repost :

--- On Sun, 12/13/09, Datuk Endang <datuk_end...@yahoo.com> wrote:


From: Datuk Endang <datuk_end...@yahoo.com>
Subject: Re: [...@ntau-net] MAKALAH "POTENSI BUDAYA MINANGKABAU..."
To: rantaunet@googlegroups.com
Cc: sulita...@yahoogroups.com
Date: Sunday, December 13, 2009, 8:35 AM







Pak Mochtar Naim yth.
Tanggapan bapak cukup bijak, dan mudah-mudahan diskusi ini bisa memperkaya kita 
bersama. Saya tidak mengabaikan pendekatan sintetik-sinkretik, dan sebenarnya 
pandangan kita relatif sama, satu tulisan pernah disampaikan dulu 
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/message/47863. Hanya mungkin kurang 
sepaham bila ada kesan agama dan adat diperbandingkan dalam suatu kontes, 
apalagi memberikan kesan superlative dan menjadi jalan tengah.
Dalam teori kebudayaan selama ini telah menjadi diskursus tentang posisi agama 
dalam kebudayaan, di antaranya:
- menjadi inti, dalam psike keagamaan yang intrinsik, mendalam, dan hakiki, 
agama memberi jiwa kepada masyarakat dan menstrukturkan tindakan;
- menjadi selubung, yaitu menempatkan agama untuk menyelimuti kompleks kelakuan 
masyarakat.
Lebih jauh juga dapat dilihat agama 'sebagaimana adanya' yang nyata terwujud 
dalam kelakuan, praktek, dan tindakan melalui simbol-simbol, atau agama 
'sebagaimana seharusnya' yang merupakan perangkat doktrin yang terkandung dalam 
agama sebagai agama.
Dengan demikian ABSSBK tidak dapat dimaknakan sebagai suatu model, yang muncul 
timbul dimana saja, tetapi perlu penelusuran interpretasi terhadap realitas 
masa itu dan kondisi kemasyarakatannya. Mungkin ini dilema bagi kita dalam 
mengkaji relasi agama-adat berdasarkan ilmu modern.
Hal-hal lain informasinya dapat kita cari di internet, seperti misalnya saya 
temukan di 
http://massofa.wordpress.com/2008/05/18/sekitar-sosiologi-budaya-malas-dan-rajin-di-nusantara/.
Baitu kiro-kiro pak, talabiah takurang mohon dimaafkan.
 
Wassalam,
-datuk endang


--- On Sun, 12/13/09, Mochtar Naim <mochtarn...@yahoo.com> wrote:







Ma Datuk Endang, dkk,
 
Komentar Dt sangat menarik dan memperkaya. Sejauh yng sdh saya ketahui dan 
telusuri melalui berbagai survei dan wawancara dengan berbagai fihak, prinsip 
ABS-SBK bukan hanya lokal Minangkabau, tetapi dunia Melayu umumnya, walau 
dengan ekspresi bahasa lokal. Di daerah2 Melayu itu tidak ada dan tidak 
dimungkinkan kebebasan untuk memilih agama di luar Islam, kecuali diekstradisi 
atau mengekstradisikan diri dari lingkungan adat. Hubungan antara adat dan 
syarak (Islam) jelas sintetik, bukan sinkretik.
    Coba Dt kemukakan argumen yang kontradiktif dengan apa yang saya katakan 
itu.
Itu dulu. MN 
 




      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke