Assalamu Alaikum W. W. Harian Singgalang memberikan penghargaan kepada bundo-bundo di Minang yang mereka pilih. Ada 2 orang yang bundo kenal baik. Pertama Hj. Nu'ainas Abizar teman sekolah bundo dan Mak Ngah di Payokumbuah saisuak. Nan kaduo iyolah kakak kanduang bundo Hj. Rasjidah Ibrahim. Ikolah yang bundo copy paste dari Singgalang. Rabu, 18 August 2010 Hj. Nur Ainas Abizar Bahagia Tatkala Anak-anak Sukses YUNI PADANG - Kemarin 17 Agustus, hari kemerdekaan. Di balik semua kesuksesan, selalu saja berdiri wanita yang tegar. Minangkabau dalam dadanya yang diam, menyimpan teramat banyak perempuan nan tangguh semacam itu. Mereka adalah ibu dari orang-orang hebat. Singgalang mencoba mencari beberapa ibu tangguh Minangkabau itu. Di antaranya Hj. Nur Ainas Abizar. Udara siang di hari ketujuh Ramadhan 1431 Hijriah kemarin cukup terik. Hanya panasnya tidak begitu terasa ketika memasuki sebuah rumah bercat putih di Jalan Perintis Kemerdekaan, Padang. Rumah itu terlihat sejuk dengan rimbun pepohonan yang ditanam asri di halaman rumah. Setelah memencet bel beberapa kali, sang empunya rumah yang tak lain mantan Ketua Umum Bundo Kanduang Sumbar dua periode (2000-2005 dan 2005-2010), Hj. Nur Ainas Abizar keluar dan menyambut dengan hangat Singgalang yang bertandang ke rumahnya. “Bundo baru selesai Shalat Zuhur,” begitu katanya mengawali perbincangan dengan Singgalang yang sudah janji bertemu sejak sehari sebelumnya. Di usia 75 tahun ini, wanita kelahiran Payakumbuh 25 Juli 1935 ini masih terlihat tegar dan kukuh. Ingatannya pun masih kuat mengenang masa-masa sulit di masa penjajahan lalu. “Bundo banyak merasakan masa-masa sulit, karena hidup sejak zaman penjajahan Belanda, Jepang, dan pergolakkan PRRI,” kenangnya. Untuk menempuh pendidikan dasar (dulu dikenal sekolah rakyat atau SR) saja misalnya, Nur Ainas kecil harus menempuh perjalanan yang jauh dan berpindah-pindah. Terkadang dia bersekolah di daerah Danguang-Danguang, kemudian pindah ke daerah Kubang atau beralih ke daerah Padang Jopang, tergantung situasi daerah di masa penjajahan itu. Begitu seterusnya sampai dia menamatkan pendidikan dasar tersebut. “Tapi untungnya Bundo selalu naik kelas, karena mematuhi aturan yang menetapkan jika mau terus naik, maka harus pulang ke kota,” katanya tersenyum simpul. Setamat SR, dia melanjutkan ke SMP dan seterusnya sampai SGA. Pada 1955 dia berhasil tamat dari sekolah itu dan jadi guru di sebuah sekolah di kampungnya. Jauh sebelumnya menjadi guru di sekolah tersebut, Nur Ainas muda sebenarnya sudah menjadi guru bagi para gadis-gadis yang tak bersekolah di kampung halamannya. “Saya memberi mereka pelajaran berupa keterampilan dan lainnya,” ujarnya. Perjalanannya menjadi guru juga tidak mulus. Berbagai peristiwa yang terjadi mau tak mau ikut menyeretnya. Seperti peristiwa PRRI pada 1958. Dia ikut mengungsi ke gunung dan lembah bersama saudara-saudaranya. Malah pernah mendapatkan tahanan kota dan wajib lapor. Tapi semua memang ada hikmahnya. Pertemuan dengan sang suami yang sebenarnya satu kampung, juga bertitik tolak dari berbagai peristiwa itu. “Sebelum kami menikah 10 September 1961, Bapak pernah ikut membantu membebaskan saudara Bundo yang ditahan pasca PRRI,” kenangnya lagi. Setelah menikah dan pindah ke Batusangkar mengikuti sang suami yang menjabat Kepala PU, bukan berarti kehidupan Nur Ainas berubah menjadi lebih baik. Walau menjadi pejabat, tidak berarti bisa hidup bermewah-mewah. Untuk tempat tinggal saja, mereka harus berbagi dengan kantor PU. Belum lagi pada 1965 ada peristiwa 30 S PKI, sehingga membuat kehidupannya semakin sulit. “Bapak berdinas di sana dari 1962-1968. Waktu itu kehidupan kami anak beranak benar-benar sulit, karena saya sebagai guru di SMP 2 Batusangkar hanya dibayar dengan beras. Saat susah inilah empat dari lima anak saya lahir,” tuturnya mengenang. Anak-anak sukses Hidup dalam segala keterbatasan, tidak membuat ibu lima anak itu berputus asa. Dia tetap menjalani hari-harinya sebagai istri, ibu dari anak-anaknya dan guru bagi murid-muridnya serta panutan bagi isteri bawahan suaminya. Di tengah kesibukkan itu, selain tetap memperhatikan asupan gizi bagi anak-anaknya, Bundo Nur Ainas juga membekali anak-anak tersebut dengan agama, budi pekerti, dan kemandirian. “Sejak kecil mereka ditanamkan hal tersebut, karena penting bagi masa depan mereka. Tak lupa saya juga mengingatkan untuk saling menghargai sesama dan tolong menolong. Sementara, pengajaran disiplin diberikan oleh ayah mereka yang disiplin dan keras,” jelasnya. Kini kerja keras dan perjuangannya membesarkan anak-anak seperti berbuah manis. Putra pertamanya, Mesra Eza yang lahir 1962 tidak hanya berhasil menyelesaikan S2 di Amerika, tapi kini telah menjabat sebagai Asisten Deputi Kementerian Perekonomian RI. Anak kedua, Fetriza yang lahir penghujung tahun 1963 menjadi Kepala PDAM Padang Wilayah Utara. Selanjutnya, Della Fitria kini bekerja sebagai salah seorang kepala seksi di Bank Nagari Pusat di Jalan Pemuda Padang. Sementara putri keempat, Yezi Selvia seorang dokter spesialis penyakit dalam yang berdinas di RSUD Padang. Putra terakhir yang kelahiran 1977 di Padang, Virgistia Abizar berdinas di Dinas TRTB (Tata Ruang Tata Bangunan) Kota Padang. “Alhamdullilah, anak-anak boleh dibilang sudah berhasil,” katanya senang. Kepuasan batin Bundo tidak hanya sebatas keberhasilan anak-anaknya, tapi juga terhadap anak asuhnya. Sejak kepindahan ke Padang pada 1974, selain anak-anak kandungnya, dia memiliki banyak anak asuh, termasuk para keponakannya. “Alhamdullilah mereka juga jadi anak-anak yang berhasil,” ulasnya. Kini, di usia senjanya, Nur Ainas yang sudah mengakhiri tugasnya di Bundo Kanduang Sumbar beberapa bulan lalu, tetap gesit menyiapkan makanan buat dia dan suaminya. “Memasak memang hobi Bundo sejak kecil, makanya sejak dulu sesibuk apapun, Bundo selalu memasak untuk keluarga, termasuk masak sahur,” pungkasnya. (*)
-- . Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting - Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.