat diraup dari kalangan ninik mamak, alim ulama dan cadiak pandai. Segala anak kemenakan tentu akan memberi dukungan pada figur utama dari pucuk pimpinan organisasi itu yang nanti akan dipilih dalam kongres. Bukan tidak mustahil, kongres kebudayaan demikian seumpama penyampaian visi dan misi dari salah seorang calon yang akan bertarung. Saya percaya, andaian seperti ini pasti akan disanggah dan akan dianggap salah oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan berbagai alasan. Namun yang tidak dapat disanggah adalah; bahwa Kongres Kebudayaan Minangkabau 2010 adalah sebuah usaha untuk membentuk tatanan sosial yang baru. Boleh jadi akan muncul lagi ‘tiga haji’ sebagaimana dulu bermulanya Perang Paderi. “Kita harus meninggalkan sesuatu yang monumental,” begitu ucapan salah seorang tokoh Kongres itu yang dilansir sebuah mass-media. Agak-agak hati awak begini sajalah; agar Kongres Kebudayaan Minangkabau itu tidak ‘dianggap’ sebagai bentuk baru penyampaian visi misi dari seorang calon gubernur, sebaiknya kongres itu diadakan sesudah Pilkada Sumbar, sesudah gubernur Sumbar terpilih. Supaya kongres yang hebat dan menggetarkan jagad dan alam Minangkabau ini bersih dari muatan-muatan politik dan interest-interest perorangan. Sebab, yang perlu diyakini adalah; Pilkada Sumbar untuk memilih gubernur Sumbar, bukan gubernur Minangkabau. (*) -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe