Tarimokasih Kakanda Andrinof. Diwaktu ketek Ambo lamo iduik di Pasa, dek urang gaek manggaleh. Banyak ajaran-ajaran praktis yang Ambo daptkan yang bermanfaat dalam perjalanan hidup sesudahnya. Salah satunya cerita Pak Janan ini adalah khas 'kekokohan' urang pasa lain jo mental pegawai yang anyo berharap dari pensiun dan pesangon gadang. bagi mereka tak perlu belas kasihan, mereka hanya perlu ijin buka lapak, selebihnya serahkan kepada mereka.
InsyaAllah menjadi ibrah bagi yang dapat mengambil manfaat. Tarimokasih Da An, atas tambahannya. Wassalam DYEK ________________________________ From: "andri...@gmail.com" <andri...@gmail.com> To: rantaunet@googlegroups.com Sent: Wed, 14 July, 2010 4:59:12 Subject: Re: [...@ntau-net] Aia Tabu Pak Janan Adinda Dedi, Ambo penggemar reportase bantuak ko. Tarimo kasih atas tulisan ko. Bisa ambo tambahkan setek lai petikan pelajaran dari profil Pak Janan ko: Seorang Pak Janan adalah orang nan juo punyo pikiran logis dan punyo alasan kuek dalam mambuek keputusan. Anaknya, atau orang yg lebih mudo indak buliah lakeh manyimpulkan pilihan Pak Janan utk tetap sbg panggaleh aia tabu alah indah patuik. Cubolah perhatikan. Pak Janan ko sampai mengungkapkan soal kebutuhan psikologis dan kebutuhan sosial utk basanda gurau, mandapek informasi, dsb. Jadi, tawaran dari anak2 liau indak akan mambuek hiduiknyo manjadi labiah sanang, kecuali kalau anaknyo, sakaligus mamikiakan substitusi berbagai pambari kepuasan bagi dirinyo tadi. Salah satu pelajaran dari profil Pak Janan adolah, baa manilai secaro arif keputusan atau pilihan seseorang, tarutamo dalam mempertahankan kegiatan yg alah ditekuni puluhan tahun. Sahinggo, kalau urang2 nan labiah mudo dan maraso labiah maju pendidikannyo ingin manyanangkan urang-urang tuo, nan paralu dipikiakan bukan hanyo perbaikan keadaan materi bagi mrk. Salam. Andrinof A Chaniago (48-, L, di Depok pinggiran Jakarta) Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! ________________________________ From: dedi yusmen <dyus...@yahoo.co.uk> Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Tue, 13 Jul 2010 12:45:38 +0000 (GMT) To: <rantaunet@googlegroups.com> ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] Aia Tabu Pak Janan Aia Tabu Pak Janan Alhamdulilah di rentang hiruk pikuk Ibukota yang melelahkan, saya berkesempatan berlibur di kampung halaman, Bukittinggi Kota Jam Gadang bersama keluarga yang memanfaatkan libur akhir tahun pelajaran anak sekolah. Pasa Ateh, Pasa Lereng, Pasa Bawah, itulah salah satu khas Pasar di Bukittinggi yang memang berbukit itu. Bila kembali ke tahun pertengahan 80-an ketiga Pasa (pasar) ini memang dirancang indah dari Zaman Belanda disesuaikan dengan perlu dan pentingnya. Pasar atas berkumpulnya para pedagang ‘kelas atas’menjadi pusat dagang para pedagang kain, emas, kelontong, pertukangan. Pasa lereng bertempatlah si pedagang ‘berbau’ alias pedagang ikan, daging, langkok-pemasak, pmd dan maco (alias ikan asin). Pasa Bawah di waktu itu ditempati para pedagang beras, kelapa, sayur-buah dan kebutuhan utama dapur. Hebatnya Pasa Bau di letakkan di Pasa Lereng, semua bau terbang di lereng bukit. Namun belakangan bila hujan karena ketidak-teraturan pedagang, semua sampah ‘beraroma’ dipasa lereng mengalir indah hingga pasa bawah. Sekarang ketiga pasar itu tidak lagi punya khas, karena semuanya sudah bertumpuk-tumpuk, kecuali para pedagang beraroma yang dikhususkan ke pasa Bawah, disitulah Pak Janan bertahun-tahun setia menunggui gerobak tebunya. Berkesempatan waktu luang, dikala tak tahu langkah mau dikemanakan, saya berhenti di Gerobak Tebu Pak Janan, membeli segelas Air Tebu Giling dengan hanya 2000 rupiah, dalam hati saya bergumam kalau di Jakarta sudah 4000 ni, ditambah dengan es yang bejibun, kadang lebih banyak es dari pada tebunya. Mulailah saya buka cerita, abih 100 galeh sahari Pak ?. “Oi… indak banyak doh, kiro 40-50 galeh lah. Sabatang tabu hitam(jenis tabu ini paling laku sekalian untuk obat kata Pak Janan) dibagi ampek rueh arago sabatang 700 piah, sa galeh paralu 1,5 rueh, ditambah ‘dama’ jo bensin pamuta panggiliang tabu, palastik, baia harian pasa paliang banyak tamodal 500-700 piah , lai mandapek juo wak satangah labiah dari panjualan”, Jawab Pak Janan. Setelah cerita panjang ternyata Pak Janan ini kenal dengan orang tua saya yang kebetulan pernah ‘manggaleh’ di Pasa Lereng di tahun 80-an, namun karena perpindahan pasar, usaha terhenti seketika karena Pasa Putiah sebagai pengganti ternyata lengang. Sambil menghisap Rokok ‘Panama’ Pak Janan bercerita. Bayangkan di adiak, Garobak Tabu ini pernah ditawar 65 juta sama orang lengkap dengan tempatnya. (Tempat yang dimaksud disini bukanlah sebuah kios, tapi hanya pinggir jalan raya tempat perhentian Bendi di pasar Bawah, secara DeFacto diakui ‘milik’ Pak Janan, tapi De Jure tak ada izin tertulis yang dikantongi Pak Janan). Jo pitih 65 juta itu paliang lamo 2 tahun sudah habis tu mah, terus habis itu a nan kadikarajokan. Di Umur 63 Tahun Pak Janan masih terlihat tegar walau wajah mulai keriput, tapi semangat hidup masih tergurat di wajah Pak Janan. Anak-Anak Pak Janan yang hanya satu orang lagi sedang berkuliah telah pula menyambi menjadi guru honor di sekolah swasta, jadi tidak ada lagi tanggungan yang berarti buat Pak Janan. Isteri beliau pun sudah meninggal beberapa tahun yang lalu , 3 anak lain sudah mandiri, ada yang jadi sopir oto dan manggaleh. Anak-anak Pak Janan sudah menyuruh Pak Janan untuk berhenti berdagang tebu, mereka siap memberikan ‘uang harian’ sebesar 50 ribu perhari. Pak Janan menjawab tegas atas keinginan anak-anak beliau tersebut. Tidak, simpanlah uang itu untuk anak-anak kalian, doakan Apak kalian ko tetap sehat. Masih kuaik jo tanago ko garobak tabu ko tetap Apak tulak. Saya Tanya lanjut. Baa ko Apak manulak tawaran anak-anak Apak tu, kan rancak Pak indak paralu Apak ka Pasa. Jawab Pak Janan, “Manggaleh di pasa ko Diak indak anyo untuak mancari pitih, tapi bagurau, mambagi raso, bakucindan jo urang lalu, maota, batambah pangana, ilang pikun wak, cieklai pitih masuak karano usaho surang, makan apak 4 kali sahari, rokok 2 bungkuih sahari, tagak wak tagok bagai di no,” (istilah no ini, istilah asli kurai bukittinggi). Saya terkesiap, tak ada kata menganggur itulah pesan mendalam dari Pak Janan, baraja taruih, gadangkan talingo mancari informasi, tutup mulut untuk meminta, semangat hingga usia tua. Tak ada kata Pensiun buat seorang anak manusia. Terimakasih Pak Janan Pesan melalui kerja dan bukti nyata menjadi hadiah filosofi hidup bagi saya selama liburan di Bukittingi di Bulan Juli tahun ini, ditengah kemergapan ibukota yang banyak mimpi namun terkadang miskin aksi. Tertanggal 8 Juli, Pasa Bawah Bukittingi Dedi Yusmen E. Kayo -- . Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting - Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe. -- . Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting - Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe. -- . Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting - Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.