Ulasan Piala Dunia 2010
KEMENANGAN YANG “DIRAMPAS” WASIT
 
Oleh  Jupardi
 
Laga kedua babak penyisihan group C, Piala Dunia 2010 yang di gelar di Ellis 
Park stadium, Johannesburg, Jumat, 18 Juni antara Slovenia vs Amerika Serikat 
(AS)  yang berakhir  imbang 2-2 adalah salah satu laga terbaik, paling tidak 
sampai saat ini, ketika tim lain akan menyelesaikan laga keduanya di 
masing-masing group.
 
Tentunya laga  ini sangat menghibur jika dilihat dari jumlah gol yang 
dihasilkan. Kedua kesebelasan juga mempertontonkan aksi sepak bola saling 
menyerang dan terbuka dan memikat. Ketika Slovenia unggul  2 gol pada babak 
pertama, pasukan negeri Paman Sam yang dilatih Brad Bradley berhasil 
membalasnya dengan dua gol cantik oleh  sang kapten Landon Donovan dan gol 
penyeimbang yang dilesakkan oleh Michael Bradley 8 menit sebelum wasit meniup 
peluit akhir.
 
Empat menit pasca gol Bradley, AS bisa menambah satu gol lagi lewat Maurice 
Edu. Namun atas alasan offside, wasit Coulibaly menganulir gol kemenangan itu. 
Dalam beberapa tayangan ulangan di televisi yang menyiarkan laga tersebut 
secara langsung, sangat jelas sekali bahwa Edu tidak berada dalam posisi off 
side maupun melakukan pelanggaran. Edu, yang membalikan keadaan untuk timnas AS 
dari tertinggal 2:0 di babak pertama menjadi imbang 2:2 di babak kedua, akan 
menjadi penentu kemenangan bagi timnya seandainya gol yang ciptakan itu tidak 
dianulir wasit.
 
Pengadil asal Mali Koman Coulibaly telah mengeluarkan keputusan kontroversial 
ketika memimpin pertandingan AS lawan Slovenia itu. Tapi apapun keputusan wasit 
Coulibaly, keputusan itu bersifat mutlak dan tidak akan mengubah hasil 
pertandingan, walaupun muncul protes keras dari skuad AS ke FIFA setelah laga 
usai. 
 
FIFA, seperti dikutip Yahoo Sport, mengeluarkan pernyataan: “Jika ia (Koman 
Coulibaly) terbukti melakukan kesalahan serius yang mengakibatkan berubahnya 
hasil akhir, kemungkinan besar ia tidak akan diberi kesempatan lagi memimpin 
pertandingan-pertandingan berikutnya di Piala Dunia ini. FIFA serius dalam 
menerapkan standar tinggi bagi wasit dan tidak memberi toleransi sedikitpun 
terhadap kesalahan.”
 
Terlepas dari keputusan wasit Coulibaly yang kontroversial dalam laga AS vs 
Slovenia itu, satu hal yang kiranya menjadi pelajaran bagi para insan sepak 
bola di tanah air adalah bahwa seluruh pemain, pelatih dan awak tim AS 
benar-benar menunjukan sikap sportif dan menjunjung tinggi fair play. Tidak ada 
tindakan-tindakan kasar seperti kata-kata kotor atau serangan fisik yang 
ditujukan kepada wasit oleh para pemain dan tim pelatih AS. 
 
Hanya sebuah protes disampaikan secara sopan oleh para pemain AS yang memprotes 
keputusan kontroversial Coulibaly atas gol penting Edu yang, andai tidak 
dianulir oleh wasit, jelas akan  membawa kemenangan buat pasukan Brad Bradley. 
 
Sikap protes  yang disampaikan secara santun ini tercermin dari pernyataan 
Kapten AS, London Donovan “Kami telah beberapa kali menyampaikan protes dengan 
nada baik-baik, tapi ia (wasit) tidak menggubrisnya. Kata-kata “nada baik-baik” 
yang dilontarkan Donovan menyiratkan bahwa dalam sepak bola sekelas piala dunia 
ini sikap-sikap sportif, sopan dan menghargai segala keputusan wasit yang 
terkadang merampas kemanangan di depan mata dijunjung tinggi oleh para pemain.
 
Saya tidak bisa membayangkan hal seperti ini bisa terjadi dalam pertandingan 
liga Indonesia. Sudah bisa dipastikan akan terjadi kekacauan di lapangan hijau, 
mulai dari lontaran kata-kata kotor bernada hujatan yang dilontarkan pemain 
kepada wasit sampai tindakan kekerasan fisik yang memaksa petugas keamanan 
turun kelapangan untuk  memisahkan wasit dari keroyakan pemain  dan mengamankan 
para pemain yang bertindak kasar.
 
Percayalah bahwa sepak bola kita tidak akan pernah maju selagi para insan sepak 
bola di tanah air masih saja tidak menjunjung tinggi jiwa sportifitas dan fair 
play. Carut marut persepakbolaan kita adalah refleksi dari ketidakprofesionalan 
pengurusan PSSI dalam menjalankan roda organisasi. Di bawah kepemimpinan Nurdin 
Halid selama 7 tahun memimpin PSSI, sepak bola Indonesia mengalami kemunduran 
yang sangat parah.  
 
Seyogianya segenap insan sepak bola di tanah air, khususnya pengurus 
PSSI, lebih banyak lagi belajar dan bercermin dari penyelenggaraan Piala Dunia 
2010 di Afrika Selatan yang begitu mudah diakses dan  ditonton setiap harinya 
dari seluruh penjuru dunia, termasuk di tanah air. Keputusan wasit  Coulibaly 
yang kontroversial dalam memimpin pertandingan Slovenia vs AS  paling tidak 
mempertontonkan pada kita bagaimana jiwa sportivitas dan fair play dijunjung 
setinggi-tingginya oleh semua pihak terutama timnas AS yang merasa kemenangan 
pentingnya dalam laga tersebut di rampas oleh wasit. 
 
Kita selalu berharap semoga ada perubahan yang paling mendasar terutama PSSI 
sebagai organisasi tertinggi dalam mengelola sepak bola tanah air kearah yang 
lebih baik.
 
Salam Vuvuzela!!!
 
Jupardi, insinyur pertanian dan praktisi industri kehutanan di Riau, pencandu 
sepakbola berkualitas 
 
 
 

-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Reply via email to