ditaruihan dari Lapau sabalah,
Salam,
AZDtRA
-----------------

Talempong Batuang

Salah satu bentuk kesenian Minangkabau nan hampir punah, mungkin
karena tidak adanya paten dan dokumentasi yang baik, ditambah kurang
sekali ketertarikan generasi muda Minangkabau terhadap kesenian.
Mumpung masih ada satu empu-nya, lebih baik segera dipatenkan dan
didokumentasikan!
Salam,
~ dR

***

Talempong Batuang (batuang = sejenis bambu) adalah salah satu alat
musik tradisional Minangkabau yang mendekati kepunahan, sama halnya
dengan Pupuik Batang Padi. Hanya sedikit sumber yang mengetahui
tentang alat musik ini.

Mendengar kata “talempong“, tentu yang terbayang adalah alat musik
pukul harmonik (non-perkusi) yang terbuat dari logam kuningan (brass).
Namun sebenarnya alat musik “talempong” asli Minangkabau adalah yang
terbuat dari batuang. Talempong yang terbuat dari logam justru
merupakan asimilasi dengan alat musik “bonang” pada Gamelan Jawa.

***

Seni Talempong Batuang jo Ratok Silungkang Tuo

Lain lubuk lain ikannya, lain padang lain belalangnya, lain daerah
lain pula kebiasaannya. Setiap daerah mempunyai ciri khas, baik
bahasa, seni, dan budaya. Barangkali tak salah pepatah mengatakan
bahwa “bahasa menunjukkan bangsa”.

Silungkang, termasuk wilayah Kota Sawahlunto mempunyai rabana
marapulai (rebana pengantin), kain songket, sapu ijuak, dan lain-lain.
Kesenian Silungkang asli yang saat ini tak lagi dapat dinikmati dan
tak mustahil generasi yang saat ini berusia dibawah 50 tahun tidak
pernah mengenal dan mendengarnya. Kesenian itu adalah “Talempong
Batuang” dan “Ratok Silungkang Tuo” yang lebih dikenal sebagai
“marunguik”.

“Talempong Batuang” dan “Ratok Silungkang Tuo” adalah kesenian lama
Silungkang yang dahulunya dimainkan oleh kaum ibu di rumah, di sawah,
atau di ladang untuk sekedar menghilangkan kepenatan setelah bekerja
seharian. Biasanya kesenian ini dimainkan di dangau sambil berleha-
leha. Syairnya sangat didominasi oleh pantun parasaian (meratap) dan
pantun kerinduan pada anak dan suami tercinta nun jauh di rantau
orang. Di era tersebut, perantau Silungkang jarang sekali yang
menyertakan istri dan kalau ada anak lelakinya, sementara si istri
ditinggal di kampung dengan segala penderitaannya lahir batin, karena
tak jarang (mungkin karena terpaksa keadaan) sang suami “tapaso
barumah” (terpaksa berumah) di rantau urang. Kato urang saisuak,
“lautan sakti, rantau batuah”. Perlu diketahui di zaman itu merantau
di Sawahlunto atau di Solok saja (yang jaraknya tak menjadikan kita
musafir, sudah dianggap merantau).

Di era tahun ‘50-an “Talempong Batuang” jo “Ratok Silungkang Tuo” ini
pernah disosialisasikan kepada kerabat muda, tapi sayang umurnya pun
muda. Sejak tahun 1955, kedua kesenian itu seperti lenyap ditelan
bumi.

Rupanya nasib masih berpihak pada Silungkang. Saat ini siapa saja yang
ingin menikmati kesenian yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan
cara ditabuh tersebut sudah dapat menikmatnya kembali. Hal ini
dimungkinkan karena Silungkang masih menyisakan seorang seniman yang
masih konsisten untuk tetap memelihara dan melestarikannya, beliau itu
adalah Datuak Umar Malin Parmato.

Bersama Dinas Kebudayaan, Dinas Pendidikan, dan Dinas Pariwisata Kota
Sawahlunto, beliau saat ini telah membina sebuah grup kesenian
“Talempong Botuang jo Ratok Silungkang Tuo” di Sungai Cancang dan
sudah pula dimasukkan ke dalam pelajaran ekstra kurikuler di SD No. 13
Sungai Cancang.

Kiprahnya cukup membanggakan, selain penampilan perdananya di
Sawahlunto pada acara Pekan Seni dan Budaya, juga telah dipergelarkan
pada Acara EXPO 2000 dan Pergelaran Seni dan Budaya se-Sumatera Barat
di Taman Budaya Padang pada tahun 2001.

Ratok Silungkang Tuo

Ratok berarti ratap – maratok artinya meratap – meratapi, karena pada
mulanya kesenian ini memang diperuntukan sebagai sarana untuk meratapi
atas meninggalnya seseorang. Caranya dengan menyebut-nyebut sambil
mendendangkan bersama-sama oleh para karib kerabat, bako dan tetangga,
semua perangai / tingkah laku almarhum/ah semasa hidupnya hingga
wafat.

Lahirlah istilah “Ratok Pertolongan” karena apabila dalam keluarga
almarhum/ah tidak ada yang dapat melantunkan ratok maka dimintai
tolonglah pada orang/kelompok profesional, dengan membayar sejumlah
uang – kira-kira – mungkin seperti “seksi menangis” pada upacara
prosesi kematian orang Tionghoa.

Tahun batuka, musim baganti (tahun bertukar, musim berganti) misi
kesenian ini yang pada mulanya hanya untuk meratapi kematian akhirnya
berubah. Setelah berganti nama dengan nama menjadi “marunguik”
kesenian ini lebih identik untuk “baibo-ibo” (mengiba-iba), meratapi
nasib dan peruntungan nasib dan peruntungan baik yang tidak berpihak
padanya.

Kaum muda memanfaatkan marunguik ini untuk bersenandung ria demi
sekedar melepaskan beban rindu dendam yang menyesakkan dada pada sang
kekasih. Perlu diketahui oleh pembaca, bahwa pada zaman itu bagi
sepasang kekasih, jangankan untuk bercengkrama – berpapasan di jalan
saja sudah diterima sebagai suatu karunia yang amat besar, laksana
mukjizat.

Sumber : Syahruddin – Kades Silungkang “Buletin PKS (Persatuan
Keluarga Silungkang – Jakarta), bukan Partai Keadilan Sejahtera
(nb:penulis)
~ dR

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke