Di bawah ini adalah tulisan seorang wartawan kota Padang yang dikirimnya lewat pesan Facebook. Sangat menarik untuk disimak. Selamat membaca.
ANEHDOT PILKADA, EH, PILWANA Oleh: Zakirman Tanjung*) Tan Menan terlihat uring-uringan. Sudah lebih seminggu wajahnya bak kain kusut, kadang keningnya berlipat tujuh. Seluruh pejabat bawahan dan stafnya jadi ikutan bengong, tak berani berurusan dengan Tan Menan. Padahal banyak program yang mesti dimintai persetujuan. Sebagai Ketua Kelompok Pertukangan di Jorong Siberantah, Tan memang terkesan sangat tertekan oleh atasannya, Walijorong Gindo Mararah (GM). Terlebih sejak Gindo menyatakan hendak ikut bertarung pada ajang pemilihan walinagari (pilwana) Bakehbancano periode 2010 - 2015. Bersama sejumlah ketua kelompok lainnya, Tan dipaksa menyediakan dana cukup besar untuk kepentingan sosialisasi diri GM. Selain itu, mereka juga ditugaskan melakukan sosialisasi ke jorong-jorong di dalam Kenagarian Bakehbancano. Namanya saja yang sosialisasi, ternyata menguras anggaran juga; selain untuk bahan bakar minyak (BBM) yang bisa menghabiskan puluhan liter sekali jalan, juga biaya makan-minum. Celakanya, GM tak segan-segan memerintahkan pejabat bawahannya merogoh kantong untuk pengeluaran tak terduga; terkadang untuk membantu masjid, membantu sembako atau hal lainnya atas nama GM. Perilaku demikian bukan hal baru bagi GM, melainkan sudah menjadi kurenahnya semenjak menjabat walijorong hampir 10 tahun silam. Dia memang sudah menjabat 2x periode dan tak boleh mencalonkan lagi pada jabatan yang sama. Itulah sebabnya ia merangsek ke jabatan lebih bergengsi; menjadi walinagari! Jangan kautanya seberapa besar dugaan korupsinya selama menjabat walikorong! Tetapi, tak ada yang bisa membuktikan, hanya sekadar menduga-duga, lalu menyebut-nyebut dugaan itu. GM konon sangat piawai 'bermain'. Pihak-pihak yang membencinya menyebut kepintaran GM laksana orang mengambil 'cik karau' (rumput obat di tengah sawah) tanpa tangannya terkena luluk. Apakah benar GM korupsi atau tidak, hanya dirinya, bawahannya dan Tuhan-lah yang mengetahui. Sayang, tak ada pejabat bawahannya yang berani buka suara. Hal ini bisa dipahami tersebab beberapa hal. Pertama, mereka takut dicopot dari jabatan. Kedua, GM meminta sesuatu kepada bawahannya secara lisan dan langsung; tak pernah via telepon (takut direkam, mungkin). Ketiga, oknum-oknum pejabat di bawahnya konon juga ikut menikmati; turut korupsi juga ha ha ha. Persoalan baru dirasakan semakin berat oleh Tan Menan pada tahun ini; GM menyatakan dirinya akan ikut bertarung dalam pilwana. Pejabat di bawahnya pun keciprat berbagai beban tak terduga. Mula-mula mencetak ribuan eksamplar kalender sekaligus mendistribusikan ke masyarakat serta lembaga-lembaga sosial, kemudian ya itu... turun ke berbagai jorong melakukan sosialisasi; dengan biaya pribadi plus menyediakan pula beragam jenis bantuan sosial atas nama GM. Kalaulah bantuan itu dimaksudkan untuk Jorong Siberantah, tentulah tak masalah; bisa diambilkan dari anggaran kelompok. Tetapi, ini untuk jorong-jorong lain! Tan Menan benar-benar pusing. Perintah 'carikan' atau 'talangi' datang bertubi-tubi. Memang bukan hanya Tan Menan sendiri yang menanggungkan, para pejabat lain yang mengelola anggaran kelompok cukup besar pun kecipratan. Lalu, ketika ada ketua kelompok mencoba mempertanyakan di dalam rapat khusus, 'bagaimana kami mempertanggungjawabkan pengeluaran sebegini besar, Pak Walijorong?', dengan enteng GM menjawab, 'berpandai-pandai sajalah!' Mendengar itu nyali Tan Menan langsung ciut. Entah lantaran ambisi untuk tetap menjabat terlalu besar, Tan Menan dkk nyaris tak pernah berpikir secara logika; bukankah jabatan GM sebagai walijorong segera berakhir? Semestinya, mereka lebih cendrung mendekati calon walijorong yang memiliki peluang terpilih dalam pilwajo! Atau... entahlah! Mungkin mereka ikut berbonceng pada ambisi GM; kelak bisa pula promosi ke jabatan ketua kelompok di tingkat nagari... kan lebih mentereng, lebih tinggi tingkatannya dan lebih luas cakupan wilayah kerjanya. Berpandai-pandai... inilah kepiawaian Tan Menan dan para pejabat lainnya di Jorong Siberantah. Mereka jadi terbiasa memainkan uang proyek, sebegitu hebatnya memformat laporan penggunaan uang hingga bisa mengelabui tim pemeriksa. Tak hanya untuk GM, mereka juga mencarikan uang untuk penambah besaran penghasilan. Maklum, seberapa besar pun gaji dan berbagai tunjangan yang mereka dapatkan, tak pernah mereka anggap cukup. Selain itu, mereka sepertinya merasa bodoh jika tidak memanfaatkan peluang korupsi. Suatu kali, Tan Menan termakan bujukan sekretarisnya untuk menghadiri pertemuan Walinagari Sidi Lambok (SL) para tukang di kantor Kelompok Pertukangan tingkat nagari. Padahal, untuk menghadiri acara-acara di tingkat kenagarian, biasanya mewakilkan ke sekretarisnya. Kalau ke luar nagari barulah mau Tan Menan betugas lantaran uang perjalanan dinasnya lebih besar. Pertemuan yang dihadiri seribu lebih utusan tukang dari seluruh Jorong itu ternyata benar-benar memukau Tan Menan. Acara berlangsung seperti biasa, nyaris tak ada bumbu-bumbu politik di dalamnya. Ketua Kelompok Pertukangan tingkat Nagari, Marah Kalakon ST, tak pula terkesan 'kelusuk-anjar' mempengaruhi para peserta pertemuan agar memilih SL yang kembali maju sebagai calon pada pilwana mendatang. Lebih mencengangkan lagi, Tan Menan tak pula mendengar pidato berapi-api dari mulut SL sewaktu memberikan arahan sekaligus membuka pertemuan secara resmi. Terkait dengan pilwana, SL hanya mengajak seluruh peserta menggunakan hak pilih dengan memilih calwana terbaik. Berbeda benar dengan Wajor GM! Tiap kali berpidato, entah di masjid, balai jorong, laga-laga atau tanah lapang yang dipasangi tenda, GM selalu menyatakan dirinya yang terbaik untuk memimpin nagari lima tahun ke depan. Pandai benar dia mengepit daun kunyit! Selanjutnya, ia mengumbar janji-janji dan mengajak hadirin memilih dirinya. Ujung-ujungnya, Tan Menan atau pejabat lain yang terkena imbasnya; dapat perintah menyediakan uang untuk panitia dan hadirin utama, di samping dana bantuan yang diserahkan GM. Belum lagi perintah menyiapkan konsep 'Pernyataan Kebulatan Tekad' akan memilih GM pada pilwana plus mencari tokoh yang tepat untuk membacakannya di atas podium; lengkap dengan segepok amplop. Mengagak-agak-i hal itu, setelah membanding-bandingkan antara GM dan SL, Tan Menan mulai menyadari; kebodohan dan ketakutannya selama ini sangat tidak logis. Ia mulai tak yakin GM akan terpilih menjadi walinagari. Masyarakat hanya menyatakan mendukung lantaran mengharap uangnya belaka. *) Penulis : penggagas dan pengelola GrupFacebook KELOMPOK AKTIVIS PEDULI PILKADA BERSIH (KAPĀ²B) -- ponsel : 0819230973 & 081363439874 -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe