Dunsanak Sadonyo,

Ini ada tambahan komentar dari penulis artikel yang saya forwardkan
kemaren. Menarik sekali (dan perlu digali lebih dalam untuk
dipertahankan) kesan dia tentang budaya Minangkabau dan Integritas:

cc_muly...@yahoo.com to stan81

Ok uda Riri thx untuk tambahan penjelasannya, walau bukan urang awak,
denai dah telanjur jatuh cinta dengan budaya minang yang menjunjung
integritas he he he let's build our compliance culture


Riri


On 1 Mei, 08:45, Riri Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org> wrote:
> Dunsanak Sadonyo
>
> Iko ambo lewakan dari milis subalah, (PIP = pengendalian internal
> pemerintah).
>
> Tanpa kita sadari, ternyata pengamat Internal Control melihat setidaknya ada
> 2 (dua) aspek yang hebat dari sistem manajemen Rumah Makan awak.
>
> "Kode" di piriang samba (bisa gambar, atau sumbiang di tapi piriang), dan
> sistem bagi hasil (artinya juga bagi2 risiko) merupakan bagian dari Internal
> Control yang luar biasa.
>
> Ambo bangga juo iko di diskusikan di milis PIP dan juga di milis almamater
> ambo STAN, tapi dalam hati ambo sabanayo "miris", karano di satu sisi urang
> menganggap ini suatu hal yang positif, tapi pebisnis RMP kita malah
> meninggalkan ini
>
> Riri
> Bekasi, l, 47
>
>
>
> -----Original Message-----
> From: cc_muly...@yahoo.com
> Date: Fri, 30 Apr 2010 23:12:25
> To: <pp_s...@yahoogroups.com>
> Subject: [pp_spip] Sistem Pengendalian Intern adalah budaya kita
>
> Pernahkah Anda makan di rumah makan atau Restoran Chinese atau Restoran
> Sunda? Lalu apa yang Anda rasakan manakala Anda mencoba juga makan di RM
> Padang atau di Warteg alias Waroeng Tegal. Tentu saja selain taste dan
> suasana makan yang berbeda, Anda juga dapat melihat dan menilai dari
> sejumlah restoran atau rumah makan tersebut mana yang longgar dan mana yang
> sangat ketat mengendalikan kegiatannya.
>
> Aspek pelayanan di RM Chinese dan RM Sunda umumnya menekankan pada pelayan
> prima dan cita rasa selera. Oleh karenanya saat menunggu makan  terkadang
> terasa menjemukan apalagi jika perasaan lapar tak mau lagi dikompromikan.
> Demikian pun pengolahan makan dan minuman didasarkan pada order yang
> diterima sehingga jika Anda ingin menambah mak-min maka order tambahan akan
> diinfokan dan dikomunikasikan kebagian dapur dan kasir.
>
> Sensasi makan di RM Padang tentu berbeda pula, selain rasanya yg lezat dan
> bikin berkeringat, jangan coba-coba untuk menipu dengan mengatakan tidak
> memakan atau tidak mengambil lauk yang dihidangkan, sebab unsur aktivitas
> pengendalian yang diterapkan untuk mengantisipasi penyimpangan terhadap
> pengendalian dan  fraud sudah sangat baik yaitu setiap piring hidangan
> masing-masing akan berisi lauk yang berbeda dengan jumlah yg sudah
> ditentukan, sehingga ketika acara makan pelanggan berakhir, piring tempat
> hidangan secara otomatis memberikan sinyal apakah jumlahnya tetap atau ada
> yang berkurang. Demikian pun untuk menanggung suatu dampak penyimpangan dari
> pengendalian intern atau suatu fraud, secara umum sudah diantisipasi dengan
> penetapan aturan yang juga berlaku umum di setiap RM Padang, yakni dampak
> kerugian akan dibebankan kepada pelayan yang menjadi penanggungjawab
>  kegiatan atau jika penyimpangan dan fraud tersebut tidak dapat
> diidentifikasi dari mana penyebabnya maka dampak kerugian tersebut menjadi
> tanggung renteng bersama seluruh karyawan. Walaupun sudah cukup ketat dalam
> mengendalikan aktivitas penjualan dan pelayanan kepada pelanggan, ternyata
> sistem pengendalian RM Padang tersebut tidak dimaksudkan untuk mencegah
> pelanggan yang hanya mampu membayar nasi putihnya saja, seperti dapat
> dilihat dalam tayangan iklan "Kalo nggak ada loe gak rame".
>
> Begitu pula ketika Anda mencoba hidangan di Warteg, kesan sangat sederhana
> dan egaliter tentu itu merupakan ciri khas warteg. Penjual tidak
> mementingkan aspek pelayanan dan cita rasa tapi yang penting makanannya
> bervariasi, cepat saji, porsi yang luar biasa, murah, dan full trust kepada
> pelanggan.
>
> Jika ditilik dari sudut pelanggan nampaklah bahwa  RM Chinese dan RM Sunda
> umumnya membatasi akses  pelanggan terhadap yang dijualnya.  Cara mengelola
> risiko ditekankan pada upaya untuk menyediakan hidangan sesuai yang dipesan
> pelanggan. Berbeda untuk RM Padang, terhadap pelanggan diberikan akses
> langsung  yg cukup untuk memilih mana yang disukainya, namun dengan mitigasi
> risiko yang tepat dengan menempatkan jumlah lauk yang sama banyak di setiap
> piring hidangan. Sedangkan untuk Warteg ternyata memandang pelanggan dengan
> trust yang tinggi, pelanggan tidak dikendalikan secara ketat dan dapat
> mengakses semua yang diinginkannya secara langsung.
> Dengan demikian, dapat disimpulkan secara umum bahwa manajemen RM Chinese
>  dan RM Sunda menganggap lingkungan pengendalian pelanggan kurang baik
> sehingga diperlukan mitigasi risikonya agak ketat. Manajemen RM Padang
> mempersepsikan lingkungan pengendalian pelanggan pada level setengah dapat
> dipercaya sehingga mitigasi risiko juga masih dibutuhkan, sedangkan
> manajemen Warteg memandang pelanggan sangat full integrity sehingga tidak
> dibutuhkan mitigasi risiko, kalaupun ada sifatnya bukan mandatory.
> Pemandangan sangat kontras, jika pada keempat restoran dan rumah makan di
> atas untuk pengelolaan risiko, pelangga dikategorikan menjadi pelanggan
> kurang dipercaya, setengah dipercaya, dan dapat dipercaya maka pada restoran
> siap saji yang datangnya dari negeri Paman Sam memandang semua pelanggan
> pada tingkat risiko "Tidak Dipercaya" sehingga yang berlaku  setelah Anda
> pesan sebelum di makan harus bayar dulu.
>
> Kalau ditarik ke tataran yang lebih makro menimbulkan pertanyaan dan
> keraguan yaitu ketika secara  budaya kita mempersepsikan setiap orang masih
> punya integritas mengapa secara bangsa kita seakan-akan menjadi bangsa yang
> tidak berintegritas?
>
> Tiada hari tanpa SPIP, mari kita bangun bangsa ini dengan mewujudkan budaya
> kepatuhan setiap individu untuk mengikis habis persepsi sebagai bangsa yang
> tidak berintegritas. SPIP Bisa....!
> Semarang, 1 Mei 2010
>
> --
> .
> Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
> lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta 
> r...@ntaunethttp://groups.google.com/group/RantauNet/~
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>   1. Email besar dari 200KB;
>   2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat 
> di:http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
> keanggotaan di:http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke