Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu

Carito nan lain dari pado nan lain tapi paralu juo........

MAUT SUNGGUH SANGAT DEKAT
 
Ketika kami memotong hewan kurban di hari raya Aidil Adha, seorang teman 
berkomentar begini; ‘Alangkah bodohnya kambing-kambing ini. Sudah dilihatnya 
kawan-kawannya mati disembelih, dia tidak gentar sedikitpun, malahan masih 
asyik saja makan dan bahkan bercumbu dengan kambing jantan lainnya.’ Yang 
dikatakan teman itu, dilihat dari mata awam memang sangat benar. 
Kambing-kambing yang sedang menunggu giliran untuk dipotong itu tidak 
sedikitpun menghiraukan kematian yang beberapa saat lagi akan ditemuinya.
 
Kalau dilihat dengan mata yang sedikit sensitif, sebenarnya kita tidak ada 
bedanya dengan kambing hewan kurban itu. Maut itu sungguh sangat dekat dengan 
kita.
 
Seminggu yang lalu, hari Ahad subuh, ketika sedang menyimak taklim mingguan, 
saya dikejutkan oleh berita yang diterima ibu-ibu jamaah melalui sms bahwa 
bapak R saat itu sedang dalam keadaan koma dan sudah di rumah sakit. Bapak R 
masih berjamaah bersama kami shalat maghrib dan isya. Beliau tinggal di masjid 
sesudah shalat maghrib, menunggu masuk waktu isya. Sesudah shalat isya, sempat 
mampir dulu untuk berbincang-bincang dengan dua tetangga yang juga jamaah 
masjid. Tengah malam beliau mendapat serangan, kata dokter stroke, dan langsung 
dilarikan ke rumah sakit. Sampai hari ini beliau masih koma. Tiga hari yang 
lalu istri beliau menelpon saya sebelum berangkat ke masjid di waktu subuh, 
memohon agar jamaah mendoakan pak R. Ada sedikit perobahan pada kondisinya, 
beliau sudah bisa membuka mata untuk beberapa saat. Subuh tadi, sebelum ustad 
menyampaikan taklim, kami sekali lagi berdoa untuk pak R.
 
Sedang kami mendengarkan ceramah, seorang anak muda jamaah masjid datang 
menghampiri saya. Dia baru saja dari arah luar. ‘Ada berita duka, pak. Bapak SR 
meninggal dunia jam 4.30 subuh ini,’ katanya. Inna lillahi wa innaa ilaihi 
raaji’uun. 
 
Bapak SR segar bugar sampai kemarin siang. Ada seorang jamaah lain menyaksikan 
beliau menyetir mobil kemarin siang. Rupanya beliau sakit perut. Tengah malam 
dibawa ke rumah sakit  dengan taksi. Hanya beberapa jam di rumah sakit, 
datanglah malaikat maut. Pak SR sudah tidak ada.
 
Betapa dekatnya maut. Betapa tidak bisa ditebaknya kedatangan malaikat maut. 
Yang pasti, semua kita sudah memegang karcis masing-masing, siap berangkat. 
Giliran kita mungkin nanti, mungkin besok, mungkin lusa. Giliran itu sudah 
sangat pasti akan datang. Tapi seperti kambing yang ketika menunggu giliran 
akan dipotong masih sibuk dengan kesenangan perut dan nafsu, agak-agaknya 
seperti itu pulalah kebanyakan manusia. Lupa bahwa dia sudah ditunggu malaikat 
maut.
 
*****

Wassalamu'alaikum,
 
Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi
Lahir : Zulqaidah 1370H, 
Jatibening - Bekasi 



      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke