Bung IJP dan para sanak sapalanta,Saya sudah membaca -- cepat-cepat -- kedua 
buku yang Bung kirimkan kepada saya, dan isinya jelas sangat informatif. Sudah 
barang tentu kita bisa belajar banyak dari kemenangan, seperti misalnya dari 
kemenangan Obama yang spektakuler itu. Namun rasanya juga tidak kalah banyaknya 
yang bisa kita kita pelajari dari kekalahan, atau dari 'kemenangan yang 
tertunda', seperti yang Bung alami. Saya belajar banyak dari pengalaman Bung 
dalam berpolitik masa kini, di Partai Golkar, yang Bung catat secara demikian 
terinci. Memang bagaikan bellum omnium contra omnes.
Mengenai kekalahan JK, menurut penglihatan saya, salah satu sebabnya -- mungkin 
-- oleh karena beliau: 1)  tidak merencanakan sejak awal untuk maju sebagai 
calon presiden, tetapi berharap tetap sebagai wakil presiden, ber-duet dengan 
SBY [secara pribadi saya juga berharap demikian, karena duet ini bisa saling 
mengisi]; dan 2) sewaktu memutuskan untuk maju bersama Wiranto, waktu sudah 
amat kasep. Pasangan SBY-Boediono sudah melejit lebih dahulu, didukung oleh 
tenaga professional dari Fox Indonesia. Kekalahan JK jelas bukan kesalahan 
Bung, walau Bung duduk sebagai tim sukses JK.Saya mengucapkan terima kasih 
terhadap cuplikan-culikan pengalaman Bung tentang demikian banyak contoh betapa 
tidak kompaknya 'elite' Minang di Sumatera Barat, yang suka menghujat dan 
merendahkan satu sama lain. Ini kan 'sport' lama: mamanjek batang pinang. Dalam 
hubungan ini, sudah lama saya bertanya kepada diri saya sendiri apa yang 
menyebabkan gejala itu, dan bagaimana cara
 mengatasinya, agar muncul suatu Minangkabau sebagai suatu 'high trust 
society'.Dari buku Bung yang kedua, tentang interpretasi separatisme di Aceh 
dari perspektif semiotika, saya mendapat banyak 'insight' tentang pentingnya 
lambang. Saya baru tahu bahwa dalam mitologi Aceh burung garuda adalah 
perlambang hewan yang rakus dan memakan segalanya, yang dihadapkan dengan singa 
dan buroq bermahkota, yang jelas lebih bermartabat. Saya mendukung saran Bung 
tentang pentingnya komunikasi antarbudaya. Sekedar catatan, saya pernah 
mengusulkan pendekatan ini Lemhannas sekitar tahun 1985, namun suasana belum 
cukup kondusif untuk itu. Saya doakan Bung berhasil dalam 'ronde' berikutnya. 
Bung masih muda, masih banyak peluang untuk maju. 

Wassalam,
Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta) 


--- On Sun, 4/11/10, Indra J Piliang <pi_li...@yahoo.com> wrote:

From: Indra J Piliang <pi_li...@yahoo.com>
Subject: [...@ntau-net] Fw:  Memoar Orang Kalah
To: "Koran Digital" <koran-digi...@googlegroups.com>, "LISI" 
<l...@yahoogroups.com>, "RantauNet" <RantauNet@googlegroups.com>
Date: Sunday, April 11, 2010, 10:53 AM


~~"Mengalir Meniti Ombak" & "Bouraq-Singa Kontra Garuda".~~

-----Original Message-----
From: ya_u...@yahoo.com
Date: Sun, 11 Apr 2010 01:45:47 
To: FORAHMI<fora...@yahoogroups.com>
Subject: [forahmi] Memoar Orang Kalah


Memoar Orang Kalah

Minggu, 11 April 2010 05:49 WIB | Artikel | Resensi Buku | Dibaca 329 kali

Erafzon Sas

Jakarta (ANTARA News) - Apakah orang kalah harus mempertanggungjawabkan 
kekalahannya? Ini pertanyaan mendasar di dunia politik kita sekarang.

Faktanya, hanya sedikit partai politik atau elite politik yang bersedia 
mempertanggungjawaban kekalahannya kepada masyarakat.

Jangankan bertanggungjawab, mengucapkan terimakasih kepada konstituen 
pemilihnya dan meminta maaf karena pilihan itu tidak membuatnya menang pun, 
merupakan barang langka. 

Ucapan terimakasih kasih datang dari mereka yang menang, tak jarang disampaikan 
dengan pesta megah nan meriah. Rakyat lalu mengelu-elukannya.

Sebaliknya, yang kalah sulit menerima kekalahan, meski sebelum pemilu mereka 
dengan gagah berjanji siap menang siap kalah. 

Di bawah kondisi itu, ada seorang politisi muda yang menentang tradisi itu 
dengan membuat buku dan menyampaikan pertanggunjawabannya atas tiga kekalahan 
yang dialaminya dan partainya.

Anak muda itu Indra Jaya Piliang.  Dia anak orang biasa yang lahir 19 April 
1972 di Kampuang Perak, Pariaman, Sumatera Barat. Sebelum kuliah, dia adalah 
penjual sate padang di Jalan Kunir, Jakarta Kota.  Dia sempat  menjadi pesuruh 
di CSIS sebelum akhirnya menjadi salah satu peneliti di lembaga pengkajian 
terkemuka itu.

Indra menyampaikan pertanggungjawabannya atas kekalahan pada pemilihan anggota 
DPR RI 9 April 2009, pemilihan presiden dan wakil presiden 8 Juli 2009, dan 
pemilihan ketua umum Partai Golkar 7 Oktober 2009. 

Indra tidak terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah kelahirannya, Sumatera 
Barat). Dia juga kalah seiring kalahnya JK-Wiranto dalam pemilihan presiden dan 
wakil presiden lalu. Selain pendukung setia pasangan itu, Indra adalah salah 
satu juru bicara dan juru debat di sejumlah forum bagi pasangan itu selama 
kampanye. Terakhir dia kalah ketika mengusung Yuddy Chrisnandi menjadi ketua 
umum Partai Golkar. 

Indra menulis pertanggungjawabannya itu dalam buku setebal 568 halaman berjudul 
"Mengalir Meniti Ombak, Memoar Kritis Tiga Kekalahan", terbitan Ombak, 
Yogyakarta, 2010. 

Dia memberi alasan mengapa menggunakan kata mengalir, meniti dan ombak untuk 
judul bukunya. Dia juga memberi alasan mengapa memoar itu ditulis ringan, tidak 
berat seperti penulisan sejarah yang menjadi bidang studinya saat menempuh 
kesarjanaannya di Universitas Indonesia.

Di buku bersampul biru muda, berlatar ombak dan foto wajah dominan agak narsis 
itu, Indra menuliskan perjalanan hidupnya, sejak lahir, kemudian menempuh 
pendikan dasarnya hingga SMA di Pariaman, lalu berkuliah di jurusan Sejarah, UI.

Dia kemudian bekerja di CSIS sebagai analis politik, dan akhirnya terjun ke 
politik praktis sebagai politikus Partai Golkar.

Indra menyajikan banyak fakta dan data dalam bukunya, termasuk klarifikasi atas 
"selebaran gelap" berisituduhan isteri Boediono (waktu itu cawapres) beragama 
Katolik.

Indra menjawab tuduhan keterlibatan pasangan JK-Wiranto dalam tuduhan itu 
dengan memuat kronologi peristiwa dan membeberkan bahwa selebaran itu adalah 
kopian Tabloid Indonesia Monitor.
 
Kopian berita itu adalah isi wawancara media itu dengan Presiden Ikhwanul 
Muslimin Indonesia Habib Hussein Al-Habsyi yang dimuat di halaman 6 edisi 3-9 
Juni 2009 majalah itu dan wawancara dengan Prof. Dr. Suparman, Direktur 
Pascasarjana Universitas Tarumanegara di halaman 7 dalam judul  "Dia Kejawen, 
Standarnya Beda". 

Dari sekian detil di buku ini, ternyata banyak detil yang tidak dimuat Indra, 
seperti latar belakang lahirnya slogan "Lebih Cepat, Lebih Baik." 

Indra sempat berkilah yang layak menjelaskan itu adalah Jusuf Kalla sendiri, 
tapi karena Kalla tidak menghadiri peluncuran kedua buka Indra --satunya lagi 
"Bouraq-Singa Kontra Garuda, Pengaruh Sistem Lambang Dalam Separatisme GAM 
Terhadap RI"-- dia pun akhirnya menjelaskannya. 

Slogan JK-Wiranto itu muncul setelah Jusuf Kalla menjalani operasi di luar 
negeri karena dia sering mengalami migren.

Setelah menjalani operasi, kata Indra, JK muncul dengan ide-ide cemerlang, 
termasuk slogan "Lebih Cepat, Lebih Baik" yang kini banyak digunakan orang 
untuk mendorong seseorang atau sekelompok orang tidak menunda pekerjaan. 

Dana kampanye

Ada lagi yang tidak dimuat Indra, tetapi dibeberkannya saat peluncuran kedua 
bukunya, yakni pertanggungjawaban keuangan.

Menurutnya, KPK seharusnya mempertanyakan dana kampanye para mantan calon 
anggota DPR, DRPD, DPD dan partai-partai yang kalah. 

Namun, apa menariknya membahas kaum yang kalah. Tidak ada hegemoni yang digugat 
dan tak ada kekuasaan yang harus dijatuhkan dari mereka. Bahasa gaulnya "tidak 
seksi" karena masyarakat tak menaruh perhatian kepada mereka lagi.

Indra lain.  Dia menyebut mereka, sang politisi kalah itu, telah belajar 
bagaimana menyiasati perundang-undangan tentang pengumpulan dan penggunaan dana 
kampanye. 

Indra sendiri mengaku telah menghabiskan Rp1 miliar untuk kampanye pemilihan 
anggota DPR RI. 30 persen dari dana kampanye itu diantaranya berasal dari uang 
pensiunnya sebagai analis politik CSIS.  Sisanya, dia dapatkan dari sumbangan 
pengusaha, pejabat gubernur, bupati dan wakilnya, pengusaha, aktivis, sesama 
politisi, juga mahasiswa. 

Dengan bangga dia menyebutkan sumbangan dari seorang mahasiswa yang hanya 
Rp250.000, senilai satu spanduk.

Menurutnya, politisi itu selayaknya disumbang konstituennya, bukan memberi 
sumbangan kepada konstituen agar memilihnya saat pemilu. 

Loginya begini, jika politisi memberi sesuatu pada konstituen saat kampanye, 
maka yang terjadi adalah suburnya praktik politik uang dan ketika berkuasa 
politisi itu akan berusaha keras mengembalikan dana yang dikeluarkannya itu.  
Peluang berkorupsi pun menjadi tak terhindarkan. 

Apa manfaat memoar kekalahan seorang Indra Jaya Piliang?  Dia setidaknya 
memberi inspirasi dan pelajaran dalam perpolitikan Indonesia. Dan dia 
menyampaikan pelajaran itu dalam bahasa ringan yang tidak membosankan, dengan 
data primer yang lengkap.

Simaklah kata-kata Rizal Ramli, mantan aktivis yang pernah masuk penjara di era 
rezim Soeharto, mengenai buku ini.

Indra adalah sosok yang luar biasa, katanya. Hanya sedikit politisi sekarang 
yang menyempatkan diri menulis di saat terjebak rutinitas berjuang memenangkan 
diri sendiri dan partainya. 

Rizal mengritik aktivis Partai Golkar yang terpilih menjadi anggota DPR karena 
seharusnya merekalah yang menulis pertanggungjawaban itu kepada publik. 

Kendati begitu, Rizal senang, kemampuan menulis Indra bisa membawanya menjadi 
novelis yang mencatat peristiwa dan menyajikanya dalam buku yang enak dibaca, 
meskipun tidak terpilih jadi anggota DPR

Bagi seorang aktivis atau tokoh pergerakan, kemampuan menulis diperlukan untuk 
menuangkan buah fikiran untuk menganjurkan perubahan karena seseorang tidak 
cukup diberi label aktivis dari berdemo semata. 

Praksis pergerakan, kata Rizal, tidak cukup hanya berfikir lalu berdiskusi 
sampai pagi. Dibutuhkan sebuah tindakan agar cita-cita yang diinginkan menjadi 
kenyataan.

Setiap orang selayaknya tetap menuliskan rasa dan buah fikirannya, meskipun 
mereka itu kalangan yang kalah.  Dan tulisan Indra seakan menggugat bahwa 
sejarah tidak hanya ditulis oleh mereka yang menang.

Kekalahan sesungguhnya adalah kemenangan yang tertunda.  Oleh karena itu, 
setiap orang harus belajar dari kekalahannya, untuk meraih kemenangan di medan 
pertarungan berikutnya. 

E007/AR09

COPYRIGHT © 2010
Powered by Telkomsel BlackBerry®

------------------------------------

Kunjungi Website Forahmi di www.forahmi.orgYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/forahmi/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/forahmi/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    forahmi-dig...@yahoogroups.com 
    forahmi-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    forahmi-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

To unsubscribe, reply using "remove me" as the subject.



      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke