Catatan Perjalanan Pontianak


Seperti biasa, Jakarta selalu dirundung kemacetan, tapi kemacetan kali ini
begitu luar biasa. Mobil berderet tak bergerak seperti tersusun di rak dan
terjemur di sepanjang tol dalam kota, sepertinya titik macet itu ada di
simpang yang membelah tol ini, satu lurus ke bandara Sukarno Hatta, satu
lagi menuju Tanjung Priok. Di tengah kecemasan tidak pernah sampai tepat
waktu di terminal II, masih terbayang makan siang bareng di kantor, berteman
tempe, lalapan, ikan asin dan tentu saja ulekan cabe rawit merah menyala
bermandikan jeruk nipis, pedasnya masih terasa.



Satu jam empat puluh lima menit pesawat mengarungi angkasa, tak banyak
goncangan, langit menjelang petang teramat bersih. Garuda dipenuhi para
keluarga-keluarga Melayu Pontianak yang sumringah karena baru saja pulang
umroh dari tanah suci. Semua berpakaian Muslim, bapak, ibu ataupun anak-anak
mereka. Setengah lebih bangku-bangku pesawat di warnai oleh warna putih.
Logat melayu mereka yang berirama dan di akhiri dengan kata jak, memenuhi
ruang.



Demikian pula kota yang hendak di darati ini diselimuti putihnya awan.
Pesawat tergoncang menembus ketebalannya. Di bawah terhampar landasan
panjang, beton yang di ujungnya di pagari sisa hutan dataran rendah.
Matahari senja yang pulang, meninggalkan bias merah terang, seperti
memahkotai pucuk-pucuk pohon itu dan Garuda telah mendarat. Bandara itu
bernama Supadio dan inilah yang menjadi salah satu pintu kota yang bernama
Pontianak.



Dari sebuah hotel di Jalan gajahmada, Hotel Peoni, cacatan ini ditulis. Di
meja terhampar asap mengepul dari semangkok tomyam noodle dan sepiring peony
salad yang merupakan mix sayuran dengan souce kacang, terasa sekali segar
menjalar di rongga mulut, kesegaran yang berkelahi dengan pedas asam tomyam
dan pertemuan dua rasa itu ditutup dengan dinginnya ice tea.



Dari ketinggian lantai lima, sebuah restoran terbuka, makan yang dihantarkan
dengan senandung penyanyi, makan malam terasa mewah. Di bawah lampu
kerlap-kerlip dari setiap bangunan, terhampar sampai di bibir Sungai Kapuas
dan jembatan tua itu mempertemukan dua keeping kota ini. Dimulai dari jalan
Gajah mada ini, sejarah tentang sebuah kota yang sudah didatangi para
pendatang sejak dulu seperti terhampar.



Gajahmada pada suatu masa adalah kebun-kebun sayur, kuburan Cina dan area
peternakan para Tionghoa yang jauh menembus lautan dari tanah daratan-tanah
leluhur, datang pada pinggir-pinggir belantara Borneo untuk sebuah kemilau
emas. Sampai pada akhirnya Cina-cina kongsi menjadi satu pilar dimana kota
tua ini berdiri dan berkembang. Para sultan telah mengundang mereka.



Ketika suatu kali berjalan kaki menyusuri jalan gajahmada, tak heran memori
akan terlempar pada masa lalu, tapi tak mengherankan pula kita seperti
terlempar ke sebuah lorong tua di hongkong, Saigon atau phnompenh.
Disepanjang jalan para amoi dengan pipi merah merona kepanasan, menjaga toko
bapaknya yang menjual berbagai barang. Disamping ruko kayu tuanya, berdiri
kedai kopi, asap mengepul dari ketel kopi yang dimasak sedemikian rupa. Kopi
bukan direbus dengan api menggelora di tungku, tetapi ketel kopi menggelegak
karena uap air yang direbus di bawahnya. Ketel-ketel kuningan ini
mengantarkan aroma yang tidak biasa dan tentu saja akan membawa para
pelintas singgah.



Bersambung…

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke